Berita Viral
Alasan Ibu 3 Siswa di Pandeglang Belum Pindahkan Anak ke Sekolah Lain usai Nunggak SPP,Data Ditahan
Defi Fitriani, ibu tiga siswa mengungkapkan alasannya belum bisa memindahkan anaknya ke sekolah lain setelah dipulangkan paksa karena nunggak SPP.
Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUNSUMSEL.COM - Defi Fitriani, ibu tiga siswa mengungkapkan alasannya belum bisa memindahkan anaknya ke sekolah lain setelah dipulangkan paksa karena nunggak Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Defi mengaku selama enam bulan anaknya tidak bisa sekolah di tempat lain karena terhalang data dapodik yang masih ditahan sekolah tersebut.
Menurut Defi, sekolah lain mau menerima anaknya setelah data dapodik di sekolah lama dikeluarkan.
"Selama 6 bulan tidak sekolah, ini sebenarnya mau dipindahkan sekolahnya dan pihak sekolah tetangga juga mau menerima cuma terkendala karena data dapodik masih ditahan pihak ICMA, akhirnya terbentur dengan itu, jadi pihak sekolah yang lain mungkin baru menerima setelah keluar data dapodik dari sekolah yang sebelumnya," kata Defi lewat Youtube tvOneNews, Senin (28/10/2024).
Bahkan Defi mengaku sudah melalukan berbagai cara meminta bantuan dinas agar data dapodik anaknya bisa dikeluarkan namun tidak direspon pihak sekolah tersebut.
"Saya sudah melakukan beberapa ikhtiar melalui dinas agar data dapodik anak bisa dikeluarkan dari ICMA tapi kurang direspon," kata Defi.
Baca juga: Kondisi 3 Siswa di Pandeglang Dipulangkan Gegara Nunggak SPP Rp42 Juta, Belajar Lewat YouTube
Anak Belajar di Rumah Sudah 6 Bulan
Dikesempatan itu juga Defi Fitriani, ibu tiga siswa membeberkan, kondisi dari ketiga anaknya saat ini.
Diketahui mereka sedih lantaran sudah tidak masuk sekolah selama 6 bulan lamanya.

Meskipun demikian, Defi dan suaminya terus memberikan dukungan agar anak-anaknya tetap semangat belajar.
Defi rela belajar dari TikTok dan YouTuber mengenai penerapan pembelajaran Kurikulum Mereka agar bisa mengajar anaknya di rumah.
"Saya memberikan pembelajaran di rumah," tegasnya.
Adapun ketiga siswa ini, yakni Faeza (11), Farraz (10), dan Fathan (7) yang bersekolah di Yayasan Islamic Centre Herwansyah (ICH), Pandeglang.
Penyebab Tunggakan SPP
Selain itu, Defi dalam kesempatannya juga menjelaskan terkait tunggakan pembiayaan sekolah sebanyak Rp 42 juta.
Ia menguraikan, tunggakan tersebut tidak hanya SPP. Namun, juga terkait uang pembangunan, seragam, hingga buku-buku pelajaran.
Sedangkan biaya SPP per bulan, anak pertama sebanyak Rp 350 ribu, anak kedua sebanyak Rp 300 ribu, dan anak terakhir Rp 250 ribu.
Defi mengaku awalnya ketiga anaknya tidak dikenai biaya karena masih keluarga pemilik yayasan.
"Sudah lama tunggakannya karena memang dulu saya aktif di yayasan tersebut, saya juga dari keluarga punya yayasan. Setelah konflik keluarga dimunculkan tagihan."
"Komitmen (awal) itu tidak ada (pembayaran) pembiayaan untuk anak-anak saya."
"Setelah konflik keluarga, diterbitkan penagihan itu. Anak-anak saya jadi korban," urainya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Senin (28/10/2024).
Mediasi berujung buntu
Defi membeberkan, dia dan suami sudah berjuang mencari keadilan.
Ia sudah meminta bantuan ke Dinas Pendidikan, Kepemudaan & Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Pandeglang.
Pihak Dindikpora memfasilitasi mediasi antara Defi dengan pihak yayasan. Akan tetapi, hasil mediasi berujung buntu.
Defi harus tetap membayar tagihan sebanyak Rp 42 juta.
Anak-anaknya juga belum bisa dipindahkan ke sekolah lain karena data Data Pokok Pendidikan (Dapodik) belum dicabut dari sekolah lama.
"Kami ini orang tua tidak diam, cari keadilan, kami tempuh, minta tolong Dindik Pandeglang untuk dimediasi, sempat dimediasi satu kali."
"Dari yayasan tidak datang diwakilkan kepala sekolah, akhirnya tidak mendapatkan jawaban," tegasnya.
Defi terakhir berharap, kejadian yang menimpa anaknya segera selesai.
Ia ingin ketiga anaknya bisa melanjutkan sekolah.
Apalagi ketiga siswa memiliki prestasi dalam menghafal Al-Quran dan prestasi-pretasi lainnya.
Ditangah anak yang tertua sudah kelas enam dan hendak ujian kelulusan untuk lanjut ke SMP.
"Anak-anak bisa sekolah lagi sesegera mungkin, harapan pindah sekolah aja," tegasnya.
Sebelumnya, Video saat 3 murid ini dipulangkan menjadi viral di media sosial.
Dalam video yang dikutip dari Tribunnewsbogor.com tampak tiga siswa SD ini diantara tiga orang wanita mengenakan batik menggunakan mobil warna silver.
Ketiga anak tersebut dipulangkan paksa ke rumahnya di Menes, Banten yang diantar oleh guru-gurunya.
Setelah ganti baju, tiga siswa yang merupakan kakak beradik tersebut langsung menangis di pelukan ibunya, Defi Fitriani.
"Iya de sekolah lagi kalau udah bayaran yah de, ya bang yah," kata ayahnya, Muhammad Fahat.
"Abang kuat," tambahnya.
Anak Berprestasi
Sementara ibunya, Defi Fitriani bercerita anaknya yang paling besar duduk di bangku kelas 6 menjadi Tahfidz.
"Untuk anak saya yang pertama yang sekarang kelas 6 sudah hafal juz 30 sudah diwisuda juga Alhamaudllah predikatnya Mumtaz, predikat terbaik," kata Defi.
Anaknya yang kedua harusnya mengikuti jejak sang kakak untuk diwisuda juz 30, namun batal karena dipulangkan dari sekolah.
"Anak saya yang kedua pun harusnya waktu dinonaktifin ikut wisuda Tahfidz juga juz 30 tapi karena dinonaktifkan akhirnya gak," kata Defi.
"Anak saya kedua minta tetap wisuda tapi saya kasih pengertian gak bisa," katanya.
Bahkan anak keduanya ini pun memiliki prestasi bidang akademik di mata pelajaran Matematika.
"Anak kedua matematikanya menonjol," katanya.
Selain itu anak bungsunya juga memiliki prestasi mentereng.
"Anak saya yang ketiga dari tilawatinya juga sempat dapat predikat terbaik," katanya.
"Anak-anak saya ada prestasi di sekolah," tambah Defi Fitriani.
Perasaan Defi begitu hancur ketika 3 siswa SD Pandeglang dipulangkan paksa oleh sekolah.
"Sedih hancur, orang tua mana yang bisa melihat anak lagi senang belajar, kalau belajar semangat, ke sekolah gak ada istilah malas pasti selalu semangat. Tapi pas tiba-tiba harus dipulangkan paksa, perasaan saya hancur," kata Defi.
Kata Defi, 3 anaknya diantar pulang oleh guru-gurunya.
"Guru kelas 2 orang sama bagian kesiswaan sama sopir diantar pakai mobil," kata Defi dikutip TribunnewsBogor.com dari Youtube Metro Tv.
Defi menjadi sangat pilu ketika mengetahui anak-anaknya dipaksa pulang saat sedang belajar di sekolah.
"Diantar saat jam pembelajaran," kata Defi.
Menurutnya, pemulangan paksa 3 siswa SD di Pandeglang Banten ini atas intruksi pembina yayasan.
"Dipulangkan paksa atas intruksi pembina yayasan," kata Defi Fitriani.
Sementara itu, sang ayah, Muhammad Fahat mengatakan tunggakan SPP 3 anaknya mencapai Rp 42 juta.
"Karena ada tunggakan pembiayaan. Sekitar Rp 42 juta untuk 3 anak," katanya.
Ia pun mengungkap penyebab sampai menunggak SPP sekolah.
Fahat mengaku tak memiliki penghasilan guna membayar SPP 3 siswa SD Pandeglang.
Muhammad Fahat hanya bekerja serabutan.
Penghasilannya selama ini hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Dari mana pak kerja aja serabutan yah, cukup untuk sehari-hari udah Alhamdulillah apalagi untuk melunasi pembiyaan itu," kata Fahat.
Baca berita lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
Bupati Pati Minta Maaf Usai Tantang 50 Pendemo Buntut Naikkan PBB 25 Persen: Saya Tidak Menantang |
![]() |
---|
Diserang Gajah, Wanita di Riau Tewas , saat Coba Mengalihkan Perhatian, Suami Terperosok ke Parit |
![]() |
---|
VIDEO Sosok Riyoso, Plt Sekda Pati Sita Air Mineral Donasi Warga, Rangkap Jabatan dan Pernah Viral |
![]() |
---|
'Siap Lahir Batin', Ridwan Kamil Datangi Bareskrim untuk Lakukan Tes DNA Anak Lisa Mariana Hari Ini |
![]() |
---|
VIDEO Satpol PP Pati "Bingung Sendiri", Kembalikan Ratusan Air Dus Rampasan Hasil Donasi Warga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.