zao an

Sumpit 'Sang' Pendeteksi Racun Hidangan

Penulis: Henky Honggo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sumpit Sebagai Alat Makan

TRIBUNSUMSEL,COM - Di nusantara ini banyak sekali jenis santapan, bahkan dari berbagai macam negara. Masakan Tionghoa termasuk salah satu yang ada di dalamnya. Dari sekian banyak macam makanan ini, tentu saja cara menyantapnya pun berbeda, dan alat untuk makan pun berbeda. Untuk alat makan dari Tiongkok, yang paling khas adalah sumpit (筷子 kuài zǐ). Sepasang kayu yang sama panjang digunakan untuk menjepit makanan. Sumpit ini digunakan untuk memindahkan makanan dari mangkok yang satu ke mangkok yang lainnya atau dimasukkan ke dalam mulut.

Bahan pembuat sumpit ada banyak macam, ada bambu, logam, plastik dan lain-lain. Corak dari sumpit juga banyak macam, tergantung dari dekor yang dibuat. Biasanya dekor hiasan pada sumpit terdapat pada pangkal sumpit sehingga digunakan sebagai pembeda antara pangkal dan ujung sumpit.

Alat makan ini diciptakan sejak 5000 tahun silam dan dianggap sebagai sarana mempererat tali persaudaraan antar sanak keluarga dan handai taulan. Sumpit yang terbuat dari perak pada zaman kekaisaran digunakan untuk mendeteksi racun yang ada pada makanan. Sumpit akan bereaksi berubah warna apabila dimasukkan ke dalam makanan yang sudah diberi racun.

Legenda Pendeteksi Racun

Alkisah pada zaman dahulu ada sepasang suami istri yang hidup sebagai penangkap ikan. Suami bernama 姜子牙 (jiāng zi yá), saat pergi menangkap ikan dan pulang tidak membawa hasil. Karena Jiang Zi Ya pulang tidak membawa seekor ikan pun, istrinya kesal dan berniat jahat untuk membunuh suaminya, dengan cara menaruh racun pada daging yang dimasaknya.

Sang istrinya bertanya kepada Jiang Zi Ya “apakah kamu lapar ? saya masakkan daging untuk kamu makan ya ?”  Jiang Zi Ya pada dasarnya lapar, maka dia pun langsung mengambil daging yang dimasak istrinya, hendak dilahapnya. Pada saat bersamaan tiba tiba seekor burung menyambar daging tersebut dan langsung dibawa terbang menghilang. Kejadian ini tidak hanya sekali saja terjadi namun sampai tiga kali berturut-turut. Jiang Zi Ya pun merasa heran dan menganggap ini adalah dewa burung. 

Jiang Zi Ya mengejar burung tersebut sampai ke gunung yang tidak ada berpenghuni. Di gunung tersebut, dewa burung memperingatkan kepada Jiang Zi Ya untuk jangan makan menggunakan tangan, tapi menggunakan dua batang bambu kecil yang dijepitkan untuk mengambil makanannya, karena daging yang Jiang Zi Ya makan tersebut ditaruh racun oleh istrinya. Dewa burung tersebut memberikan dua batang bambu kecil kepadanya. Dua batang bambu tersebut dinamakan sumpit (筷子 kuài zi), dibawa pulang oleh Jiang Zi Ya.

Sampai di rumah, istri Jiang Zi Ya kembali menghidangkan daging untuk dimakan. Pada saat Jiang Zi Ya mengambil daging menggunakan sumpit, tiba-tiba menyembul asap hijau dari sumpit yang menjepit daging tersebut. Jiang Zi Ya pun bertanya kepada istrinya, apakah daging ini ada racunnya. Istri Jiang Zi Ya mengatakan bahwa tidak ada racun di daging tersebut, maka Jiang Zi Ya pun menyuruh istrinya makan, dan dengan ketakutan istri Jiang Zi Ya berlari untuk menghindarinya. Sejak saat itu istri Jiang Zi Ya pun tidak berani menaruh racun pada daging yang akan dimakan suaminya. (henky honggo)

Tags:

Berita Terkini