Berita Viral

Keluarga Juliana Pendaki asal Brasil Tunggu Autopsi, Ingin Tahu Penyebab Pasti Kematian Sang Putri

Pihak keluarga yang sudah berada di Indonesia masih menanti hasil autopsi jenazah Juliana, mereka ingin mengetahui secara pasti penyebab kematian

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
IG/ajulianamarins
JENAZAH JULIANA DIAUTOPSI - Potret keluarga Juliana Marins. Pihak keluarga yang sudah berada di Indonesia masih menanti hasil autopsi jenazah Juliana, mereka ingin mengetahui secara pasti penyebab kematian 

TRIBUNSUMSEL.COM-  Jenazah WNA Brasil Juliana Marins (27) yang terjatuh di lereng puncak Gunung Rinjani ini telah diautopsi sebelum dipulangkan ke Brasil.  

Pihak keluarga yang sudah berada di Indonesia hingga kini masih menanti hasil autopsi jenazah Juliana.

Sebelumnya, jenazah Juliana disemayamkan di RS Bhayangkara Mataram, Kota Mataram, Rabu (25/6/2025) petang. 

Baca juga: Nasib Ali Musthofa, Tour Guide Bawa Juliana Naik Rinjani Diperiksa Polisi: Saya Berusaha Mati-matian

PENGAKUAN TOUR GUIDE : Juliana Maris pendaki asal Brasil jatuh ke jurang di Gunung Rinjani ditemukan sudah meninggal dunia.
PENGAKUAN TOUR GUIDE : Juliana Maris pendaki asal Brasil jatuh ke jurang di Gunung Rinjani ditemukan sudah meninggal dunia. (Instagram/Kolase)

Adapun pihak keluarga meminta agar dilakukan autopsi guna mengetahui secara pasti penyebab kematian Marins setelah terjatuh di Gunung Rinjani.

Permintaan ini disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Indah Dhamayanti Putri. 

“Pihak keluarga ingin mengetahui secara jelas kapan dan bagaimana proses kematian korban terjadi,” ujar Indah dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram, Kamis (26/6/2025), dilansir dari Kompas.com.

Menurut Indah, hasil autopsi tersebut akan menjadi dokumen penting bagi keluarga di Brasil, terutama untuk keperluan administratif pemakaman.

Semula proses autopsi dilaksanakan di RS Bhayangkara Mataram namun karena ketiadaan dokter sedang berada di luar daerah sehingga dirujuk ke Bali. 

“Dokternya hanya satu di NTB dan saat ini sedang berada di Semarang. Karena itu, kami mencari alternatif terdekat dan akhirnya berkoordinasi dengan pihak di Bali,” jelasnya.

Jenazah Juliana pun dijadwalkan diberangkatkan ke Denpasar menggunakan ambulans setelah seluruh proses administrasi selesai dipenuhi oleh pihak rumah sakit.

“Setelah semua berkas selesai, ambulans dari RS Bhayangkara akan membawa jenazah ke Bali,” imbuh Indah.

Pemerintah Provinsi NTB menanggung seluruh biaya penanganan jenazah selama berada di wilayah NTB.

Pemerintah juga telah menjalin koordinasi intensif dengan Kedutaan Besar Brasil guna memastikan proses berjalan lancar dan sesuai dengan keinginan pihak keluarga.

 “Kami menyampaikan duka cita yang mendalam. Korban datang sebagai wisatawan, dan kedukaannya menjadi milik kita semua, masyarakat NTB,” kata Indah.

Baca juga: Bukan Meninggalkan, Tour Guide Juliana Pendaki Brasil di Rinjani Ngaku Hanya Unggul 3 Menit Duluan

Plt Kepala RS Bhayangkara Mataram, dr Mike Wijayanti Djohar mengungkapkan Jenazah Juliana tiba di rumah sakit sekira pukul 22:44 WITA, tiba di rumah sakit jenazah langsung dibawa menuju ruang autopsi untuk dilakukan pemeriksaan awal.  

Mike juga mengatakan, seluruh properti yang menempel pada tubuh Juliana sudah diserahkan kepada pihak kedutaan Brasil, karena keluarga korban sudah tak mampu melihat kondisi Juliana.  

Hasil visum terhadap jenazah Juliana sudah dikantongi oleh pihak rumah sakit, namun Mike enggan membeberkannya.  

"Kami tidak bisa sampaikan di sini karena itu permintaan penyidik, nanti kami serahkan meskipun sudah ada tapi nanti kami sampaikan ke penyidik dulu," katanya. 

 Pengakuan Tour Guide

 Dugaan kelalaian Tour Guide Ali Musthofa meninggalkan pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27) sendirian saat tengah beristirah di Gunung Rinjani, berujung membawanya berurusan dengan pihak kepolisian.

Ali Musthofa pun diperiksa oleh Satreskrim Polres Lombok Timur (Lotim), Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah turis perempuan asal Brasil yang dia bawa terjatuh saat mendaki jalur menuju puncak Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025). 

Ali telah diperiksa polisi pada Rabu (25/6/2025) dan Kamis (26/5/2025).

Sebagai pemandu di gunung Rinjani, Ali Musthofa memiliki tanggung jawab selama membawa 5 orang pendaki yang hendak naik ke puncak.

Melansi dari Oglobo.com, Kamis (26/6/2025), Ali Musthofa mengaku awalnya menyarankan Juliana untuk beristirahat lantaran melihatnya sudah kelelahan sementara ia terus berjalan. 

Namun diakui Musthofa, ia berjalan tiga menit bersama rombongan yang terdiri dari lima orang di depan Juliana sementara Juliana beristirahat.

Baca juga: Sosok Ali Musthofa, Tour Guide Bawa Juliana Pendaki Brasil Naik Gunung Rinjani Kini Diperiksa Polisi

Kemudian, Ali merasa heran mengapa pendaki asal Brasil itu lama sekali tiba di titik pertemuan. 

"Saya katakan kepadanya bahwa saya akan menunggunya di depan. Saya menyuruhnya untuk beristirahat," ungkap Ali Musthofa dilansir dari situs pemberitaan brasil, 

"Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinya di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak dapat menemukannya. 

Kemudian, ia sempat mendengar adanya suara minta tolong dari jurang kedalaman 150 meter yang diyakini suara Juliana.

Ali Musthofa mengatakan dia menelepon perusahaan tempat dia bekerja untuk melaporkan kecelakaan tersebut dan meminta mereka untuk meminta bantuan. 

"Saya menyadari (dia telah jatuh) ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta bantuan. Saya katakan kepadanya bahwa saya akan membantunya," ujar Ali Musthofa. 

"Saya berusaha mati-matian untuk memberi tahu Juliana agar menunggu bantuan," sambung Ali Musthofa. 

Baca juga: Jejak Pengalaman Agam Rinjani Bukan Pertama Kali Evakuasi Pendaki Jatuh di Rinjani, Terbaru Juliana

Diketahui, Juliana Marins bersama lima pendaki lainnya menggunakan jasa tour guide bernama Ali Musthofa. 

Adapun Ali Musthofa mengatakan Juliana Marins membayar Rp 2.500.000 untuk paket trip tersebut.

Ditemukan Meninggal  

Juliana Marins sudah lima hari hilang, terhitung sejak Sabtu (21/6/2025). 

Pendaki asal Brasil tersebut ditemukan Tim Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). 

Sayangnya, Juliana Marins ditemukan dalam kondisi meninggal duia. 

Hal tersebtu disampaikan lansgung Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii. 

Menurut keterangan Syafii, pencarian yang dilakukan tim mencapai titik krusial pada pukul 16.52 WITA. 

Tujuh orang rescuer yang diturunkan, kata Syafii, bisa menjangkau di kedalaman 400 meter.

Pada pukul 18.00 WITA, seorang rescuer dari Basarnas, Khafid Hasyadi, berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter atau di titik datum point.  

"Selanjutnya dilakukan pemeriksaan korban dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan," kata Syafii melalui keterangan tertulis, Selasa (24/6/2025) melansir dari Tribunnews.com.

Setelah itu, tiga orang dari tim SAR yakni Syamsul Fadli dari unit Lombok Timur, serta Agam dan Tiyo dari Rinjani Squad melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap korban. 

"Pukul 18.31 WITA, 3 orang potensi SAR menyusul turun mendekati korban dan setelah dikonfirmasi dipastikan korban dalam kondisi meninggal dunia, selanjutnya korban dilakukan wrapping survivor," ungkap Syafii. 

Setelah informasi mengenai kondisi korban diperoleh, tim SAR gabungan yang berada di lokasi terakhir korban terlihat mulai menyiapkan sistem evakuasi. 

Tim yang berjumlah tujuh orang kemudian melakukan sistem flying camp, dengan tiga orang berada di anchor point kedua (400 meter) dan empat orang lainnya di samping korban di datum point 600 meter. 

"Pukul 19.00 WITA, dikarenakan cuaca yang tidak memungkinkan dengan visibility terbatas maka diputuskan evakuasi korban akan dilakukan pada hari Rabu tanggal 25 Juni 2025 pukul 06.00 WITA dengan metode lifting (korban diangkat ke atas/LKP)," katanya. 

Proses evakuasi Juliana membutuhkan waktu lima hari penuh proses evakuasi terhadap pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), yang terjatuh ke dalam jurang sedalam 600 meter di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Juliana terjatuh di jurang curam kawasan Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani. Lokasinya berada di ketinggian 9.000 kaki atau sekitar 2.743 meter di atas permukaan laut. 

“Medan tempat korban jatuh adalah tebing terjal dengan kedalaman lebih dari 600 meter. Lokasinya benar-benar sulit dijangkau dan tidak memungkinkan dilakukan evakuasi biasa,” ujar Syafii dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025). 

Tim SAR memerlukan waktu 8 jam hanya untuk mencapai titik awal pencarian dari Pos Sembalun. 

Perjalanan menempuh tebing berbatu, semak belukar, dan jalur licin akibat hujan yang mengguyur kawasan pegunungan selama dua hari berturut-turut. 

(*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved