Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Berdasarkan dari pantauan satelit Lapan pada 16 September 2018 terpantau 100 titik panas di Sumatra Selatan.
Baca: Alami Pengalaman Pahit, Mulan Jameela Akui Telah 5 Kali Mengandung
Adapun rinciannya satu titik masing-masing di Banyuasin, Lahat, OKU Selatan dan Palembang, dua titik di Musi Rawas Utara, tiga titik di Empat Lawang, empat titik di OKU dan OKU Timur, tujuh titik di Musi Rawas, delapan titik di Muara Enim dan Ogan Ilir, serta 60 titik di Ogan Komering Ilir.
Baca: Dibully Serumah Dengan Sunu Dan Habiskan Warisan Uje, Umi Pipik Pamer Kalimat Bijak Wanita Soleha
"Dalam beberapa hari terakhir memang terlihat hotspot di Sumsel cukup banyak. Seperti pada 15 September terpantau ada 88 titik api. Titik hotspot ini memang dominan berada di OKI," ujar Ketua Media Posko Kebakaran Lahan dan Hutan BPBD Sumsel, Ansori, Minggu (16/9/2018).
Baca: Ingat Mat Solar Bajaj Bajuri, Lama Tak Berkabar Kini Beredar Fotonya dalam Kondisi Memprihatinkan
Lebih lanjut ia mengatakan, kebakaran lahan terjadi karena musim kering yang saat ini berada di puncaknya.
Selain itu juga karena sumber-sumber air sudah mulai kering.
Untuk upaya pemadaman, lokasi pengambilan air juga cukup jauh, belum lagi lokasi kebakaran cukup sulit dijangkau satgas darat.
"Kebakaran yang didominasi di wilayah OKI seperti di Tulung Selapan, Pangkalan Lampam dan Cengal. Hingga saat ini masih dalam pemadaman baik darat maupun udara," katanya.
Menurutnya upaya pemadaman yang diprioritaskan yakni melalui udara.
Saat ini helikopter yang dikhususkan untuk pemadaman di Sumsel ada 10 unit. Yakni 1 unit Helikopter Bolkow, 1 unit Helikopter Airbus, 7 unit Helikopter MI dan 1 unit helikopter Kamov.
"Kami maksimalkan pemadaman dari pagi hingga petang. Namun memang lokasi yang terbakar cukup luas dan berada di lahan gambut. Akibat hal tersebut, kabut asap mulai dirasakan masyarakat Sumsel, khususnya di wilayah Palembang pada pagi hari," ungkapnya.
Ia juga mengatakan bahwa, asap di kota Palembang disebabkan kebakaran di sekitar kota. Itu bukan asap akumulasi dari kebakaran hutan, kemungkinan ada yang membakar di Palembang.
Sementara itu, Kabid Pelayanan Teknologi, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Sutrisno mengatakan, pelaksanan hujan buatan dalam rangka penanganan karlahut di Sumsel masih berlangsung hingga saat ini.
"Dari 14 September hingga hari ini kondisi cuaca relatif kering, sehingga awan tidak bisa berkembang dengan baik, bibit-bibit awan yang akan tumbuh, beberapa saat buyar dan menguap kembali, karena kelembaban udara disekitarnya kering," ujarnya
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, pertumbuhan awan relatif lebih baik, sehingga pertumbuhan awan cukup banyak, dan banyak pilihan awan-awan yang bisa disemai untuk menjadi hujan. Kondisi cuaca itu punya siklus, beberapa hari ini kering, dalam waktu beberapa hari akan kembali membaik lagi.