Berita Viral

Giliran Preman Bakal "Dikirim" Dedi Mulyadi ke Barak Militer Mulai Juni, Dijanjikan Upah

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bakal melanjutkan kebijakan tegas di Barak Militer yang kini diperuntukan para preman dan orang dewasa buat preman

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL
KEBIJAKAN MILITER KDM- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat mengunjungi tempat pembinaan siswa bermasalah di barak militer di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (5/5/2025) pagi. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bakal melanjutkan kebijakan tegas di Barak Militer yang kini diperuntukan para preman dan orang dewasa yang kerap membuat onar. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bakal melanjutkan kebijakan tegas di Barak Militer yang kini diperuntukan para preman dan orang dewasa yang kerap membuat onar.

Sebelumnya diketahui, Dedi Mulyadi telah meluncurkan kebijakan melalui pembinaan anak-anak nakal dengan pendidikan bela negara.

Program yang sebelumnya difokuskan pada pembinaan anak-anak, kini diperluas untuk mencakup orang dewasa bermasalah.

Baca juga: Susno Duadji Bela Dedi Mulyadi yang Dikritik soal Pendidikan Barak Militer, Minta KPAI Tak Rendahkan

JANJI KDM KE SISWA BARAK MILITER- Gubernur Dedi Mulyadi saat berkunjung ke Barak Militer Resimen I Kostrad di awal Mei 2025, berjanji jadikan para siswa tersebut sebagai Paskibraka Jabar 17 Agustus 2025.
JANJI KDM KE SISWA BARAK MILITER- Gubernur Dedi Mulyadi saat berkunjung ke Barak Militer Resimen I Kostrad di awal Mei 2025, berjanji jadikan para siswa tersebut sebagai Paskibraka Jabar 17 Agustus 2025. (Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL)

Gubernur yang akrab disapa KDM ini juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih Presiden Prabowo karena telah tegas dalam memberantas masalah premanisme.

“Saya ucapkan terima kasih dan rasa hormat yang tinggi buat Pak Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto yang dengan tegas memberantas premanisme dan preman yang seringkali berbaju ormas,” kata Dedi Mulyadi dilansir dari Instagram @dedimulyadi71, Senin (12/5/2025).

Dengan adanya dukungan dari Presiden Prabowo, kata Dedi tentunya akan membuat masyarakat lebih merasa aman dan juga nyaman.

Selain Presiden Prabowo, program ini juga didukung oleh Menko Polhukam, Mendagri, Panglima TNI, dan Kapolri.

"Tentunya sikap ini adalah sikap yang sangat luar biasa karena akan memberikan rasa aman, rasa nyaman bagi kita semua apalagi ada Pak Menko Polhukam, Pak Mendagri, Panglima TNI, Kapolri yang bisa secara bersama-sama untuk memulihkan kembali keamanan di lingkungan masyarakat,” terang Dedi Mulyadi.

Hal ini tak lepas dari aduan sejumlah pengusaha yang menjadi korban intimidasi dari premanisme.

Untuk mengatasi masalah ini, Dedi Mulyadi mengatakan perlu adanya upaya persuasif yang bisa memberikan keyakinan pada para pengusaha untuk berani berbicara.

"Apa yang terjadi dalam kehidupan kesehariannya (pengusaha), sehingga iklim produksi di Indonesia tidak terganggu, baik produksi UMKM maupun produksi pengusaha-pengusaha besar, dan ini akan menggerakkan ekonomi,” lanjut Gubernur Jawa Barat.

Baca juga: Dedi Mulyadi Balik Tantang Komnas HAM Tangani Siswa Nakal saat Dikritik soal Pendidikan Militer

Lebih lanjut, Dedi mengungkapkan dengan adanya satgas premanisme di provinsi Jawa Barat ini akan semakin menguatkan anti premanisme di berbagai tempat.

"Saya di bulan Juni Juli dan seterusnya akan melakukan pembinaan preman-preman yang biasa bikin onar, akan kami masukkan ke barak militer untuk mendapat pendidikan dan dikoneksikan dengan pembangunan," kata Dedi Mulyadi.

Menurut Dedi, kebijakan ini bertujuan menangani preman, pemabuk, dan pelaku gangguan terhadap pelaku UMKM dan investasi.
 
Rencananya, Dedi Mulyadi akan memasukkan preman-preman tersebut ke barak militer untuk dilakukan pembinaan.

"Premanisme ini juga terjadi karena tidak ada pekerjaan alias menganggur, tetapi ingin punya duit cuma duduk nongkrong, bergerombol di suatu tempat mendapatkan duit," kata Dedi

"Saya di bulan Juni Juli dan seterusnya akan melakukan pembinaan preman-preman yang biasa bikin onar, akan kami masukkan ke barak militer untuk mendapat pendidikan dan dikoneksikan dengan pembangunan,” kata Dedi Mulyadi.

Pemerintah akan memberikan solusi dengan mengarahkan keluarga tersebut untuk bekerja sebagai kuli infrastruktur pembangunan.

Mereka akan menerima upah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 

"Mereka akan bekerja di pembangunan-pembangunan yang hari ini digerakkan oleh pemprov Jabar, bangun jalan, bangun irigasi, bangun jembatan, bangun sekolah, dan banyak lagi, 

Mereka adalah upaya untuk sadar bahwa meraih uang harus dilakukan dengan cara berkeringat, tidak boleh hanya hidup dengan mudah dari kesulitan orang lain," tandas Dedi Mulyadi.

Sebelumnya, Dedi Mulyadi menyebut tak hanya mengirimkan siswa bermasalah saja ke barak militer, ia juga ingin mengirimkan siswa-siswa SMA terbaik untuk jalani pelatihan militer di Barak TNI.

Selain para pelajar, Dedi juga mengatakan bahwa program pendidikan militer juga akan menyasar pegawai Pemprov Jabar yang malas dan sering bolos.

Kritik dari Komnas HAM, DPR dan KPAI

Komnas HAM sebelumnya meminta agar program pembinaan di barak militer ini ditinjau ulang.

Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menyebut, urusan edukasi untuk warga sipil bukanlah bagian dari kewenangan militer.

“Sebetulnya itu bukan kewenangan TNI untuk melakukan civil education. Mungkin perlu ditinjau kembali rencana itu,” ujar Atnike di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (2/5/2025).

Atnike menilai, kunjungan siswa ke barak TNI sah-sah saja bila tujuannya untuk edukasi karier, seperti mengenal tugas-tugas tentara.

Baca juga: Reaksi Dedi Mulyadi Dilaporkan ke Komnas HAM Minta Hentikan Pendidikan Siswa di Barak Militer

Namun, jika anak-anak dilatih dengan metode militer, itu menjadi persoalan lain.

Hal serupa juga disampaikan anggota Komisi X DPR RI, Bonnie Triyana.

Politikus PDI-P ini menilai pendekatan militeristik bukan solusi utama untuk menangani siswa bermasalah.

“Tidak semua problem harus diselesaikan oleh tentara, termasuk persoalan siswa bermasalah,” kata Bonnie lewat pernyataan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (30/4/2025).

Ia menekankan, program semacam ini harus melalui kajian matang, mengingat masih banyak cara lain yang lebih tepat untuk membentuk karakter siswa tanpa harus menggunakan metode militer.

Sementara itu, Komisioner KPAI Aris Adi Leksono menyoroti potensi stigma yang bisa menimpa anak-anak dalam program tersebut.

Dalam dialog di Sapa Indonesia Pagi KompasTV pada Selasa (6/5/2025), Aris menyebut bahwa anak-anak yang masuk kategori bermasalah tetaplah kelompok rentan yang butuh pendekatan khusus.

Sementara itu, Komisioner KPAI Aris Adi Leksono menyoroti potensi stigma yang bisa menimpa anak-anak dalam program tersebut.

Dalam dialog di Sapa Indonesia Pagi KompasTV pada Selasa (6/5/2025), Aris menyebut bahwa anak-anak yang masuk kategori bermasalah tetaplah kelompok rentan yang butuh pendekatan khusus.

“Pada prinsipnya begini, anak ini masuk dalam kelompok rentan, karena dia masuk dalam kelompok rentan maka dia butuh pendekatan-pendekatan khusus, dia butuh perlindungan.

Nah di dalam ruang lingkup perlindungan anak itu ada tahapan bagaimana pemenuhan hak anak, yang kemudian baru pada tahapan perlindungan khusus anak,” jelas Aris.

“Artinya kalau kemudian program ini menyasar kepada anak-anak yang dalam tanda kutip ya, anak nakal, anak bermasalah, saya kira juga persoalan tersendiri, karena kemudian akan menjadi anak korban stigma,” tambahnya.

Dedi Mulyadi Pastikan Tak Langgar Hak Anak

Menanggapi hal itu, Dedi Mulyadi mengeklaim metode pendidikan dengan membawa siswa nakal ke barak militer tidak melanggar hak-hak anak. 

"Jadi model itu (siswa nakal dibawa ke barak militer) yang kami kembangkan, kami tadi konsultasikan bahwa tidak ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap hak-hak anak sendiri," kata Dedi di Kantor Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM), Kuningan, Jakarta, Kamis (8/5/2025), dilansir dari Kompas.com.

Dedi menjelaskan, metodologi pendidikan di barak militer bertujuan untuk membantu pola hidup siswa menjadi teratur.

Adanya kebijakan militer terhadap anak kategori nakal ini menumbuhkan rasa disiplin.

Dia mengatakan, siswa akan menjalani pendidikan di barak militer selama 28 hari dengan beberapa aturan, seperti waktu tidur pada pukul 22.00 WIB, bangun pagi pada 04.00 WIB, dan beribadah ke masjid bagi yang beragama Islam.

Kemudian, para siswa mendapat bimbingan rohani dari tokoh agama yang menjadi bimbingan konseling.

"Setelah itu mereka sarapan pagi, setelah sarapan pagi mereka berolahraga, setelah mereka berolahraga, mereka langsung mengikuti ruang kelas pembelajaran sebagaimana yang didapatkan di sekolah," ujarnya.

Dedi mengatakan, Pemprov Jawa Barat mendatangkan guru dari berbagai tempat untuk memberikan pembelajaran seperti di sekolah.

"Dan kemudian maghrib mereka masuk masjid lagi, belajar ngaji lagi, kemudian sampai isya, dan kemudian nanti mereka makan malam dan kembali ke tempat mereka tidur untuk tidur malam," tuturnya.

Lebih lanjut, Dedi juga memastikan hingga saat ini tidak terjadi kekerasan fisik dari program pendidikan siswa nakal di barak militer. 

"Ya kalau ada indikasi kekerasan, kami pasti melakukan langkah-langkah penanganan, dan sampai hari ini tidak ada (kekerasan)," ucap dia.

(*)

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News  

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved