Pembunuhan Wanita di Purwakarta
Isi Ancaman yang Diterima Dea Sebelum Ditemukan Tewas, Sering Diintai, Diminta Menjauhi Seseorang
Ibunya Yuli Ismawati (55), menyebut ancaman ke putrinya terkait permintaan agar Dea menjauhi seseorang yang pernah ia bantu mendapatkan pekerjaan.
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM- Ibunda Dea Permata Karisma (27), mengungkapkan isi ancaman teror yang diterima putrinya sebelum ditemukan tewas mengenaskan di kediamannya yang terletak di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada Selasa siang (12/8/2025).
Kepada keluarganya, Dea bercerita sering mendapat teror melalui pesa WhatsApp maupun langsung di rumahnya selama 3 bulan terakhir.
Ibunya Yuli Ismawati (55), menyebut ancaman itu terkait permintaan agar Dea menjauhi seseorang yang pernah ia bantu mendapatkan pekerjaan.
Baca juga: Jeritan ART Temukan Dea Permata Sang Majikan Tewas Bersimbah Darah, Sempat Diminta Beli Minuman
Diketahui, Dea sendiri sebelumnya bekerja sebagai HRD di perusahaan swasta di Purwakarta.
Namun, kini ia telah resign karena diminta oleh suaminya.
Yuli mengatakan ancaman itu sering membuat Dea ketakutan lantaran terduga pelaku sering mengintai rumahnya.
Hal itu pula yang membuat sang ibunda menyarankan korban untuk melaporkan ke polisi dan memasang CCTV di rumah.
"Masalahnya ga tahu tapi dia itu disuruh menjauhin dulu pernah menolong orang untuk bekerja di parawisata, nah gak tahu masalahnya apa dari chat itu anak saya disuruh menjauhi padahal sebatas teman, karena dia yang masukin disitu," terang Yuli Ismawati, dilansir dari youtube Tribun Bekasi.
Sementara itu terkait laporan itu, polisi disebut tak menindaklanjuti aduan Dea lantaran tak cukup memiliki bukti yang kuat.
"Saya suruh lapor polisi, belum ada bukti katanya, tapi chat itu terus ngancam anak saya sampai terakhir dia mengancam rumah dipantau, kalau dia tidak mau menjauhi temen yang katanya, di bakal dibunuh," bebernya.
"Sudah lapor Babinsa, sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi enggak ada yang datang,” kata Yuli sambil menangis.
Hingga pada Selasa (12/8/2025) siang, Dea pertama kali ditemukan tewas bersimbah darah oleh asisten rumah tangganya (ART) di dalam rumahnya di Komplek PJT II Blok D.
Baca juga: Sosok Dea Permata Karisma, HRD di Purwakarta Tewas Diduga Dibunuh, 3 Bulan Diteror, Dikenal Ramah
Sang ayah, Sukarno (65), menyebutkan bahwa rumah Dea pernah dilempari cat dan bahkan pelaku ancaman sempat masuk ke dalam rumah.
"Sempat cerita, rumah tuh dilempari cat, kemudian juga orang yang ngancam itu pernah masuk ke dalam rumah juga,” ujar Sukarno.
Kini, keluarga korban hanya bisa berharap polisi dapat segera mengungkap pelaku dan memberikan keadilan atas kematian tragis Dea.
Semasa hidupnya, Dea dikenal dikenal sebagai sosok ramah.
"Dia baik, suka bergaul sama semua orang. Saya enggak dengar dia punya masalah dengan siapa pun," ungkap Salbiah, tetangga Dea melansir dari Tribunjabar.com, selasa (12/8/2025).
Hal senada pun diungkap oleh adik korban, Rafi Karisma (19).
Rafi menyebutkan bahwa Dea merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
"Terakhir ketemu hari Sabtu (9/8) kemarin, kami sekeluarga main ke rumah sini yang di Jatiluhur," kata Rafi kepada Tribunjabar.id, Selasa (12/8/2025).
Ia mengatakan, Dea merupakan sosok yang penyayang kepada keluarga.
"Teteh (Dea) mah baik, kalau ketemu kami adik-adiknya suka nawarin jajan," kata Rafi.
Rafi tak menyangka bahwa pertemuan dengan sang kakak pada akhir pekan tersebut menjadi hari terakhir pertemuannya.
Kronologi Pembunuhan
Jasad Dea pertama kali ditemukan oleh asisten rumah tangganya dalam kondisi bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk.
Garis polisi telah terpasang di sekitar rumah sejak pukul 16.00 WIB, dan aparat kepolisian masih melakukan olah tempat kejadian perkara serta memeriksa sejumlah saksi.
Pembunuhan itu diduga dilakukan siang. Soalnya, tetangga korban sempat bersama korban berbelanja.
Baca juga: 3 Bulan Diteror di WA, Dea Sempat Lapor Polisi Namun Tak Ditanggapi, Kini Ditemukan Tewas di Rumah
Detik-detik terakhir Dea Permata Karisma sebelum dibunuh itu diungkap tetangganya yang bernama Salbiah.
"Tadi sekitar jam 10 pagi, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. Jam 11 siang, kami pulang hampir bersamaan," ujar Salbiah.
Saat itu, kata Salbiah, Dea terlihat normal.
"Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," ujar Salbiah.
Tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea berlari ketakutan sambil berteriak, "Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh," kata Salbiah menirukan pembantu korban.
Ia menyebutkan, kejadian terungkap ketika pembantu Dea pulang dari warung sekitar jam 13.00 WIB.
"Dia disuruh beli minuman. Pas balik, langsung nemuin Bu Dea sudah tidak bernyawa," kata Salbiah.
Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.
Saat akan masuk rumah, Salbiah mengaku mengurungkan niatnya setelah melihat ada jejak kaki yang berdarah.
"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut," katanya.
"Kayak bekas kaki habis menginjak darah," tambahnya.
Perempuan 27 tahun itu ditemukan tewas dengan banyak luka tusuk di tubuhnya.
Saat itu, jenazah Dea Permata Karisma sedang dievakuasi oleh petugas.
Kapolres Purwakarta, AKBP I Putu Dewa Gede Anom Jaya membenarkan peristiwa penemuan jasad wanita muda tersebut.
"Hari ini, Selasa (12/8), kami tim identifikasi dari Polres Purwakarta melakukan olah TKP di rumah yang ditemukan perempuan dalam kondisi meninggal dunia," ucapnya.
Ia mengatakan, pihak kepolisian masih mendalami peristiwa tersebut, mulai dari olah TKP hingga memintai keterangan dari sejumlah saksi.
"Jenazah korban akan autopsi guna memastikan sebab-sebab kematiannya," kata Anom.
"Hasil identifikasi sementara luka yang di korban di mana saja dan berapa luka itu masih menunggu hasil autopsi," katanya.
Meski demikian, polisi memastikan jika penemuan mayat bersimbah darah ini akibat aksi kekerasan yang menyebabkan meninggal dunia, pihaknya sudah melakukan prosedur penyelidikan untuk mengungkap fakta-fakta yang terjadi
"Namun dugaan awal memang patut diduga meninggal karena dugaan ada dengan tindak pidana. Menunggu hasil autopsi."
"Secara umum memang kami temukan korban dalam kondisi meninggal dunia, kemudian ada kondisi dalam ada darah. Makanya oleh sebab itu kita melakukan otopsi untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kematian," tandasnya.
(*)
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.