Pembunuhan Wanita di Purwakarta

Suami Dea Bantah ART Bunuh Istrinya Karena Gaji Rp500 Ribu Tak Dibayar, Akui Sepakat Dibuatkan Usaha

Fery Riyana (38) suami Dea Permata(27), bantah pembunuhan istrinya oleh pembantunya, Ade Mulyana (26) karena gaji tak dibayar, sepakat diupah makan

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
Dok. Fery Riyana
ISTRI DIBUNUH MAJIKAN- Fery Riyana bersama istrinya Dea Permata Karisma. Fery Riyana bantah pembunuhan istrinya oleh pembantunya, Ade Mulyana (26) karena gaji tak dibayar, sepakat sejak awal diupah makan 

TRIBUNSUMSEL.COM - Fery Riyana (38) suami Dea Permata Karisma (27), menanggapi motif pembunuhan istrinya dilakukan pembantunya, Ade Mulyana (26) karena gaji tak kunjung dibayar.

Sebelumnya, Kapolres Purwakarta, AKBP I Dewa Putu Gede Anom Danujaya menyampaikan bahwa pelaku sempat menagih upah kerja sebesar Rp500 ribu kepada korban, namun tidak ditanggapi.
 
‎Diketahui, peristiwa berdarah itu terjadi di rumah korban di Komplek PJT II, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (12/8/2025) siang.

Baca juga: Ade Mulyana ART Bunuh Dea Ternyata Naksir Majikan, Suami Korban Bingung: Kenapa Bukan Saya Dibunuh

TERSANGKA DIHADIRKAN - Ade Mulayana (26), pria yang menjadi tersangka atas tewasnya Dea Permata Karisma (27) dihadirkan pada konfrensi pers di Mapolres Purwakarta, Kamis (14/8/2025). Polisi ungkap motif pembunuhan ini.
TERSANGKA DIHADIRKAN - Ade Mulayana (26), pria yang menjadi tersangka atas tewasnya Dea Permata Karisma (27) dihadirkan pada konfrensi pers di Mapolres Purwakarta, Kamis (14/8/2025). Polisi ungkap motif pembunuhan ini. (Tribun Jabar/Deanza Falevi)

Kejadian ini mengguncang keluarga besar korban, terlebih karena pelaku merupakan anak dari ART lama yang telah mengabdi selama belasan tahun.

Diakui Fery, pelaku baru ikut bekerja dengan mereka di rumah belum satu tahun.

Selama bekerja itu, Fery mengaku memang tidak ada upah gaji tetap untuk pelaku.

Fery dan Dea sendiri sudah menganggap pelaku sebagai keluarganya sendiri.

Fery mengatakan jika sejak awal sudah ada komitmen dengan pelaku hanya diupah dengan makan dan minum saja.

Hanya saja, pelaku dijanjikan untuk dibuatkan usaha oleh Fery dan Dea pada awal September mendatang.

"Kalau untuk upah udah ada komitmen kayak disampaikan bahwa hanya makan, minum, kopi di rumah, namun Ade itu nantinya akan kami bikinkan usaha sampingan, nanti pengembangan dari upahnya itu dari situ, namun upahnya belum berjalan, dan berjalan pada 1 September dan itu pun sudah diketahui oleh Ade," ungkap Fery Riyana suami Dea Permata Karisma dilansir dari tayanga Tribun Jabar, Jumat (15/8/2025).

Meski tak ada upah tetap, baik Fery maupun istrinya selalu memberikan uang jika pelaku hendak pulang ke rumah orang tuanya.

"Kalau misalkan ternyata beliau tidak menginginkan dengan komitmennya silahkan pulang dulu ke rumah, nanti kalau mau bisa datang lagi dan tidak ada penolakan sama sekali ketika dikasih komitmen kayak gitu.

"Ketika Ade pulang misalnya mau ke orang tuanya, kita selalu kasih uang biasanya dari istri kalau gak seratus dua ratus, kadang kalau ada rezeki lebih tanpa diminta pun kita selalu ngasih," bebernya.

Baca juga: Hukum Mati!, Tak Ikhlasnya Fery atas Kematian Dea Sang Istri yang Dibunuh ART yang Dipercaya

Ade sendiri tidak memiliki pekerjaan sebelum ikut dengan pasangan tersebut.

"Orang tuanya kan kekurangan ekonomi, nah Ade ini ngangur di rumah dari pada nganggur mending di rumah Fery tadi bisa makan, minum, ngopi selalu dikasihkan biar dapat fasilitas," kata Fery.

Selama ikut korban, Ade diminta untuk membantu Dea membawakan alat berat untuk berjualan dimsum.

"Kalau ada bazar atau event, untuk ngangkut-ngangkut barang-barang itu Ade Muliana ini, jadi orang dekat aja, ketika jualan kita kasih fee untuk penghasilan Muliana," tandasnya.

Penjelasan Polisi

Sebelumnya, polisi mengungkapkan pelaku Ade Mulyana tercatat sebagai asisten rumah tangga (ART) tega membunuh Dea lantaran sakit hati gaji tak kunjung dibayar.

Hal tersebut disampaikan Kapolres Purwakarta, AKBP I Dewa Putu Gede Anom Danujaya melansir dari Tribunjabar.com, Kamis (14/8/2025).

Anom menyampaikan bahwa peristiwa ini terjadi pada pukul 11.30.

Saat itu hanya korban dan pelaku yang berada di rumah.

Baca juga: Motif Brutal Pembunuhan Dea di Purwakarta Akhirnya Terungkap, Ade Sang ART Sakit Hati dan Emosi

Pelaku sempat menagih upah kerja sebesar Rp500 ribu kepada korban, namun tidak ditanggapi.

"Karena merasa kesal dan sakit hati, pelaku lalu mengambil palu dan memukul kepala bagian belakang korban," ujar Anom.

Pukulan pertama tidak membuat korban pingsan. Pelaku pun terus menghantam kepala korban hingga korban tidak berdaya.

‎Setelah memastikan korban tak bergerak, pelaku membuang barang bukti seperti ponsel korban di bawah Jembatan Cinangka, serta sejumlah barang lainnya di drainase wilayah Waduk Jatiluhur.

Menurut Anom, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, motif utama pelaku adalah sakit hati karena gaji tidak kunjung dibayarkan oleh korban.

‎Saat ditanya mengenai adanya motif asmara dan tindakan asusila, pihak kepolisian masih mendalami hal tersebut.

‎"Untuk motif lain-lainnya, masih kami dalami," ucapnya.

Anom menyebut ‎modus operandi pelaku terbilang brutal. 
Pelaku memukul kepala korban berkali-kali menggunakan palu dan menghantam bagian mulut korban dengan gagang palu.

‎Dari TKP, polisi mengamankan sejumlah barang bukti yaitu satu buah palu bergagang hitam, taplak meja warna coklat, dua unit handphone, dan satu unit sepeda motor Honda Karisma warna hitam.

‎Atas perbuatannya Ade Mulyana dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup.

Kapolres memastikan bahwa dari hasil penyidikan sementara, tidak ditemukan indikasi pembunuhan ini direncanakan sebelumnya.

‎"Kami simpulkan ini dilakukan secara spontan karena emosi sesaat. Tidak ada bukti adanya perencanaan sebelumnya," ujarnya.

‎Sejauh ini, kata dia, pelaku belum memiliki catatan kriminal atau laporan kejahatan sebelumnya.

Namun polisi masih mendalami apakah pernah terjadi ancaman dari pelaku kepada korban sebelumnya.

‎"Kami belum menemukan laporan resmi soal ancaman terhadap korban, bahkan suami korban juga menyampaikan hal serupa. Tapi kami tetap dalami segala kemungkinan," kata Anom.
 
Komunikasi Terakhir

Ternyata Fery dan Dea masih sempat berkomunikasi seperti biasanya sebelum sang istri ditemukan tewas dibunuh.

Diberitakan sebelumnya, Dea Permata Karisma ditemukan bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk di kediamannya di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, pada Selasa (12/8/2025) siang.

Fery tak menyangka jika pembunuh istrinya itu adalah  Ade Mulyana (26), pembantunya sendiri yang sudah dipercayanya.

 Diungkap Fery, pada hari Selasa kemarin itu, ia tak menangkap hal aneh dari istrinya.

Sejak pagi hingga siang pun Fery lancar berkomunikasi dengan Dea via chat.

"Aku tuh enggak tau dia itu pada saat hari itu pakai baju apa. Tapi berangkat hari Selasa jam 07.30 ke klinik dulu karena ada operasi katarak, itu masih komunikasi sama istri lancar-lancar aja," ungkap Fery Riyana dilansir dari tayangan Youtube Tribun Jabar, Kamis (14/8/2025).

Baca juga: Sosok Fery Riyana, Suami Dea Permata Karisma yang Tewas Dibunuh ART di Purwakarta, Kerja di PJT

Bahkan, kepada sang suami, Dea mengaku masih keluar membeli makan siang bersama pelaku.

"Jam 10,  istri ngasih tahu mau beli makan siang itu sama pelaku, fine-fine aja,"  sambungnya.

Di saat siang, Fery sempat heran karena istrinya tidak membalas chat-nya lagi.

Saat sudah tahu kejadian sebenarnya, Fery menduga momen siang hari itu adalah waktu saat Dea dibunuh oleh pembantunya.

"Aku tanya hujan enggak, hujan gede. Aku tanya udah makan belum, (Dea bilang) 'belum, masih kerja'. Itu saya chat terakhir. Dan hujan gede di bawah. Dan kayaknya itu sedang dieksekusi, enggak ada kabar lagi. Saya juga percaya, istri melakukan kegiatan sehari-hari," kata Fery Riyana.

Ade mendadak ke kantor Fery dan sambil gemeteran bercerita aneh soal istrinya dikepung di rumah.

Namun kala itu Fery belum curiga dengan Ade.

"Jam 13.30 Wib kurang pelaku datang ke kantor (bilang) 'mas pulang mas, Mba Ade dikepung banyak orang, ayo mas cepat-cepat'. Asumsi banyak berapa sih, lebih dari satu kan. Sambil (pelaku kok) gemetaran, aktingnya, enggak curiga sama sekali. Telepon istri enggak diangkat, udah WA grup RW 'tolong rumah saya dikepung'. Dua asumsi, bisa dikepung warga atau monyet, ah mungkin bercanda," imbuh Fery.

Hingga akhirnya saat perjalanan menuju ke rumah, kecurigaan Fery kepada Ade muncul.

Fery pun mengurai satu persatu kejanggalan yang ia tangkap dari gelagat Ade.

Pertama, Fery heran kenapa Ade bisa hafal pelat nomor orang yang katanya menguntit Dea.

Kejanggalan kedua, Fery semakin curiga saat Ade bercerita bahwa ia tadi keluar rumah karena disuruh oleh Dea untuk beli susu.

Padahal diketahui Fery, istrinya itu tidak suka susu, tapi suka kopi.

"Di perjalanan (Fery tanya) 'gimana kronologinya?'. (kata Ade) 'ada mobil putih pelat nomornya B1070 tiga orang turun ke bawah'. Sampai ingat gini pelat nomornya. (Kata Fery) 'lu ngapain ke luar kok ninggalin mba Dea'. (Kata pelaku) 'disuruh mba Dea mas beli susu'. Agak janggal, kan enggak nyusu, kalau kopi iya, karena istri mah doyan banget kopi," pungkas Fery.

Dari dua hal aneh itulah Fery menyadari ada yang tidak beres dengan Ade.

Fery pun berusaha untuk tetap tenang agar Ade tidak kabur dan terus memantaunya.

"Kalau benar pelaku, jangan sampai kabur nih. Saya makin percaya aja. Percaya dua, percaya dia (Ade) tersangka, dan percaya banget dia benar. Dari susu, kok beli susu?" akui Fery.

Saat tiba di rumah, kecurigaan Fery kepada Ade semakin besar lantaran pembantunya itu bersikap tak wajar.

Yakni ia pura-pura tidak bisa buka pintu rumah.

"Cepat mas buka pintu," kata Ade 

"Lah lo buka lah, kuncinya mana kunci rumah? lu ke luar pakai apa?" tanya Fery.

"Enggak tahu mas," imbuh Ade.

Di momen itu, Fery mengetes Ade yakni dengan bertanya bagaimana cara membuka pintu rumahnya. Ade menjawab bisa pakai kunci cadangan.

Hal tersebut jadi kejanggalan ketiga yang ditangkap Fery.

Berikutnya, saat menemukan istrinya terbujur kaku di lantai dengan kondisi bersimbah darah, Fery heran melihat sikap Ade.

"Nih kayaknya udah meninggal, feeling. Karena istri, kalau ada orang ke rumah, bukan buka pintu tapi buka hordeng. Kayaknya enggak ada orang. Ini kok enggak ada aktivitas. Dibuka pintu, melihat istri udah meninggal," ungkap Fery.

Baca juga: Awal Mula Terungkap ART Bunuh Dea Sang Majikan, Berawal dari Cerita Suami Hingga Jejak Darah

Sementara ia syok mengetahui istrinya tewas, Fery bingung kenapa tingkah Ade seperti panik.

Hal itulah jadi kejanggalan keempat yang ditangkap Fery dari perilaku Ade.

"Mba Dea meninggal dia (pelaku) guling-guling. Emang dia melihat? kan enggak, tantrum lah. Yang penting dia enggak ke mana-mana. (Saya) telepon mertua. Lihat pintu tertutup, jendela masih utuh, CCTV dicabut, oh orang dalam. Empat (kejanggalan)," imbuh Fery.

Terakhir, kejanggalan yang dilihat Fery dari Ade adalah soal tapak kaki yang tertinggal di TKP.

Fery melihat tapak kaki tersebut berukuran besar, sedangkan tapak kaki istrinya kecil.

Fery lantas mencocokannya dengan tapak kaki Ade dan ternyata pas.

"Kelima, kalau maling mau melakukan kejahatan yakin enggak sih dari rumah nyeker, ini ada tapak kaki. Tapak kaki istri itu kecil, ini gede, yang gede dia (Ade) doang. Gue percaya si pelaku (Ade), dia (Ade) tantrum mukul kepala 'maafin mas enggak bisa jaga mba Dea'. Itu akting dia," kata Fery.

Dari sederet kecurigaan itu, Ade Mulyana pun ditangkap oleh Polres Purwakarta dan akhirnya diketahui bahwa dialah yang membunuh Dea.

Diakui Fery, pelaku panik suami korban mulai memasang CCTV di pekarangan rumahnya.

Pasalnya, pengancaman hingga ada ada seseorang yang mengintai rumahnya seperti yang dilaporkan korban sudah tidak pernah ada lagi semenjak CCTV dipasang.

"Artinya pembunuhan ini sudah direncanakan karena dia sudah kepanikan ketika saya pasang CCTV, setelah pasang gak ada kejadian lagi, gak ada teror, gak ada orangnya, dia panik setelah 'De kayaknya nih orang bakal ketangkap deh, akhirnya dia panik dia eksekusi, karena jaraknya dekat 5 Agustus ke terakhir kemarin," bebernya.

Ade Mulyana mengakui perbuatannya saat diperiksa Jatanras Polres Purwakarta.

"Akhirnya baru malamnya (Ade) mengakui dia yang bawa balok, martil, dan alat-alat bukti yang sudah dipersiapkan," kata Feri

Padahal Ade sudah dianggap sebagai orang kepercayaan lantaran Fery yang kesehariannya bekerja di Kantor PJT II, mempercayai Ade untuk menjaga Dea.

Seperti diketahui, Dea Permata Kharisma (27), bersimbah darah di dalam rumahnya pada Selasa (12/8/2025) siang.

‎‎Dea ditemukan tewas bersimbah darah di dalam rumahnya, dengan sejumlah luka pada tubuhnya.

Peristiwa ini terjadi di rumah korban di Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta.

Ade sendiri merupakan pembantu atau asisten rumah tangga dari korban yang pertama kali mengaku menemukan Dea tewas bersimbah darah.

Korban 3 Bulan Diteror Hingga Lapor Polisi 

‎Rafi sang adik mengungkapkan bahwa kakaknya sempat bercerita terkait ancaman yang dilakukan oleh seseorang. 

‎"Ia pernah cerita ke keluarga, soal ancaman lewat WhatsApp," ucapnya. 

Sang ayah, Sukarno (65), menyebutkan bahwa rumah Dea pernah dilempari cat dan bahkan pelaku ancaman sempat masuk ke dalam rumah. 

"Sempat cerita, rumah tuh dilempari cat, kemudian juga orang yang ngancam itu pernah masuk ke dalam rumah juga,” ujar Sukarno.

Ancaman tak berhenti di situ. Menurut sang ibu, Yuli Ismawati (55), Dea juga menerima pesan bernada pembunuhan melalui aplikasi WhatsApp. 

Yuli mengaku telah menyarankan anaknya untuk melapor ke pihak berwenang dan memasang CCTV di rumah. 

Sudah lapor Babinsa, sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi enggak ada yang datang,” kata Yuli sambil menangis. 

‎Kini, keluarga korban hanya bisa berharap polisi dapat segera mengungkap pelaku dan memberikan keadilan atas kematian tragis Dea. 

Garis polisi telah terpasang di sekitar rumah sejak pukul 16.00 WIB, dan aparat kepolisian masih melakukan olah tempat kejadian perkara serta memeriksa sejumlah saksi. 

‎Kapolres Purwakarta, AKBP I Putu Dewa Gede Anom Jaya membenarkan peristiwa penemuan jasad wanita muda tersebut.

‎"Hari ini, Selasa (12/8), kami tim identifikasi dari Polres Purwakarta melakukan olah TKP di rumah yang ditemukan perempuan dalam kondisi meninggal dunia," ucapnya.

‎Ia mengatakan, pihak kepolisian masih mendalami peristiwa tersebut, mulai dari olah TKP hingga memintai keterangan dari sejumlah saksi.

‎"Jenazah korban akan autopsi guna memastikan sebab-sebab kematiannya," kata Anom. 

‎"Hasil identifikasi sementara luka yang di korban di mana saja dan berapa luka itu masih menunggu hasil autopsi," katanya.

‎Meski demikian, polisi memastikan jika penemuan mayat bersimbah darah ini akibat aksi kekerasan yang menyebabkan meninggal dunia, pihaknya sudah melakukan prosedur penyelidikan untuk mengungkap fakta-fakta yang terjadi

‎"Namun dugaan awal memang patut diduga meninggal karena dugaan ada dengan tindak pidana. Menunggu hasil autopsi." 

‎"Secara umum memang kami temukan korban dalam kondisi meninggal dunia, kemudian ada kondisi dalam ada darah. Makanya oleh sebab itu kita melakukan otopsi untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kematian," tandasnya.

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved