Cuaca Sumsel Hari Ini

Matahari Menyinari Bumi Tanpa Penghalang Awan, Disebut BMKG Jadi Penyebab Panas Terik di Sumsel

Selain itu juga memicu panas terik karena efek dari kemarau yakni cuaca panas terik karena matahari langsung menyinari bumi tanpa penghalang awan.

Penulis: Hartati | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Choirul Rahman
PANAS TERIK - Matahari Menyinari Bumi Tanpa Penghalang Awan, Disebut BMKG Jadi Penyebab Panas Terik di Sumsel, Senin (21/7/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sebanyak 79 persen wilayah Sumatera Selatan saat ini telah memasuki musim kemarau sehingga masyarakat diminta waspada peningkatan potensi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan Wandayantolis mengatakan, berdasarkan pemutakhiran data iklim, sebanyak 11 dari 14 Zona Musim (ZOM) di Sumatera Selatan, atau sekitar 79 persen dari total wilayah Sumatera Selatan, telah memasuki musim kemarau sejak dasarian I Juni 2025.

Meskipun sempat terjadi periode basah pada awal Juli 2025, tetapi secara umum curah hujan di hampir seluruh wilayah Sumatera Selatan sudah di bawah 50 mm per dasarian, kecuali di sebagian kecil wilayah Ogan Komering Ulu (OKU) dan Ogan Komering Ilir (OKI).

Data pemutakhiran hingga 20 Juli 2025 menunjukkan bahwa Hari Tanpa Hujan (HTH) terpanjang tercatat di ARG Batu Lintang, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, yaitu selama 15 hari.

Saat ini, secara umum, HTH masih berada dalam kategori sangat pendek (1-5 hari).

Namun, seiring dengan penurunan curah hujan, durasi HTH diprediksi akan semakin bertambah.

Baca juga: Penjelasan BMKG Penyebab Cuaca Sumsel Terasa Panas Terik, Tetap Ada Potensi Turun Hujan

Baca juga: Terdeteksi Ada 1 Titik Panas di Desa Harapan Jaya, BPBD OKI Himbau Warga Waspada Karhutla

Kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian hotspot dan risiko Karhutla di wilayah Sumatera Selatan.

Selain itu juga memicu panas terik karena efek dari kemarau yakni cuaca panas terik karena matahari langsung menyinari bumi tanpa penghalang awan.

"Saat kemarau, faktor yang bisa menyerap panas dan menahan sinar matahari untuk sampai ke bumi seperti hujan, awan dan uap air sangat minim sehingga matari langsung menyinari bumi sehingga terasa lebih panas menyengat yang diprediksi berlangsung hingga akhir kemarau atau hingga September dan Oktober, tapi kemarau bukan tanpa hujan sama sekali. Tetap ada hujan tapi sangat minim secar kuantitas dan jumlah hari hujan jauh lebih sedikit,".

Sementara itu prediksi curah hujan pada dasarian III Juli atau 10 hari terkahir Juli, sebagian besar wilayah Sumatera Selatan diprediksi berpeluang lebih dari 70 persen terjadi curah hujan rendah (0-50 mm) kecuali sebagian besar OKU Selatan, di sebagian kecil Musi Rawas Utara bagian timur, Musi Rawas bagian utara, Musi Banyuasin bagian barat dan selatan, Banyuasin bagian barat, PALI bagian utara, Muara Enim bagian selatan, Pagar Alam bagian timur, OKU bagian barat

Sedangkan OKI bagian timur, diprediksi berpeluang lebih dari 40 persen terjadi curah hujan menengah (51-150 mm).

BMKG menghimbau agar masyarakat menghindari pembakaran lahan, menghemat penggunaan air, mengakses kanal resmi BMKG untuk informasi cuaca dan iklim terkini, dan mengikuti arahan dan imbauan dari pemerintah daerah setempat terkait pencegahan Karhutla.

 

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved