Dirinya pun mengungkapkan tips pemanasan kemplang. Mulanya pasir diletakkan di atas seng atau wajan berbentuk datar yang dipanaskan.
"Setelah itu, campur beberapa kemplang dengan pasir lalu dibolak-balik hingga kemplang mengembang," jelasnya.
Selain terkenal karena proses pembuatannya, kemplang khas Desa Tanjung Atap memiliki rasa yang enak, gurih dan renyah.
Dibuat dengan campuran tepung, garam dan air kemudian dibentuk bulat pipih, lalu dikeringkan. Kemplang mentah yang telah kering itulah, diproses hingga siap disantap.
Jalela mengungkapkan, dalam sehari dirinya bisa membuat 2 ribu keping kemplang, dengan harga Rp 250 perkeping.
Sedangkan untuk kemplang yang dikemas dalam kantong besar berisi 80 kemplang, dihargai Rp 20 ribu perkantong.
Gurihnya kemplang pasir, lanjut Jalela, membuatnya menjadi cemilan favorit warga desa setempat dan sekitarnya, sehingga berapapun kemplang yang dibuat, rata-rata habis terjual dalam sehari.
"Kalau yang saya buat, setiap hari rata-rata habis terjual sebanyak itu (2 ribu kemplang)," kata Jalela yang telah sebelas tahun menjadi pembuat dan penjual kemplang pasir ini.
Pun pemasaran, kata Jalela, selain dipasarkan di beberapa Kabupaten di Sumsel seperti Ogan Ilir (OI), Muaraenim, Lahat, Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin, bahkan hingga kota Jambi.
Pemasaran kemplang pasir juga merambah hingga pulau Jawa, seperti kota Tangerang, Sukabumi, Depok dan Bekasi.
"Di Jawa juga kita kirim lewat sopir truk warga sini yang antar jemput muatan barang ke Jawa," katanya.
Jalela pun merasa bangga karena kemplang produksinya bersama warga lain di desanya, terkenal karena keunikan proses pembuatannya dan diakui masyarakat memiliki cita rasa yang enak.
“Kemplang ini sangat enak dan masyarakat suka. Tidak ada kesan kotor dan menjijikkan karena proses pembuatannya menggunakan pasir yang terjamin kebersihannya,” ujar Jalela sambil melanjutkan aktifitas memanggang kemplang.