Tapi Pak Adi tak menyerah.
Alasannya adalah kedua anaknya.
“Si sulung dan adiknya harus tetap sekolah, “ begitu katanya.
Meski sedikit, untuk menambah keberkahan rezekinya, kata Pa Adi, ia sering mengamalkan apa yang menjadi pesan sang almarumah ibundanya yang meminta ia istiqomah menunaikan ibadah Sholat Dhuha setiap pagi tanpa terlewat sehari pun, dengan dibarengi ibadah wajib.
“Tak peduli seberapa sibuknya hari itu, jangan sampai lupa tunaikan minimal dua rakaat saja. Waktu Dhuha adalah perisai hidup yang berkah ajaran Rasul kita, “tutur kata Pa Adi menirukan pesan hikmah dari mendiang ibunda.
Tiga tahun sudah sang ibunda menghadap Allah SWT. Pa Adi pun terus melaksanakkan wejangan tersebut. Tak dinyana, satu persatu utangnya lunas. Kini ia bisa memiliki gerobak nasi goreng sendiri.
Setiap malam sabtu dan malam minggu, di daerah tempat ia keliling berjualan selalu ramai dengan muda-mudi dan orang-orang yang menikmati liburan, sehingga banyak yang membeli nasi gorengnya. Tak jarang ia pun mendapat pujian dari pelanggannya.
“Wah Pa Adi sering-sering ya jualannnya lewat jalan ini. Saya doain deh semoga bisa bikin restoran dan punya banyak cabang. Nasi goreng-nya enak banget, gak kayak nasi goreng gerobak biasanya, “ celetuk salah satu pembeli.
Pa Adi hanya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih dan tentu, katanya, meng-aamiin-kan dalam hati.
Enam bulan kemudian dia berhasil menabung dan mulai menambah bisnis jualannya ke bubur ayam. Katanya, untuk mengisi waktu luang di pagi hari.
Karena ia baru sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan nasi goreng malam adalah saat siang atau sore. Untuk itu, selain ingin menambah penghasilan, ia juga ingin mengisi waktu paginya agar lebih berkah daripada dipakai tidur saja.
Tapi, tak lupa ia pun terus menunaikan Shalat Dhuha. Setiap pagi. Tanpa terkecuali.
SungguH Allah Maha Mendengar dan Maha Pemberi Rezeki, berkah shalat Dhuhanya, Pa Adi mendapatkan rezeki berlimpah. Keuntungan dari jualan bubur ayam di pagi hari dan jualan nasi goreng di malam hari cukup untuk dia memboyong keluarganya untuk mengembangkan bisnis di Jakarta. Ditambah, ia juga jadi bisa membayar uang kuliah sang anak sulung di Jakarta.
Saat ini, beberapa tahun menetap di Jakarta. Bertemu rekannya yang lain, banyak belajar dari siapa saja dan memanfaatkan peluang yang ada, Pa Adi pun telah mempunyai restoran nasi goreng di Jakarta yang sudah memiliki cabang di beberapa daerah sekitar Jabodetabek.
Tak henti ia merasa begitu bersyukur atas karunia yang Allah berikan. Katanya, Allah mengabulkan doanya setiap Shalat Dhuha.