"Mau bagaimana lagi, saya saksinya. Banyak yang buang sampah disini, kami yang tinggal dekat sini pasti terganggu. Jadi tidak masalah kalau ditutup sementara jalan itu, biar yang lain bisa berhenti buang sampah sembarangan,"ungkapnya.
Saat ditemui Tribunsumsel.com Tomil Pajri, Ketua RT. 25 mengaku terpaksa meletakkan gundukan tanah tersebut karena tidak menemukan solusi terbaik dari permasalahan sampah yang tak kunjung usai tersebut.
"Sudah sangat sering kami peringatkan, sudah juga dibuat tulisan dilarang buang sampah, tapi masih saja tetap banyak yang buang sampah di situ."
"Rapat pun juga sering dilakukan, tapi tidak ketemu juga solusinya.Sampai akhirnya ya sudah, terpaksa kami ambil jalan seperti itu,"kata dia.
• Raffi Ahmad Bongkar Keluarga Baim Wong Bukan Orang Sembarangan, Dulu Rela Naik Angkot Demi Syuting
• Video : Pendapatan LRT Palembang Tak Sebanding Biaya Operasional Per Bulan
Bahkan, lanjut Tomil, kerap hampir terjadi keributan antara warga sekitar dengan orang yang hendak membuang sampah sembarangan di wilayah tersebut.
"Warga saya ada yang negur, jangan buang sampah disitu, mending buang saja di depan rumah warga saya itu, kalau memang malas buang sampah jauh-jauh."
"Tapi orang itu bilang, memang ini tanah kamu, seenaknya ngelarang saya. Coba, siapa yang tidak kesal dengar jawaban seperti itu,"ujarnya.
Tomil mengatakan, tempat di wilayahnya yang kerap dijadikan lokasi pembuangan sampah liar oleh warga adalah tanah kosong yang pemiliknya sendiri berada di luar daerah.
"Saya sangat merasa bertanggung jawab dengan kondisi ini. Warga tahunya komplain sama saya. Padahal berbagai upaya sudah saya usahakan. Itu kenapa terpaksa tutup jalannya."
"Tapi kan masih banyak jalan alternatif lain. Jalan yang saya tutup, fokus di tempat pembuangan sampah liat itu saja. Tempat lain masih bisa dilalui,"jelasnya.
• Ini 6 Cara Pencegahan Terjangkit DBD Beserta Tanda-tanda Awal Gejalanya
• Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Bintang Film Eiffel Im in Love Ini Meninggal Dunia saat Hamil
Tomil mengatakan, permasalahan sampah di wilayahnya sudah menjadi permasalahan yang dirasa sangat menggangu.
Bahkan kurang dari satu bulan ini saja, ada dua orang warganya yang terkena penyakit Demam Berdarah (DBD).
"Sebenarnya ada dari petugas dinas DKK yang biasa ambil sampah disini, biayanya juga tidak terlalu besar, sekitar RP.25 ribu per bulan. Tapi saya tidak mengerti, kenapa banyak warga yang saya tahu bukan dari RT kami, buang sampah di tempat kami. Akibatnya jalan jadi kotor, belum lagi penyakit yang terkena di warga kami ini,"ujarnya.
Tomil berharap akan ada solusi terbaik dari permasalahan sampah yang dihadapi saat ini.
"Kalau memang belum ada solusi ya sudah, saya akan tetap tutup jalan kurang selama dua bulan. Mau saya usahakan dulu memberhentikan kebiasaan warga daerah lain yang suka buang sampah disini. Tapi, kalau memang sudah ada solusinya, kapan pun diminta saya siap untuk bongkar tanah itu,"ujarnya.