Berita Adv
Menelusuri Jejak Manusia Prasejarah di Gua Harimau
Lokasi Gua Harimau ini terletak di kawasan tersembunyi di antara bukit-bukit kars yang ditutupi oleh pepohonan dan semak belukar
Oleh : DR.H. AUFA SYAHRIZAL.SP.,MSC
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sumatera Selatan
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sumatra Selatan merupakan wilayah yang kaya akan potensi objek sejarah dan budaya.
Salah satu potensinya yaitu Kawasan situs arkeologi Gua Harimau.
Lokasi Gua Harimau ini terletak di kawasan tersembunyi di antara bukit-bukit kars yang ditutupi oleh pepohonan dan semak belukar, tepatnya di wilayah Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Gua Harimau memiliki segudang misteri, mulai dari “ mitos “ yang menjadi buah bibir bagi sebagian penduduk Desa Padang Bindu dan sekitarnya, hingga terungkapnya sebuah peradaban manusia homo sapien sampai masyarakat modern.
Bila di tilik dari sejarah keberadaannya, Gua Harimau berawal dari cerita perjalanan pulang para arkeolog dari Provinsi Jambi yang sempat mampir di salah satu rumah makan di pinggiran Sungai Ogan di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji Kabupaten OKU.
Sambil menunggu hidangan yang sedang dipersiapkan oleh pramu saji rumah makan tersebut, salah seorang arkeolog memperhatikan hamparan batu yang berserak di halaman rumah makan.
Di antara bebatuan tersebut ada sebuah batu yang menarik perhatian arkeolog, yaitu sebuah batu jenis obsidian yang berbentuk menyerupai sebuah Kapak Batu pada zaman purba.
Ketertarikan sang arkeolog membuatnya mencoba mencari batu-batuan lain yang juga banyak terhampar di pinggiran sungai.
Akhirnya, ia menuruni tangga dan menyisir pinggiran sungai dekat rumah makan tersebut. Lagi-lagi arkeolog menemukan berbagai serpihan batu obsidian yang menyerupai kapak batu.
Naluri seorang arkeolog muncul dan berfikir bahwa ada sesuatu di sekitar desa tempat rumah makan ini berada.
Terbesit dalam pikiran arkeolog tersebut untuk mengetahui lebih jauh.
Secara kebetulan di rumah makan yang sama ada seorang penduduk bernama Ferdi yang juga sedang menikmati makanan. Kemudian sang arkeolog mencoba memperkenalkan diri dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada penduduk tersebut tentang kondisi Kawasan di sekitar Desa Padang Bindu.
Dari cerita pak Ferdi, bahwa di sekitar Kawasan Desa Padang Bindu banyak terdapat Kawasan Kars yang di dalamnya banyak terdapat Gua yang luasannya cukup besar sebagai tempat para penduduk mencari sarang burung walet.
Nama-nama gua tersebut, antara lain; Gua Putri, Gua Selabe, Gua Karang Pelaluan dan Gua Harimau. Mendengar sebutan Gua Harimau, sang arkeolog sedikit mengerenyitkan dahinya dengan penuh berbagai pertanyaan.
Ternyata nama Gua Harimau telah menarik perhatian sang arkeolog, sehingga sang arkeolog semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang keberadaan Gua Harimau tersebut.
Setelah mendengar cerita yang cukup panjang dari Pak Ferdi, akhirnya disepakati untuk melakukan peninjauan ke Gua Harimau.
Sesampainya di Gua Harimau para arkeolog memperhatikan lingkungan di sekitar kawasan mulut Gua Harimau, dan pada saat arkeolog memperhatikan dinding Gua Harimau terlihatlah beberapa lukisan karst (art rock) yang terdapat di beberapa sudut dinding Gua.
Penelitian
Menurut Widianto ( 2011), dari hasil pengembangan penelitian yang dilakukan Hubert dan Jatmiko pada tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa Gua Harimau merupakan satu kawasan yang sangat istimewa.
Di samping telah ditemukannya puluhan kerangka manusia prasejarah yang diperkirakan berusia ribuan tahun, juga telah ditemukan beberapa lukisan pada dinding Gua (art rock). Dapat disimpulkan sementara, kawasan Gua Harimau merupakan tempat tinggal bagi manusia pra Sejarah (Simanjuntak,2012). Bagaimanapun penemuan kerangka manusia pra sejarah di Gua harimau telah menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi kalangan arkeolog baik Nasional maupun Internasional.
Dari hasil catatan penemuan, sampai sejauh ini telah ditemukan sebanyak 82 individu kerangka manusia prasejarah di Gua Harimau yang terdiri dari 2 (dua) Ras, yaitu Ras Australomelanesoid sebagai penghuni pertama, serta ras berikutnya adalah Ras Neo Monggolid yang diperkirakan telah menempati dan tinggal di Gua Harimau 4000 tahun yang lalu. Hal lain yang menjadi sangat Istimewa dalam penelitian yang dilakukan di Gua Harimau adalah ditemukannya berbagai motif lukisan (art rock) pada dinding Gua. Dengan ditemukannya lukisan ini sekaligus memecahkan teka teki selama ini, ternyata di Indonesia bagian barat juga terdapat kehidupan peradaban manusia yang tinggal di Gua pada ribuan tahun yang lalu (Truman,2012).
Berbicara masalah perkembangan sejarah dan budaya terutama tentang peradaban manusia, maka pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten OKU melalui Dinas Pemuda Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (DISPORABUDPAR) OKU telah melakukan langkah kongkrit bekerja sama dengan Pusat Arkeologi Nasional, yaitu membuat beberapa replika kerangka yang ditempatkan di Kawasan Gua Harimau. Sementara kerangka yang asli diangkat dan disimpan di museum. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para arkeolog pada penelitian selanjutnya dan sekaligus menjadikan Situs Gua Harimau sebagai Museum lapangan (field museum).
Potensi
Sejarah dan budaya dari Gua Harimau memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata sejarah dan budaya atau wisata arkeologi.
Namun untuk mewujudkan semua itu perlu perencanaan yang matang dan pemerintah harus melibatkan Masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan Gua Harima kedepan.
Dari hasil penelitian terdahulu, partisipasi masyarakat adalah sangat penting karena keterlibatan masyarakat merupakan kekuatan untuk mewujudkan Kawasan Gua Harimau sebagai daerah tujuan wisata Sejarah dan budaya (Tosun,2006; Kayat & Nor, 2006; Osei-Kufuor & Koomson, 2014). Masyarakat akan merasa dihargai dan akan menunjukkan kemampuan dan kepedulian mereka serta ikut bertanggung jawab dalam pelestarian dan perkembangan Gua Harimau (Syahrizal, 2022).
Untuk menjaga hasil temuan kerangka manusia pra Sejarah di Gua Harimau dan untuk mewujudkan Kawasan di desa Padang Bindu menjadi salah satu destinasi wisata Sejarah dan Budaya, maka pada tahun 2016 hingga tahun 2019 telah dibangun sebuah museum arkeologi yang diberi nama “ Museum Gua Harimau”.
Museum ini telah diresmikan oleh Menteri Kebudayaan RI, Bapak Dr. Fadli Zon pada tanggal 19 Oktober 2025 yang lalu.
Di samping digunakan untuk menyimpan kerangka manusia prasejarah serta berbagai artefak hasil temuan di Gua Harimau, keberadaan Museum harimau diharapkan dapat menjadi destinasi wisata edukasi dan wisata Sejarah yang pada gilirannya akan memberikan dampak yang signifikan utamanya dalam upaya meningkatkan perekonomian, memberikan peluang lapangan kerja bagi Masyarakat setempat serta berpeluang untuk meningkatan pendapatan daerah.
Saat ini, masih banyak tantangan dan hambatan yang harus disikapi secara bijak oleh Pemerintah baik itu Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, utamanya dalam hal pengembangan dan perbaikan infrastruktur jalan menuju Gua Harimau yang saat ini masih berupa jalan setapak.
Selain itu, rekrutmen Sumber daya manusia yang nantinya diberdayakan sebagai pengelola Museum Gua Harimau harus benar-benar SDM yang handal sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Oleh karena itu kolaborasi dan sinergitas dari unsur PENTAHELIK ( Pemerintah – Akademisi - Lembaga Usaha – Komunitas Masyarakat – Media ) sangatlah diperlukan, agar potensi Gua Harimau sebagai Situs Arkeologi dan Museum Gua Harimau betul-betul dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
| Mahasiswa Polsri Bikin Petani Melek Teknologi: Inovasi IoT Mitigasi Banjir dan Keuangan Digital |
|
|---|
| Komunitas Kopi Sriwijaya Hadirkan Kopi Sumsel di Festival Indonesia 2025 Melbourne Australia |
|
|---|
| Usai Terpilih, Samantha Tivani HD Bentuk Kepengurusan KORMI Sumsel 2025-2029 |
|
|---|
| 3 Hari Digelar, Festival Literasi Sumsel 2025 Hadirkan Kearifan Lokal 17 Kabupaten/Kota di Sumsel |
|
|---|
| Festival Literasi Sumsel 2025 Resmi Ditutup Menampilkan Budaya Setiap Daerah di Sumatera Selatan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sumsel/foto/bank/originals/Lokasi-Gua-Harimau-ini-terletak-di-kawasan-tersembunyi-di-antara-bukit-bukit-kars.jpg)