"Waktu masuk MAN, saya mulai merintis perjuangan, mulai belajar buat tes masuk ITB. Kelas 10 dan 11 saya belajar otodidak, sendiri, ya paling di sekolah ya dibimbing sama guru saja, tapi kalau di rumah saya sendiri, ga ikut bimbel," ujarnya.
Menginjak kelas 12, ia mengikuti try out yang diadakan Debus ITB yang merupakan Unit Kebudayaan Banten di ITB.
"Alhamdulillah waktu itu nilai saya tertinggi keempat dari seluruh peserta tes yang ikutan," tuturnya.
"Nah jadi untuk yang peringkat 1 sampai 5 itu kami diberikan beasiswa bimbel di salah satu lembaga bimbel, dari beasiswa itulah saya ikut bimbel. Soalnya kalau biaya sendiri saya ga punya sih," Hera menambahkan.
Dukungan Orangtua
Dengan keterbatasan ekonomi yang ada, orangtua Hera mendukung langkahnya ketika ia memilih jalan hidup untuk berkuliah di ITB.
"Dari kelas 9 itu saya bilang ke orangtua pengin kuliah di ITB. Alhamdulillah saya punya orangtua yang mendukung banget. Jadi walaupun saya melihat kekhawatiran soal biaya bagi mereka, tapi mereka ga pernah bilang jangan. Jadi selalu mendukung apa yang saya mau ambil keputusannya," ujarnya.
Perempuan kelahiran Cilegon, Banten, ini menempuh pendidikan sarjana di ITB dengan beasiswa Bidik Misi.
Prestasi Herayati tak berhenti sampai di situ. Ia pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Asia Pasific Future Leader Conference pada 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kedua orangtuanya menjadi motivasi terbesar Herayati untuk terus berprestasi.
"Motivasi berprestasi di ITB orangtua. Karena kan saya kuliah jauh, jadi ya sudah seharusnya saya melakukan yang terbaik di sana," kata dia. Hera memberikan pesan untuk tidak takut bermimpi.
"Tetap semangat belajarnya, jangan lupa berdoa, percaya bahwa Allah maha segalanya, dan Allah sesuai prasangka hamba-Nya," ungkapnya. "Jangan takut bermimpi, selalu berani menggapai mimpi, tetap sabar dalam menjalani prosesnya karena semua akan indah pada waktunya," begitu pesannya.