Mayat Mutilasi di Sumbar

Keluarga Korban Mutilasi di Padang Pariaman Ungkap Fakta sang Anak Disebut Berutang kepada Pelaku

Mengaku kepada polisi membunuh Septia Adinda karena utang piutang, SJ, pelaku mutilasi sekaligus pembunuh berantai di Kabupaten Padang Pariaman, Sumat

TribunPadang.com/Panji Rahmat
KELUARGA KORBAN MUTILASI- Pihak keluarga atau abang dari korban pembunuhan mutilasi sedang memadangi foto Septia Adinda yang ada pada dinding rumah duka di kawasan Balah Ilia Utara, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Jumat (20/6/2025). Keluarga Septia Adinda, korban mutilasi di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat membantah keterangan Wanda, menyebut korban memiliki utang 

TRIBUNSUMSEL.COM - Mengaku kepada polisi membunuh Septia Adinda karena utang piutang, SJ, pelaku mutilasi sekaligus pembunuh berantai di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. 

Ayah korban bernama Dasrizal mengatakan tidak mungkin anaknya berutang kapada pelaku.

Hal itu ia sampaikan, meski kondisi ekonomi pihak keluarga sedang tidak stabil dalam beberapa waktu belakang.

Kondisi ekonomi itu pula yang membuat Septia Adinda mengambil cuti kuliah di STIE AKBP Kota Padang, beberapa waktu lalu.

“Tapi kalau anak saya berutang pada pelaku, saya tidak yakin. Saya pastikan itu tidak benar,” Kata Dasrizal ketika ditemui di rumahnya, Jumat (20/6/2025).

Hal ini mengacu pada kebutuhan Dinda (sapaan akrabnya), yang masih bisa dicukupi oleh pihak keluarga sampai saat ini.

PEMBUNUHAN MUTILASI- Terduga pelaku pembunuhan mutilasi saat ditanya oleh Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, Kamis (19/6/2025). Sebelum melakukan pembunuhan mutilasi, pelaku sempat sekap korban hingga meninggal dunia di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
PEMBUNUHAN MUTILASI- Terduga pelaku pembunuhan mutilasi saat ditanya oleh Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, Kamis (19/6/2025). Sebelum melakukan pembunuhan mutilasi, pelaku sempat sekap korban hingga meninggal dunia di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Supaya tidak merepotkan keluarga, Dinda selama berhenti kuliah diketahui juga bekerja di jasa pengiriman barang untuk memenuhi kebutuhannya.

Ada hal lain yang menjadi penyebab pelaku berinisial SJ ini melakukan pembunuhan, sebut Dasrizal.

“Tentu kami harap pihak kepolisian bisa membuka motifnya, yang pasti saya yakin ini bukan masalah utang piutang seperti yang telah beredar,” ujarnya.

Bahkan, Dasrizal mengaku bisa membayarkan uang sebanyak itu, jika memang anaknya berutang pada pelaku.

“Kalau memang ada utang, saya akan carikan pembayarannya, meski harus buka tutup lubang. Tapi itu tidak mungkin,” tuturnya.

Percakapan terakhir dengan korban

Keluarga mengenang percakapan terakhir dengan Septia Adinda sebelum korban ditemukan meninggal dunia akibat menjadi korban pembunuhan mutilasi di Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman.

“Pakai lah baju ama lu, awak sabantanyo (Pasang saja pakaian mama dulu, saya pergi sebentar),” ujar Paman Dinda, Donal menirukan ucapan Septia Adinda, sebelum meninggalkan rumah di pagi hari Minggu (15/6/2025).

Pagi itu ia diajak oleh ibunya (Wenni) pergi ke Kota Pariaman tempat saudaranya, saat itu Dinda (sapaan akrabnya) sudah mengiyakan ajakan tersebut.

Namun saat ibunya bersiap-siap, Dinda menerima telepon dan meminta izin untuk mendahulukan ajakan dari penelpon.

Paman Dinda, Donal, mengatakan, ajakan dari balik telepon itu datang dari temannya, dengan jarak tidak begitu jauh dari rumah.

“Itulah percakapan terakhir Dinda di rumah. Saat itu saya juga berada di sana,” ujarnya, mengenang hari terakhir bertemu kemenakan perempuannya.

Anak bontot dari pasangan Dasrizal dan Wenni itu, pergi menggunakan motor sendiri, seperti biasanya.

Kepergian Dinda pagi itu, merupakan kepergian selama-lamanya meninggalkan kedua orang tua dan saudara laki-lakinya.

Sebelumnya diberitakan, bagian Psikologis Polda Sumbar, kunjungi rumah Septia Adinda korban mutilasi yang merupakan rangkaian dari korban pembunuhan berencana di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Jumat (20/6/2025).

Tim psikologis Polda Sumbar yang dipimpin oleh Iptu Nina, datang ke lokasi bersama sejumlah anggota Polda didampingi personel Polres Padang Pariaman.

Terlihat Iptu Nina sesampai di rumah duka, langsung menemui kedua orang tua korban bernama Septia Adinda di bawah tenda biru yang masih terpasang.

Mereka bertiga terlihat berbincang dengan penuh emosional, dengan pendekatan yang hati-hati.

Wajahnya ibunya terlihat sembab akibat terpikirkan kejadian nahas yang menimpa anaknya.

Beberapa kali ibu dari Septia Adinda menyeka air mata yang membasahi wajahnya.

Iptu Nina mencoba menguatkan kedua orang tua korban, dengan mendengar cerita kedua orang tua yang sahut menyahut berbincang.

Dalam perbincangan yang penuh emosional tersebut, beberapa kali ayah korban sempat tersulut emosi bercerita.

Melihat tindak tanduk suaminya, ibu korban mengatakan bahwa memang sejak mengetahui kabar anaknya dimutilasi, emosinya tidak stabil.

Terdengar dalam percakapan tersebut, ibu korban menyebut ayahnya sejak mengetahui kabar tersebut sulit untuk makan.

“Kami berusaha untuk menguatkan korban, mendengarkan ceritanya guna memberikan penguatan secara emosional,” ujar Iptu Nina.Ia berharap pihak keluarga bisa menerima kejadian yang sangat pahit dan menyedihkan ini. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Keluarga Septia Adinda Bantah Anaknya Punya Utang ke Pelaku Pembunuhan Berantai di Padang Pariaman

 

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved