Berita Palembang

Buku 'Akar Rumput Herman Deru', Ungkap Perjalanan Panjang Politik Sang Gubernur Sumsel

Perjalan politik Herman Deru yang saat ini menjabat Gubernur Sumsel, dibuat dalam buku Politik Akar Rumput Herman Deru.

TRIBUNSUMSEL.COM/ARIEF BASUKI ROHEKAN
LAUNCHING BUKU -- Perjalan politik Herman Deru yang saat ini menjabat Gubernur Sumsel, dibuat dalam buku Politik Akar Rumput Herman Deru yang digelar di The Altz Hotel, Senin (30/6/2025). Buku yang ditulis anggota DPRD Sumsel Fraksi NasDem Alfrenzi Panggarbesi bersama Rustam Imron (eks wartawan Sriwijaya Post) dan Komalasari ini menghadirkan kisah perjalanan politik Herman Deru, dari akar rumput hingga menjadi pemimpin daerah. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Sosok Herman Deru tak asing bagi perpolitikan di Sumatera Selatan (Sumsel), mengingat perjalanan dari sejumlah jabatan politik hingga kepala daerah yang diembannya hingga saat ini. 

Perjalan politik Herman Deru yang saat ini menjabat Gubernur Sumsel, dibuat dalam buku Politik Akar Rumput Herman Deru yang digelar di The Altz Hotel, Senin (30/6/2025). 

Buku yang ditulis anggota DPRD Sumsel Fraksi NasDem Alfrenzi Panggarbesi bersama Rustam Imron (eks wartawan Sriwijaya Post) dan Komalasari ini menghadirkan kisah perjalanan politik Herman Deru, dari akar rumput hingga menjadi pemimpin daerah.

Dalam sambutannya, Herman Deru menegaskan bahwa politik bukan sekadar kekuasaan, melainkan medium ilmu dan pembelajaran, yang dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin masa depan, baik walikota maupun bupati.

"Ilmu dan pendidikan adalah amunisi utama untuk melawan kemiskinan dan kebodohan," kata Deru dalam sambutannya.

Baca juga: Herman Deru Ingatkan Pentingnya Peran Ibu-ibu Mempersiapkan Generasi Indonesia Emas 2045

Ketua DPW partai NasDem Sumsel ini mengaku, keputusan untuk terjun ke dunia politik bukan sesuatu yang instan melainkan proses cukup panjang. 

“Butuh proses panjang dan keyakinan, dan buku ini saya harap bisa menjadi navigator bagi siapa pun yang ingin menapaki jalan politik dengan cara yang benar,” tambahnya. 

Salah satu aspek menarik yang diungkap dalam buku ini adalah sisi personal Herman Deru yang jarang diketahui publik.

Pada usia 17 tahun, ia sudah menikah, sebuah keputusan yang dianggap tidak lazim bagi banyak orang. 

“Saya ingin memulai hidup lebih awal, dan itu tekad saya. Tapi saya tidak menyarankan orang lain meniru menikah di usia 17 tahun,” ujarnya. 

Herman Deru juga menyinggung bahwa politik lokal sudah ia "khatamkan", mengingat pengalamannya menjadi bupati dua periode dan gubernur dua periode.

Menurutnya, hal ini bukan untuk membanggakan diri, tapi semoga bisa menjadi referensi bagi generasi penerus yang ingin meniti jalur politik dari bawah, dengan biaya murah dan semangat akar rumput.

Menurutnya, buku ini bukan tentang membanggakan masa lalu, tapi memantik semangat baru.

"Buku ini bukan untuk pamer. Saya hanya ingin memantik semangat. Siapa tahu apa yang saya jalani bisa dijadikan inspirasi, bukan hanya untuk jadi politisi, tapi untuk menjadi orang yang berharga," tuturnya.

"Mengapa ini saya mau ditulis. Karena kedepan saya tidak mencalonkan lagi. Kalau saya mencalonkan lagi kedepan tentu saya tidak mau membuat, karena bisa jadi diambil lawan politik dan akan menjadi ancaman buat saya sendiri," kata dia. Selain itu, dia juga mengatakan dalam buku politik ini dia menjelaskan kalau dirinya menjalankan politik itu murah. 

"Pada tahun 2005 menjadi bupati saya hanya menghabiskan dana operasional Rp 1,9 miliar. Sedangkan teman saya bupati yang lain bisa menghabiskan puluhan kali lipat waktu itu," terangnya. 

Sementara penulis Alfrenzi Panggarbesi yang didampingi Rustam Imron dan Komalasari menjelaskan, bahwa dibutuhkan waktu panjang untuk membujuk mantan Bupati OKU Timur itu agar bersedia menjadi objek utama penulisan.

“Awalnya beliau enggan, tapi akhirnya menyetujui karena melihat pentingnya menyebarluaskan pengalaman politik akar rumput yang beliau jalani,” terang Alfrenzi.

Lebih lanjut, Alfrenzi menegaskan bahwa buku ini lahir bukan hanya dari semangat dokumentasi perjalanan politik, melainkan juga sebagai upaya meningkatkan budaya literasi.

"Budaya menulis dan membaca buku, terutama di kalangan akademisi dan jurnalis, masih kurang menonjol. Mudah-mudahan karya sederhana ini bisa menggugah semangat menulis dan membaca," harapnya.

Acara launching buku ini dihadiri berbagai kepala daerah, tokoh masyarakat, akademisi, politisi muda, hingga kalangan jurnalis.

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved