Berita Travel

Melihat Proses Pembuatan Batik Khas PALI, Miliki Motif yang Tak Kalah Indahnya Dengan Batik Lain

Seiring dengan perkembangan zaman, teknik dan proses pembuatan batikpun semakin berkembang dan berinovasi.

Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Slamet Teguh
Sripoku.com/ Apriansyah Iskandar
Proses pembuatan batik khas PALI yang dilakukan para perajin batik di Dekranasda Kabupaten PALI 

Laporan wartawan Sripoku.com Apriansyah

TRIBUNSUMSEL.COM,PALI-- Batik bukan hanya sekadar kain, tetapi juga merupakan hasil seni dan teknologi yang dipadukan oleh para leluhur bangsa Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknik dan proses pembuatan batikpun semakin berkembang dan berinovasi.

Hal ini ditandai dengan banyaknya motif dan warna batik yang kian beragam, mengikuti perkembangan selera dan permintaan pasar.

Oleh karena itu, banyak daerah di Indonesia mencoba untuk membuat dan menghasilkan kain batik dengan ciri khas tersendiri, yang dapat menjadi identitas daerah tersebut.

Salah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kain batik khas sendiri saat ini adalah Kabupaten PALI Sumatera Selatan.

Batik khas Kabupaten PALI memiliki dua jenis batik yaitu batik tulis dan batik cap dengan variasi motif lebih dari 30 variasi motif untuk batik tulis dan 19 variasi motif untuk batik tulis.

Bahkan sebagian diantaranya telah mendapat sertifikasi hak cipta dan masuk dalam daftar Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

Motif batik PALI terinspirasi dari kekayaan sumber daya alam, flora, fauna, adat istiadat dan potensi lainya yang ada di Kabupaten yang berjuluk Bumi Serepat Serasan ini.

Seperti motif batik ikan toman, motif burung punai, motif daun balam, motif relief candi Bumiayu, motif kembang pare dan berbagai jenis motif lainya.

Batik khas PALI yang memiliki motif tak kalah indahnya dengan motif batik lainnya di indonesia itu merupakan hasil kerajinan tangan dari pengrajin kain batik yang tergabung dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten PALI.

Ketika disambangi di sentra kerajinan yang berlokasi di gedung Dekranasda yang beralamat di jalan merdeka Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI.

Sripoku.com berkesempatan untuk menilik langsung proses pembuatan batik tulis dan batik cap khas Kabupaten PALI.

Puluhan lembar kain dengan motif batik tampak memenuhi ruangan lantai 1 di Gedung Dekranasda.

Ditempat inilah sejumlah pengrajin batik khas PALI memproduksi dengan berbagai motif yang menyelaraskan visualisasi flora, fauna, adat istiadat dan kondisi geografis yang ada di Kabupaten PALI.

Batik tulis dan batik cap adalah dua jenis batik yang sering ditemukan, namun keduanya memiliki proses pembuatan dan karakteristik yang berbeda.

Nira Parlina salah satu pengrajin batik khas PALI menjelaskan proses pembuatan Batik tulis dibuat secara manual menggunakan canting dan malam.

Prosesnya memerlukan keterampilan yang mendalam serta waktu yang cukup lama, hingga menjadikannya lebih mahal.

"Batik tulis ini memiliki banyak motif yang menyelaraskan visualisasi flora, fauna dan kondisi geografis yang ada di Kabupaten PALI. Terlebih, setiap motif pada batik tulis dihasilkan dengan tangan, sehingga setiap karya memiliki keunikan tersendiri," kata Nira saat ditemui sedang mengguratkan canting batik tulis pada kain yang menggambarkan motif kembang pare, Rabu (6/11/2024).

Nira perempuan kerap di sapa Ara, warga Talang Ubi itu, sudah 7 tahun berkecimpungan dalam dunia batik dan tergabung dalam Dekranasda PALI mengatakan batik tulis membutuhkan waktu sekitar satu minggu lebih dalam setiap proses pengerjaan nya.

Langkah awal pembuatan nya terlebih dahulu dengan menggambar pola pada kertas lalu dilanjutkan dengan
memindahkan gambar atau pola tersebut ke kain menggunakan pensil atau biasa dikenal dengan metode njaplak.

Kemudian dilanjutkan dengan teknik pembuatan batik tulis yang dilakukan dengan metode pencantingan atau canting adalah metode paling tua dan tradisional.

Alat canting tradisional yang diisi dengan lilin malam panas digunakan untuk menggambar pola di atas kain.

"Proses ini merupakan menempelkan lilin malam di kain dengan media canting; pada proses ini motif batik akan mulai terlihat. Kemudian memberi isian dengan mengisi motif di kain sesuai gambar motif yang sudah digambarkan di tahap pertama, tahap ini masih menggunakan media canting," ujarnya.

Setelah peroses pencantingan selesai dilanjutkan dengan pencoletan atau Nyolet yaitu proses mewarnai bagian-bagian gambar motif yang terlihat, seperti kembang dan bunga.

Lalu bagian yang dicolet dengan lilin malam, juga dilakukan dengan proses nembok atau menutup dasar kain yang tidak diwarnai.

"Setelah itu dilakuakan proses pewarnaan secara menyeluruh di kain, dilakukan secara berulang sampai dengan ke proses ngelorod yang merupakan proses terakhir dalam meluruhkan lilin malam dengan air yang mendidih. Setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur," terangnya.

Menurutnya, teknik pembuatan batik dengan metode canting membutuhkan ketelitian tinggi karena tekstur dan motif batik dibuat manual menggunakan tangan.

Tidak heran pembuatan batik dengan canting bisa memakan waktu  satu minggu lebih bahkan 3 bulan.

Meski begitu, harga batik tulis jauh lebih mahal dibanding batik cap karena punya nilai seni tinggi.

Di sisi lain, batik cap diproduksi dengan menggunakan stempel atau cap yang dicetak pada kain. Proses tersebut jauh lebih cepat dan efisien dibandingkan batik tulis.

Meskipun motif dasar pada batik cap bisa mirip dengan batik tulis, ada perbedaan dalam cara penerapannya. Pada batik cap, rangka motif bisa sama dengan batik tulis, tetapi isian motifnya mungkin berbeda.

Namun, dalam hal kualitas kain, tidak ada perbedaan signifikan antara batik tulis dan batik cap.

"Secara kualitas kain, itu sebenarnya sama saja, perbedaan utama terletak pada proses pembuatan dan harga. Batik tulis, yang memerlukan waktu dan keterampilan lebih banyak, umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan batik cap," ungkapnya.

Baca juga: Pemkab Lahat Gelar Fashion Show Hari Batik Nasional 2024, Tampilkan Motif Batik Wastra Lembah Serelo

Baca juga: Spesial Hari Batik Nasional, Armada Kenalkan Batik Durian Rampak Khas Lubuklinggau

Kain Batik khas PALI jenis batik tulis maupun cap hasil perajin batik di Dekranasda itu dipajang di Galeri yang berada dilantai 2 gedung Dekranasda PALI.

Rudini pengelola galeri mengatakan untuk kain batik jenis batik tulis khas PALI ukuran 2,50 meter dibanderol dengan harga Rp 600 ribu  per item.

"Untuk Batik cap ukuran 2,25 harganya sekitar Rp 250 ribu per item. Pembeli bisa datang langsung ke galeri dibuka dari hari Senin sampai hari Jum'at sejak pukul 8 pagi sampai sore hari,"ujarnya.

Saat ini produk batik khas PALI yang banyak dipesan pembeli yakni batik bermotif ikan toman, dan relief candi Bumiayu.

Selain batik, Rudini juga mengatakan di galeri juga menyediakan produk-produk kerajinan lainnya seperti Songket Khas PALI, Kain Jumputan, Anyaman, Seni Ukir Kayu, Kerajinan batok kelapa dan lainya.

"Untuk songket khas PALI saat ini ada tiga motif yaitu motif duku, motif sawit dan motif toman,"ungkapnya.

Sementara itu, Brisvo Diansyah Kadin Disperindag PALI yang juga merupakan ketua harian Dekranasda PALI mengatakan saat ini ada sekitar 30 pengrajin yang memproduksi berbagai kerajinan di Dekranasda PALI.

"Jumlah pengrajin kurang lebih sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 8 kerajinan, ada batik, songket,jumputan, ada kerjinan kayu, kerajinan batok, anyaman, bordir dan jahit," terangnya.

Dia menambahkan, semua produk kerajinan tersebut diproduksi oleh pengrajin di Dekranasda PALI dan dapat dibeli oleh masyarakat dengan datang ke galeri Dekranasda.

"Pekerjaan di Dekranasda itu hanyalah penghasil produk, jadi misalnya batik, kita hanya jual bahan atau lembaran kain batiknya, jadi pengunjung hanya beli bahan batiknya untuk dijahitkan ke penjahit-penjahit lokal,"tukasnya.

 


 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com


 
 
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved