TRIBUNSUMSEL.COM -- Ifan Seventeen masih merekam jelas tragedi tsunami Banten, Sabtu (22/12/2018) yang merenggut nyawa istri sekaligus semua personel Seventeen.
Setiap kali Ifan menceritakan kembali kejadian tsunami Banten sepekan lalu, suaranya masih bergetar dan terbata-bata.
Ifan Seventeen masih merasakan duka dan trauma hebat usai tragedi tsunami yang mengambil nyawa istrinya, Dylan Sahara.
Vokalis Seventeen ini masih teringat kenangan terakhirnya tepat sebelum manggung dan diterjang tsunami.
Ternyata Ifan dan istrinya, Dylan Sahara sempat bermain di pantai sebelum manggung untuk acara malam hari.
"Ya banyak sih, sebelum kejadian istri sempat nyamperin ke belakang panggung, kita sempat lunch bareng, sempat main di pantai, sempat tidur siang di sampingku," kata Ifan Seventeen saat wawancara bersama salah satu stasiun televisi (28/12/2018).
Tapi, tragedi tsunami yang begitu cepat dan mengambil semua nyawa orang terdekatnya sekaligus membuat Ifan seolah merasa masih memiliki semuanya.
"Ya kalau dibilang ikhlas, ya ikhlas. Tapi kadang logikaku itu juga kayak berkata what happen to fast. Jadi rasanya kayak ngga terima, ya bukan ngga terima. Tapi kayak merasa semuanya masih ada," ujarnya.
Ifan Seventeen masih sering lupa jika dirinya sudah kehilangan sang istri, Dylan Sahara.
Walau sudah sepekan berlalu, Ifan masih sering menunggu istrinya pulang ke rumah karena lupa bahwa sudah meninggal.
"Jadi kayak merasa istriku masih ada. Kadang kalau aku ke depan gitu masih suka aku tunggu keluar dari pintu. Aku merasa hal-hal konyol kayak gitu," tuturnya.
Ia juga masih sering menghubungi Herman dan personel Seventeen lainnya yang sudah meninggal akibat tsunami.
Ifan merasa seolah ingatannya tentang sang istri dan teman-temannya yang sudah meninggal masih sering hilang.
"Kadang aku masih suka mau telepon Herman, aku keinget apa gitu terus aku coba telepon dia. Tiba-tiba keingat 'Oh iya Astaghfirullah' gitu. Jadi karena itu terjadi begitu cepat, kayak logikaku belum merekam itu semua (seolah-olah masih ada semua)," jelasnya dengan suara yang masih bergetar.
Kemudian Ifan menggambarkan pikiran dan perasaannya tergulung tsunami ketika di tengah manggung.