TRIBUNSUMSEL.COM - Juru Bicara Koalisi Adil Makmur Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkapkan satu kelemahan calon presiden yang didukungnya, Prabowo Subianto.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam forum diskusi Merawat Demokrasi, Mengawal Konstitusi, Menyambut Transisi yang digelar Fraksi MPR RI Partai Gerindra di Hotel Santika, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/10/2018).
Baca: Kisah Ratna Sarumpaet, Dinikahi Anak Saudagar Kaya Berdarah Arab, Pilih Bercerai Gegara Hal ini
"Saya mau sampaikan satu kekurangan Pak Prabowo di depan orang-orang Gerindra, saya sebagai koordinator juru bicara susah minta ampun minta Pak Prabowo untuk melakukan pencitraan, tetapi beliau tidak mau,” kata Dahnil diikuti tepuk tangan para peserta.
Dahnil mengungkapkan sejumlah upaya orang-orang di sekitar Prabowo untuk mempengaruhinya melakukan pencitraan.
Baca: Update Berita Ratna Sarumpaet : Pengacara Heran, Polisi Gunakan Pasal ini untuk Kasus Ratna
"Salah satu orang pernah minta Pak Prabowo mengganti bajunya, tapi beliau tidak mau karena suka dengan baju (safari) yang biasa dikenakan,” terang Dahnil.
"Coba ada yang minta Pak Prabowo naik motor atau naik sepeda, beliau pasti tidak mau, kecuali naik kuda karena beliau suka,” imbuhnya.
Baca: UPDATE TIMNAS INDONESIA Sutan Zico, Kapten David dan Brylian Sedih, Usai Timnas U-16 Bubar
Dahnil kemudian mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara demokrasi membutuhkan pemimpin yang otentik tanpa melakukan kamuflase.
"Demokrasi butuh yang otentik, bukan yang kamuflase untuk tutupi ketidakmampuan, aslinya tidak bisa pidato tapi bilang pidato tidak penting yang penting kerja,” pungkas Dahnil.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dahnil Anzar Ungkap Kekurangan Prabowo: Disuruh Pencitraan Susahnya Minta Ampun, http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2018/10/05/dahnil-anzar-ungkap-kekurangan-prabowo-disuruh-pencitraan-susahnya-minta-ampun.
Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai, fenomena kebohongan Ratna Sarumpaet merupakan bukti bahwa nalar sebagian orang hilang akibat fanatisme buta.
" Politisasi agama yang menghilangkan nalar hanya akan melahirkan konflik yang tak berkesudahan.
Asal satu golongan, orang seperti Ibu Ratna Sarumpaet pun menjadi rujukan kebenaran yang sudah berlangsung sangat lama dan menjadi tontonan menarik dalam panggung layar kaca dan media sosial," kata Dedi kepada Kompas.com, Jumat (5/10/2018).
Sebaliknya, kata Dedi, akibat perbedaan haluan politik, saudara seiman pun dikafirkan dan ulama yang memiliki kualifikasi keilmuan pun dinistakan.
Dia juga menyinggung soal permohonan maaf Ratna Sarumpaet. Menurut Dedi, permintaan maaf dia adalah sikap yang harus diapresiasi.
Namun, perilaku politik yang tidak mengedepankan pikiran dan hati harus juga diakhiri. "Ibu Ratna Sarumpaet telah memberikan penyadaran bagi kita tentang siapakah yang paling layak menjadi pemimpin Indonesia," tandas Dedi.
Setelah ditangkap, Ratna Sarumpaet akan dijerat pasal berlapis terkait tindakannya yang dinilai menyebarkan berita bohong soal penganiayaan yang dialaminya.
"Kami kenakan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Pidana Hukum dan Undang-Undang ITE Pasal 28 juncto Pasal 45 dengan ancaman 10 tahun," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Kamis malam
Sebelum menangkap Ratna, kata Argo, penyidik telah memeriksa sejumlah saksi dan mengamankan beberapa barang bukti. Barang bukti itu adalah kuitansi pembayaran melalui kartu ATM untuk operasi plastik sedot lemak wajah di Rumah Sakit Bina Estetika, Jakarta Pusat.
"Polisi juga telah memeriksa buku jadwal operasi yang dilakukan Ratna beserta Direktur RS Bina Estetika," ujar Argo. Lanjutkan membaca artikel di bawah Video Pilihan Ratna Sarumpaet Ditangkap Polisi di Bandara
RS Bina Estetika juga telah diperiksa oleh polisi sebagai saksi. Argo menyatakan, bukti-bukti dan pernyataan para saksi itulah yang menjadi dasar penetapan status tersangka kepada Ratna.