Mata Lokal Desa

Mengenal Kampung Tuan Kentang Palembang, Puluhan Tahun Jadi Wilayah Penghasil Kain Jumputan

Kampung Tuan Kentang dikenal luas sebagai wilayah penghasil kerajinan kain jumputan di Kota Palembang. 

|
Sripoku/Angga Azka
Kain jumputan yang diproduksi di Kampung Tuan Kentang Palembang. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG – Kampung Tuan Kentang dikenal luas sebagai wilayah penghasil kerajinan kain jumputan di Kota Palembang. 

Dibuat dengan proses terkenal rumit, kain ini merupakan warisan budaya khas Palembang dan memiliki desain yang unik serta elegan.

Kampung Tuan Kentang berada di Jalan Aiptu A Wahab Tuan Kentang, Kec Seberang ulu I, Palembang. 

Di sini dihasilkan berbagai motif kain jumputan seperti kupu-kupu dan bunga dengan berbagai macam warna. 

Di kampung ini, ialah para pengrajin dari kain jumputan, masih menggunakan cara yang tradisional yaitu masih menggunakan tangan, seperti melukis dan mengikat kain.

Sanan, salah satu pembuat kain jumputan, yang sudah menjadi pembuat kain jumputan ini, selama 30 tahun, mengatakan bahwa pembuatan kain jumputan ini memerlukan waktu yang lama mulai dari menggambar motif, mengikat kain, mencelupkan kepewarna baju, mengeringkan, lalu direbus agar warnanya tetap bertahan lama.

“Pertama di lukis, di jahit dan setelah itu di celupkan dengan pewarna baju,” ungkap Sanan, saat di jumpai di lokasi, Jumat (29/11/2024).

Menurutnya, yang paling lama ketika membuat kaitan jumputan ketika mengikat kain karena harus teliti dengan motif yang di gambar.

“Yang paling lama itu pembuatannya bisa memakan waktu 3 hari untuk mengikat motif gambarnya,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Jamiah, pengikat kain jumputan, mengatakan bahwa jika dikerjakan sendiri akan lama karena harus teliti dan kuat mengikat motif gambarnya.

“Saya 3 hari terkadang dapat 1 kain, karena harus teliti sekali dengan motif gambarnya dan juga ikatan harus kuat, kalau ikatan tidak kuat, ketika direbus kainnya bisa lepas dan berubah motif,” ungkap, Jamiah saat di jumpai di lokasi,  Jumat (29/11/2024).

Menurut, Sanan, setiap motif yang dibuat menggambarkan arti dalam kehidupan.

“Saya gambar motif kupu-kupu itu artinya  kehidupan itu bisa berubah jadi indah, yang dahulu kupu-kupu, itu ulat yang tidak banyak orang sukai, namun ketika jadi kupu-kupu banyak orang yang mengatakan kupu-kupu itu cantik,” ungkap Sanan, saat di jumpai di lokasi, Jumat (29/11/2024).

Kain yang digunakan untuk pembuatan jumputan yaitu kain katun dan kain mori, namun ia membuat sesuai pesanan pelanggan jika ingin menggunakan kain katun yang kualitasnya lebih bagus dari kain mori.

“Kebanyakan kain katun karena bahannya lebih terjamin,” ungkapnya.

Kain ini bisa dibeli dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasar, karena tempat ini merupakan distributor dari pedagang pasar.

“Aku jual biso Rp 130.000–Rp 200.000 ribu, tergantung kesusahan motif gambar, kainnya,” ungkapnya.

Penjualan kain jumputan ini terkadang ada yang datang langsung, ada yang menelpon, seperti penjulan di Ramayana dan juga di pasar.

“Ada yang kesni kadang kami jual ke Ramayana dan juga pasar,” ungkapnya.

Di kampung ini juga, selain kita bisa membeli kain jumputan kita juga bisa membeli pakaian dari kain jumputan yang disedikan di butik-butik yang tersedia di kampung tradisional kain jumputan ini.

Dan lebih istimewanya lagi kita bisa melihat sendiri proses pembuatannya mulai dari menjemur, merebus kain, menggambar motif, dan mewarnai motif.

Di kampung ini juga para penjual dan pembuat tidak segan untuk menjawab pertanyaan dari pembelinya.

Aina salah satu pembeli dari kain jumputan ini mengatakan, ada banyak beragam motif yang bisa dijumpai di tuan kentang ini dan lebih murah. 

"Ya kita sengaja disini datang, karena membeli kain jumputan untuk dipakai di kantor, " katanya. (Sripoku/Angga Azka)

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved