Ada cerita menarik seputar tiang penyangga atap masjid. Dari empat tiang utama, satu di antaranya diyakini merupakan kayu kapuk. Karena di bagian atasnya terdapat duri.
Baca: 3 Gereja Dibom, Ini Video dari Lokasi dan Situasi Terkini, Mengerikan
Hanya saja dari serat dan warna kayu, diyakini tiang tersebut merupakan kayu unglen. Hingga kayu tersebut dijuluki kayu kapuk yang berubah menjadi kayu unglen.
Lalu bagaimana dengan kegiatan keagamaan Masjid Syekh Azhari? Menurut Sekretaris Dewan Pengurus Masjid, H. Mulia Antoni, seperti masjid pada umumnya, Masjid Syekh Azhari juga melaksanakan kegiatan keagamaan, bukan hanya salat lima waktu saja.
Meski harus diakses lewat sungai, jangan kira Masjid Syekh Azhari vakum dan tanpa kegiatan. Masyarakat terutama dari Seberang Ulu, bahkan antusias untuk memakmurkan masjid bersejarah ini.
Baca: Terancam Cerai Suami Ke-3, Angga Wijaya Cuma Hidup di Bawah Telunjuk Dewi Perssik?
H. Aan, panggilan akrab H. Mulia Antoni mengatakan, tidak hanya memakmurkan masjid, masyarakat setempat rela bergotong-royong dalam pembangunan dan pemeliharaan masjid. Bantuan masyarakat baik berupa moril maupun materil.
Bahkan, kata H. Aan, ada seorang warga yang rela menjual ruko untuk menyumbang biaya renovasi masjid.
Kini, pengurus Masjid Syekh Azhari terus berupaya meneruskan perjuangan dakwah sang pendiri masjid. Baik itu mengajak masyarakat memakmurkan masjid, maupun berupaya menjaga fisik bangunan masjid tetap kokoh tanpa mengubah struktur asli bangunan masjid.
Tidak banyak yang diharapkan H. Munir dan H. Aan sebagai orang yang masih peduli pada dakwah Islam di Pulau Seribu, selain keinginan agar masyarakat segera bergegas masjid begitu azan berkumandang.