Pilih Pemimpin Sesuai Hati Nurani dan Tolak Politik Uang

Senada dengan itu, Dr. Ade Indra Chaniago menegaskan bahwa politik uang tidak hanya mencederai nilai-nilai demokrasi, tetapi juga menghalangi terpilihnya pemimpin berkualitas. "Praktik ini membuat masyarakat memilih karena iming-iming uang, bukan berdasarkan kompetensi calon. Hal ini menjadi tantangan besar bagi demokrasi kita," ungkapnya.  

Menurut Ade, pendidikan politik harus menjadi prioritas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

"Hanya sekitar 10 persen pemilih di Indonesia yang rasional. Sisanya masih didominasi oleh pemilih tradisional. Jika masyarakat cerdas, praktik money politic akan sulit berkembang," tambahnya.  

Sementara itu, aktivis antikorupsi Rahmat Sandi Iqbal menyoroti dampak buruk politik uang yang menghasilkan pemimpin bermental korup."Pemimpin yang lahir dari praktik ini hanya akan fokus memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Mereka sudah berpikir untuk mengembalikan modal besar yang digunakan selama kampanye," tegasnya.  

Rahmat juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. 
"Sayangnya, pendidikan politik saat ini sangat minim. Tanpa itu, masyarakat mudah terjebak dalam rayuan politik uang," katanya.

Terpisah, puluhan pemuda lintas agama di Sumatera Selatan (Sumsel), sepakat untuk bersama- sama mewujudkan Pilkada tahun 2024 di Sumsel yang Aman, damai dan berkualitas. Kesepakatan ini dilakukan dalam bentuk deklarasi pemilu damai, dari 6 perwakilan pemuda lintas agama di Sumsel (Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu) di Gunz Cafe Palembang, Rabu (20/11/2024). 

Kelompok pemuda dari agama Islam Rony Syaiful mengatakan, deklarasi ini merupakan pesan damai kalangan pemuda Islam, dan pemuda agama lainnya. "Perbedaan pandangan politik jangan merusak persaudaraan bangsa. Perbedaan politik biasa, namun saudara selamanya. Jadi laksanakan dengan suka ria dan damai," kata Roni.

Diterangkannya, pemimpin ke depan harus bisa mengayomi seluruh golongan yang ada bukan satu golongan saja, sehingga nanti siapa yang menang bisa merangkul semuanya. "Pemuda di sini agen perdamaian dan bukan hanya Pilkda tapi selamanya. Sebab, perbedaan yang ada membuat kita bersatu hingga saat ini," tuturnya. 

Sementara perwakilan pemuda Kristen Pdt Aritonang mengungkapkan, jika kaum muda merupakan masa depan bangsa, meski beda keyakinan dalam hal agama, namun tujuannya satu memajukan bangsa Indonesia bersama- sama dengan menciptakan pemilu damai. 

"Siapa pun pemimpin yang terpilih adalah pilihan Tuhan yang maha kuasa, jadi siapa pun yang menang harus dicintai meski calon kita kalah jangan benci atau tidak suka. Terakhir, pesan ketiga jangan sampai golput, tapi gunakan hak pilih kita yang menentukan wilayah kita untuk kemajuan kedepan," harapnya.

Sementara Kasubdit 3 Ditintelkam Polda Sumsel AKBP Sukarminto, pihaknya berharap Pilkada di Sumsel berlangsung aman dan lancar kedepannya. "Hari ini, kita sengaja mengumpulkan mahasiswa dan remaja untuk kegiatan lintas agama, dalam rangka deklarasi pemilu damai dan pembagian bunga kepada pengendara untuk mendukung pemilu di Sumsel berlangsung aman, damai dan sejuk, serta bahagia," papar AKBP Sukarminto.

Dijelaskannya, kurang lebih 100 peserta semua dari lintas agama dilibatkan, khususnya generasi milenial dan gen Z. 
"Pastinya, tujuan kita ingin sama- sama, menyatukan satu persepsi satu tekad membantu dan mewujudkan Sumsel zero konflik, dengan mendukung Pilkada serentak aman dan damai, " pungkasnya seraya sejauh ini untuk wilayah Sumsel masih dalam kondisi aman dan kondusif. (Adv/Arf/Nda)