Seputar Islam

Tulisan Arab, Arti dan Makna Aljannatu Tahta Aqdamil Ummahat, Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu

ungkapan surga di bawah telapak kaki ibu memiliki hikmah mendalam. Betapa pentingnya berbakti kepada orangtua terutama kepada ibu. 

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Tulisan Arab, Arti dan Makna Aljannatu Tahta Aqdamil Ummahat, Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Kutipan surga ada di bawah telapak kaki ibu, berasal dari kutipan Bahasa Arab.

Kalimatnya adalah :

الجنة تحت أقدام الأمهات

Arab latin:

Al-jannatu Tahta Aqdamil Ummahat

Artinya:

"Surga di  telapak kaki Ibu" atau "Surga Ada di Bawah Telapak Kaki Ibu"

Kutipan berbahasa Arab ini terdapat dalam kitab kanzul ummal karya As-Syeikh Al-Muttaqi

Dikutip dari laman nu.or.id,  Al-jannatu Tahta Aqdamil bukan merupakan hadits, tapi hanya kutipan atau quote berbahasa Arab. 

Banyak dari para ulama menyebut bahwa redaksi hadits al-jannatu tahta aqdam al-ummahaat merupakan riwayat yang lemah bahkan palsu. 

Seperti dikutip dari berbagai sumber, situs Lembaga Fatwa Mesir menyebutkan kalau riwayat al-jannatu tahta aqdāmil ummahāt disebutkan dalam Kitab Al-Kāmil fi Dhu’afā’ir Rijāl karya Ibnu ‘Adi dengan jalur sanad dan matan selengkapnya sebagai berikut,

من طريق موسى بن محمد بن عطاء: حدثنا أبو المليح، حدثنا ميمون، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: «الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئن أدخلن، ومَنْ شِئن 

Artinya:

 “Dari jalur Musa bin Muhammad bin ‘Atha’, dari Abu al-Malih, dari Maimun, dari Ibn ‘Abbas RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).”


Ibnu ‘Adi dalam konteks ini hanya sedang mendata riwayat-riwayat yang bersumber dari para perawi-perawi yang memang dikenal lemah atau bermasalah. Itu sebabnya setelah mengutip riwayat di atas, ia menyatakan kalau riwayat tersebut bersumber dari sosok bernama Musa bin Muhammad al-Maqdisi yang dilabeli sebagai seorang munkir al-hadits.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved