Hari Lahir Pacasila
Isi Lengkap Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 yang Kini Ditetapkan Sebagai Hari Lahir Pancasila
Pidato yang luar biasa di zaman itu. Pidato yang membangkitkan semangat kebangsaan, yang semangatnya masih kita rasakan hingga sekarang.
Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
TRIBUNSUMSEL.COM - Hari Minggu 1 Juni 2025 Indonesia akan memperingati Hari Lahir Pancasila.
Hari Lahir Pancasila 1 Juni ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 tahun 2016.
Dalam Keppres itu disebutkan, penetapan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni karena di antaranya, melalui pidatonya pada 1 Juni 1945 di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bertempat di Gedung Chuo Sangi In, yang sekarang menjadi Gedung Pancasila.
Soekarno yang pertama kali mengenalkan Pancasila sebagai dasar negara di sidang BPUPKI.
Pancasila adalah Philosofische groundslag (dasar falsafah) negara Republik Indonesia.
Yaitu, merupakan pondasi, filsafat, pikiran yang sedalam dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia yang kekal abadi (pidato lahirnya Pancasila).
Berikut adalah pidato lengkap Ir Soekarno pada 1 Juni 1945 yang kemudian ditetapkan menjadi Hari Lahir Pancasila, dikutip dari tribunnews.com.
Paduka tuan Ketua yang mulia!
Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya.
Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan ketua yang mulia?
Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.
Ma’af, beribu ma’af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka.
Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “Philosofische grondslag” dari pada Indonesia merdeka.
Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.
Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan ,,merdeka”.
Merdeka buat saya ialah: “political independence, politieke onafhankelijkheid . Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid? Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang – saya katakan di dalam bahasa asing, ma’afkan perkataan ini – zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil. “Zwaarwichtig” sampai -kata orang Jawa- “njelimet“.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.