TRIBUNSUMSEL.COM -- Ketika persidangannya berlangsung, terdakwa teroris bom Thamrin Aman Abdurrahmanmemberikan sebuah surat kertas kepada kuasa hukumnya.
Hal itu dilakukan Aman, usai Jaksa Penuntut Umum Anita membacakan tuntutan hukuman mati kepada Aman.
Asrudin juga menuturkan, kertas berisi poin pembelaan tersebut tidak bisa ia bacakan sekarang, karena untuk keperluan sidang selanjutnya.
Ia mengatakan, Aman merasa keberatan atas tuntutan yang diterimanya, karena Aman merasa bukan penggerak aksi terorisme amaliyah.
"Dia merasa keberatan, karena merasa bukan penggerak dari aksi terorisme amaliyah," ucap Asrudin kepada awak media.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Di Persidangan Aman Abdurrahman Beri Surat Kertas Kepada Kuasa Hukumnya, Ini Isinya?
Aman Abdurrahman Dituntut Hukuman Mati, Mantan Teroris Prediksi BakalMuncul Dampak Mengerikan ini
PENGADILAN Negeri Jakarta Selatan menjadwalkan sidang tuntutan terhadap Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman alias Oman Rochma, Jumat (18/5) ini.
Sidang terpaksa ditunda pekan lalu karena kerusuhan di Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, tempat Aman dkk ditahan.
Aman didakwa sebagai aktor intelektual sejumlah serangan teror di Indonesia, termasuk teror bom di Jalan Thamrin 14 Januari 2016, bom Samarinda 13 November 2016, bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu 25 Mei 2017.
Pada akhirnya hari ini, Aman Abdurrahman dituntut hukuman mati.
AMAN adalah merupakan simpul organisasi afiliasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Indonesia.
Ia menjabat sebagai Ketua Jamaah Ansarud Daulah (JAD).
Ba'asyir masih ditahan di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat.
Meskipun demikian, mulanya Oman punya keterkaitan dengan Ba'asyir saat keduanya dipenjara di Pasir Putih, Nusa Kambangan.
Apalagi, semula, Oman dikenal sebagai pendiri JAD yang arah perjuangan serupa dengan JAT yang dididirikan Abu Bakar Ba'asyir.
JAT punya cabang organisasi yakni Jamaah Ansharu Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN). Dahulu, Bahrun Naim disebut-sebut sebagai pemimpinya, dan kini sudah berafiliasi ke ISIS.
Namun, terjadi perpecahan antara Aman dan Ba'asyir.
"Abu Bakar Ba'asyir tidak ingin, mereka sekejam ISIS, jadi pecah. Pihak Oman dan jaringan menganggap metode ISIS pernah dipraktikkan sejak dulu. Kekejaman itu dilakukan bila ada pengkhianatan," kata mantan napi yang minta namanya tidak dipublikasikan.
Saat ini, Aman Abdurrahman merupakan "singanya" jaringan JAD.
Buktinya, ketika tahanan terorisme meyandera beberapa polisi serta menguasai blok A,B,C di Mako Brimob, Aman Abdurrahman-lah yang menenangkan para tahanan.
"Aman meminta para napi teroris menghentikan serangannya. Pada waktu itu, Aman berkata tidak ada gunanya kalian membuat kegaduhan di kandang singa. Jadi, para napi teroris menyerahkan diri," katanya.
Setelah membuat onar pada 8 Mei, Kamis (10/5/2018), 155 terpidana dan tahanan teroris dipindahkan ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Sel maupun mantan teroris pasti mengenal sosok Aman Abdurrahman, sebab ia adalah pendiri Jamaah Anshar Daulah (JAD).
Kemudian, dikenal sebagai pionir ISIS di Indonesia sehingga seluruh rilis dari ISIS disebarkannya kepada para jihadis di Indonesia.
Tidak hanya itu, Aman Abdurrahman atau yang disapa Oman kerap disebut "singa" tauhid dan jihad.
Ia juga mengagumi tokoh ideologi Jihad Al‑Qaidah, yakni Abu Muhammad al‑Maqdisi.
Sejak 2004, ia aktif melakukan dakwah di berbagai kelompok pengajian, keliling Indonesia.
Lebih lanjut, ia sempat bertemu Oman saat mengikuti pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar pada 2010.
Pada saat itu, Aman Abdurrahman ditangkap serta divonis sekitar 9 tahun penjara.
Mendekam di penjara membuatnya jadi panutan karena dianggap tokoh rujukan.
"Kini Oman merupakan tokoh sentral, sudah mengalahkan Abu Bakar Ba'asyir," ujarnya.
Dalam wawancara khusu Harian Tribun Medan/ Tribun-medan.com mantan napi teroris yang minta identitasnya dirahasiakan menuturkan, jaringan teroris beranggapan tanpa Oman, tetap bisa melakukan penyerangan di berbagai daerah di Indonesia.
"Saya tidak bisa memprediksi kapan penyerangan berakhir, kecuali Aman Abdulrahman dibebaskan. Tapi, enggak mungkin dibebaskan, pasti Amerika dan Australia marah. Bom yang meledak di Surabaya kategori besar memperlihatkan mereka bisa membuat bom secara bertahap," ujarnya.
Dia memprediksi bakal ada ledakan bom yang lebih dahsyat di Indonesia, karena loyalis Oman telah berkolaborasi, transfer ilmu dari ISIS.
Umumnya, mereka belajar lewat internet serta menyamar untuk berpergian ke berbagai daerah termasuk keluar negeri.
"Mengapa Anda begitu percaya akan ada serangan lagi termasuk di Kota Medan? Ia bilang pernah merasakan kondisi serupa saat menjadi teroris. Dahulu, saat rekan sesama teroris ditangkap usai merampok Bank CIMB Niaga, ia melakukan perlawanan.
"Dahulu begitu banyak kawan yang kena, maka pembalasannya Polsek Hamparan Perak (tahun 2010). Apalagi, sekarang ini kejadiannya lebih dahsyat lagi. ISIS akan memindahkan kedudukan di Asia ke Indonesia. Sudah terbukti, kalau di Indonesia luas, mereka bisa bermain di mana-mana," katanya.
Bergerak Cepat
Detasemen Khusus 88 Antiteror/Polri bergerak cepat. Pasukan leiter Gegana Brimob Polri menggerebek jaringan teroris di Sumatera Utara yang punya keterkaitan dengan ledakan bom di Surabaya.
Menurut seorang mantan narapidana kasus terorisme, Densus-88 telah mendeteksi kantong-kantong jaringan sel teroris di Kota Medan dan Tanjungbalai.
"Densus-88 sudah mendeteksi karena beberapa orang teroris bolak-balik dari Tanjungbalai ke Jakarta. Jaringan yang ditangkap itu bekas binaan saya dulu. Mereka jaringan Budi dan Hendra," ujar lelaki yang minta namanya tidak dipublikasikan, saat ditemui, Rabu (16/5/2018).
Sebagaimana diberitakan, tim gabungan Densus 88, Brimob Polda Sumut dan Direktorat Intelkam Polda Sumut menangkap 11 orang terduga jaringan teroris kelompok Budi.
Mereka ditangkap di beberapa lokasi di tiga derah, yakni Kota Tanjungbalai, Kabupaten Asahan dan Kota Medan, pada Selasa (15/5). Dari 11 orang itu, dua di antaranay Budi dan Hendra.
Si mantan terpidana teroris mengklaim, Budi cukup lama belajar serta mendapatkan binaannya dan bekerja pada usaha bekam miliknya, sebelum ditangkap Densus-88.
Tapi, ketika ia ditangkap, Budi berangkat ke Jakarta sekaligus bergabung ke Abu Jibril di Tangerang, Banten.
Diketahui, Abu Jibril pernah dituding terlibat dalam aktivitas Jamaah Islamiyah serta organisasi Kumpulan Mujahidin Malaysia (KMM) yang disebut-sebut terkait terorisme.
Ia pernah ditahan Pemerintah Malaysia selama tiga tahun.
Selain itu, Abu Jibril pernah dijebloskan 10 bulan penjara lantaran memberikan identitas palsu saat membuat paspor di kantor Imigrasi KBRI Kuala Lumpur, pada November 1999.
Bahkan, Ridwan Abdul Hayyie, putra dari Abu Jibril tewas di Suriah saat bergabung dengan ISIS berperang melawan tentara Suriah.
Ridwan atau dikenal Abu Omar meninggal dunia karena terkena peluru tank milik tentara pemerintah Suriah.
Selama di Suriah, Abu Omar bergabung dengan pemberontak Jabhat Al Nusra yang merupakan cabang dari kelompok teroris Al-Qaeda.
"Begitu Muhammad Jibril dihukum lima tahun penjara, Budi menjengguk. Dan kami bertemu, berbincang. Pada saat itu, Desember 2010. Saya menduga, Budi dan Hendra terkoneksi dengan kelompok di Surabaya. Kalau Hendara dulunya tukang becak," katanya.
Sejak Desember 2010 tidak pernah lagi bertemu dengan Budi dan Hendra, lantaran ia sudah bertobat.
Namun, ideologi Budi dan Hendra tidak kuat sehingga tidak dianggap begitu membahayakan. Namun, yang pernah diwaspadai adalah Reza.
Beberapa tahun belakangan ini, Reza merupakan mentor Budi dan Hendra dan masih banyak binaan Reza di Tanjungbalai.
Tapi, jaringan di Tanjungbalai terkoneksi dengan Medan, sehingga secara bersamaan beberapa teroris juga ditangkap di Medan.
Menurutnya, sel jaringan teroris di Kota Medan cukup banyak, serta berbeda-beda kelompoknya.
Tapi, seluruhnya terhubung langsung ke jaringan ISIS di Indonesia.
Namun, ia tidak begitu mengenal jaringan atau kelompok jaringan ekstrem di Medan karena tidak lagi berkomunikasi.
"Saya sudah dianggap pengkhianat, murtad, ada 22 orang mantan terorisme sudah tidak lagi berkomunikasi dengan jaringan yang ada. Jadi, banyak muncul kelompok baru, seperti kelompok Sawaluddin yang menyerang Polda Sumut. Tapi, sel jaringan di Medan umumnya pecahan dari NII," ujarnya.
(tio/cr15)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Aman Abdurrahman Dituntut Hukuman Mati hingga Perkiraan Mengerikan soal Loyalis Sang Singa Jihad
,