PPG

Jawaban Soal: Materi/Konsep Apa Saja dalam Topik Tersebut yang Menurut Anda Menimbulkan Miskonsepsi?

Salah satu soal yang akan Ibu/Bapak Guru temukan dalam program PPG PAI Kemenag 2025 Modul PPP adalah "Materi/Konsep apa saja dalam topik tersebut yang

Tribunsumsel.com
ILUSTRASI PPG PAI KEMENAG 2025 - Inilah Jawaban Soal: Materi/Konsep Apa Saja dalam Topik Tersebut yang Menurut Anda Menimbulkan Miskonsepsi? 

TRIBUNSUMSEL.COM - Inilah contoh jawaban untuk salah satu soal yang ada pada Modul Pengembangan Perangkat Pembelajaran atau Modul PPP dalam program PPG PAI Kemenag 2025.

Ibu/Bapak Guru yang mengikuti Program Pendidikan Guru (PPG) Dalam jabatan (Daljab) di Kementrian Agama (Kemenag) tahun 2025 akan mendapati Tugas Mandiri berupa menjawab soal pada Modul PPP Topik 1-8.

Tugas Mandiri Pedagogik ini bertujuan untuk melihat pemahaman sebagai calon guru yang profesional dalam menerapkan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid.

Salah satu soal yang akan Ibu/Bapak Guru temukan dalam program PPG PAI Kemenag 2025 Modul PPP adalah "Materi/Konsep apa saja dalam topik tersebut yang menurut anda menimbulkan miskonsepsi/salah mengerti dari topik 1 sd. tapik 8?..." 

Kunci jawaban yang disajikan dalam artikel kali ini ditujukan kepada Ibu/Bapak Guru agar lebih mudah saat menyelesaikan tugas yang ada.

Berikut sajian selengkapnya untuk soal Modul PPP, PPG PAI Kemenag 2025 untuk referensi.

______

Modul PPP, PPG PAI Kemenag 2025

[Pertanyaan:]

Materi/Konsep apa saja dalam topik tersebut yang menurut anda menimbulkan miskonsepsi/salah mengerti dari topik 1 sd. tapik 8?

[Kunci Jawaban:]

1. Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PJBL)

  • Miskonsepsi: Banyak guru mengira bahwa PBL dan PJBL sama, padahal keduanya memiliki fokus yang berbeda.
  • Penjelasan: PBL berfokus pada penyelesaian masalah terbuka berbasis pertanyaan kritis, sementara PJBL lebih menekankan pada produk akhir dan proses pengerjaan proyek. Salah pemahaman ini bisa menyebabkan perencanaan pembelajaran yang tidak sesuai tujuan.

2. Differentiation Based Learning (DBL)

  • Miskonsepsi: Ada anggapan bahwa pembelajaran berdiferensiasi berarti membuat banyak RPP atau memberikan perlakuan berbeda secara terus-menerus kepada setiap anak.
  • Penjelasan: Padahal, DBL berfokus pada memberi pilihan dan fleksibilitas sesuai kebutuhan belajar siswa, bukan membuat pelajaran yang sepenuhnya berbeda untuk tiap anak. Guru hanya perlu mengelola variasi konten, proses, produk, dan lingkungan belajar secara strategis.

3. Pendekatan TPACK

  • Miskonsepsi: Banyak yang memahami TPACK hanya sebagai penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
  • Penjelasan: Padahal, TPACK adalah kerangka integratif yang menekankan
    pada sinergi antara pengetahuan konten (materi), pedagogik (cara mengajar), dan teknologi. Kesalahpahaman ini membuat guru hanya fokus pada alat digital, bukan bagaimana alat tersebut mendukung pemahaman siswa terhadap materi.

4. Deep Learning (Mindful, Meaningful, Joyful)

  • Miskonsepsi: Ada yang berpikir bahwa joyful learning berarti belajar sambil bermain tanpa arah atau target yang jelas.
  • Penjelasan: Joyful learning tetap harus dirancang bermakna dan penuh
    perhatian (mindful), serta menyasar pemahaman mendalam (meaningful). Jika tidak dipahami secara utuh, pembelajaran bisa menjadi "menyenangkan tapi kosong" dari segi substansi.

5. Layanan Bimbingan Konseling untuk Supervisi Klinis

  • Miskonsepsi: Supervisi klinis hanya dianggap sebagai penilaian kinerja guru.
  • Penjelasan: Supervisi klinis sebenarnya adalah pendekatan pembinaan profesional yang menekankan pada dialog reflektif antara supervisor dan guru, dengan pendekatan yang suportif, bukan menghakimi. Salah paham ini dapat menyebabkan ketakutan atau penolakan terhadap supervisi.

6. Pendidikan Inklusi (Layanan Anak Berkebutuhan Khusus)

  • Miskonsepsi: Pendidikan inklusi dianggap sebagai kewajiban guru untuk "menyembuhkan" atau "menyamakan" semua siswa ABK dengan siswa umum.
  • Penjelasan: Padahal, inklusi adalah tentang memberikan akses, dukungan, dan penerimaan sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing anak, bukan menyamakan hasil belajar.

7. Gaya Belajar Gen Z dan Alpha

  • Miskonsepsi: Banyak yang menganggap Gen Z dan Alpha hanya suka teknologi dan tidak bisa fokus.
  • Penjelasan: Sebenarnya, generasi ini memiliki potensi luar biasa jika
    difasilitasi dengan pendekatan visual, kolaboratif, dan berbasis digital yang tepat. Kesalahpahaman ini sering membuat guru terlalu membatasi atau bahkan menyalahkan siswa saat tidak sesuai gaya mengajar lama.

(Sumber: Youtube Elisa Nurarofah)

***

Artikel lainnya di google news.

Ikuti dan bergabung disaluran WhatsApp Tribunsumsel.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved