Berita Viral

Iming-iming Sekolah Elite di Bekasi Janjikan Kurikulum Cambridge Ternyata Bodong, Wali Murid Ditipu

Al Kareem Islamic School terbukti tak merealisasikan iming-iming kegiatan belajar mengajar(KBM) berbasis kurikulum Cambridge selama 3 tahun beroperasi

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Wartakotalive.com
SEKOLAH BODONG DI BEKASI - Tangkapan layar Al Kareem Islamic School, salah satu sekolah swasta di kawasan Bekasi, Jawa Barat mendadak jadi sorotan publik, Rabu (18/6/2025). Al Kareem Islamic School terbukti tak merealisasikan iming-iming kegiatan belajar mengajar(KBM) berbasis kurikulum Cambridge selama 3 tahun beroperasi 

Namun di dalam praktiknya, para pengajar ternyata selama ini hanya menggunakan Bahasa Indonesia.

"Lalu dari agamanya pun pelajarannya juga kurang, tidak ada hafalan (surat Alquran)," ungkap Silvia.

Silvia merasa ditipu karena anaknya tak mengalami kemajuan dalam proses KBM.

Terlebih, ia memasukkan anaknya ke sekolah mewah tersebut harus mengeluarkan biaya besar, yakni Rp 23 juta untuk pendaftaran.

Besaran biaya pendaftaran tersebut sudah termasuk biaya kegiatan sekolah dan uang bulanan selama tiga bulan awal.

Sementara pada bulan keempat, wali murid harus membayar Rp 2 juta per bulan untuk biaya pendidikan anak-anaknya.

"Makanya dengan biaya yang menurut saya mahal itu kami kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan," ujar Silvia.

Sementara itu, seorang wali murid inklusi, Benny Sugeng Waluyo juga mengungkapkan dugaan penipuan sekolah tersebut.

Sugeng mengatakan bahwa ia sengaja memasukkan anaknya ke sekolah tersebut karena iming-iming adanya terapi psikologi. 

"Tapi selama anak kami sekolah di sini realisasi itu tidak ada," kata Sugeng.

Guru Ngaku Diperlakukan Seperti ART

Seorang guru, Salsabila Syafwani, mengatakan, cara-cara kepala yayasan yang juga kepala sekolah memperlakukan para guru seperti asisten rumah tangga (ART) membuat ia bersama rekan guru lainnya menjadi resah.

"Kami kan dikontrak sebagai staf pendidik, tapi terkadang kami tuh diberikan jobdesk di luar tugas kami sebagai guru, jadi kadang masalahnya di situ aja sih," kata Salsabila saat diwawancara Senin (16/6/2025).

Anisa Dwi Zahra, guru lainnya, menjelaskan, dia bersama guru-guru lainnya diperlakukan mirip pembantu rumah tangga.

"Saya pernah disuruh belanja kebutuhan rumah tangga, nganter jemput anak beliau. Jadi banyak job desk yang tidak sesuai dengan tugas kami, jadi kita tuh disuruh jalani job desk kayak ART-nya mereka," jelas Anisa, Senin (16/6/2025).

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved