Gaji Tak Dibayar, 40 Warga Ciamis Ngadu ke Polda

Penulis: M. Ardiansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perwakilan warga Ciamis yang melapor ke SPKT Polda Sumsel setelah dua bulan gaji mereka tidak dibayar perusahaan, Jumat (10/6/2016).

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, M Ardiansyah

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Lantaran uang gaji selama dua bulan bekerja tak kunjung dibayarkan, membuat Salaman (56), seorang pegawai harian lepas PT Purnama Sari Mandiri (PSM) yang merupakan Sub Kontraktor PT OKI Pulp & Paper Mills akhirnya terlantar.‬

‪Tak terima dengan kondisi tersebut, Salaman yang merupakan warga asal Ciamis Jawa Barat (Jabar) itu pun akhirnya mengadukan nasibnya dengan mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Sumsel, Jumat (10/6/2016).‬

‪Salaman yang mengadu dengan didampingi Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Merah Putih, David Sanaki tersebut tidak sendirian melainkan juga bersama rekan-rekannya yang mengalami nasib serupa.‬

‪Diceritakan Salaman, nasib yang menimpannya tersebut terjadi bermula saat ia dan rekan-rekannya yang berjumlah sekitar 40 orang dari Ciamis Jabar datang ke Sumsel untuk bekerja membangun PT OKI Pulp & Paper Mills yang berada di Sungai Baung OKI.‬

‪"Kami bekerja membangun PT OKI Pulp & Paper Mills tapi kami dari Sub Kontraktor anak perusahaannya, PT PSM. Dan kami bekerja di sina sudah selama tiga bulan," jelasnya.‬

‪Selama bekerja, dikatakan Salaman, ia dan rekan-rekannya yang lain menggunakan sistem sebagai pekerja harian lepas dengan uang gaji dihitung per hari yakni Rp 80 - 90 ribu per harinya serta uang lembur berbeda.‬

‪"Kami bekerja ada yang menjadi tukang dan kernet bangunan. Untuk tukang gajinya Rp 90 ribu sedangkan, untuk kernet Rp 80 ribu dan kerja lembur Rp 10 ribu per jamnya. Saya sendiri bekerja sebagai kernet jadi sehari dapat Rp 80 ribu belum tambahan uang lembur," terangnya.‬

‪Di awal bekerja tepatnya di bulan pertama, masih dikatakan Salaman, ia dan rekan-rekannya bekerja normal termasuk uang gaji pembayaran juga dibayarkan secara normal oleh sang mandor. Namun menginjak bulan kedua dan tiga, pembayaran selalu ditunda-tunda hingga akhirnya tak dibayarkan sama sekali.‬

‪"Janjinya seminggu satu kali dibayarkan tapi ini ditunda-tunda terus hingga mandornya menghilang sampai saat sekarang ini," ungkapnya.‬

‪Akibat kejadian tersebut, masih dikatakan Salaman, ia dan beberapa rekan-rekannya yang lain pun mengalami keterlantaran dan tidak ada kepastian. Bahkan, untuk makan sehari-hari ia dan rekan-rekan senasibnya pun saling bahu membahu.‬

‪"Dapat gaji hanya di bulan pertama tapi itu sudah habis untuk membayar makan saja. Dan sekarang kami tidak jelas harus bagaimana. Mau pulang ke jawa juga tidak ada angkos," tuturnya seraya mengatakan jika nasib seperti ini tidak hanya dialami ia sendiri melainkan masih banyak pekerja lainnya yang mengalami nasib serupa.‬

Berita Terkini