Menteri Prabowo Gibran

Sosok Nasaruddin Umar Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Imam Besar Masjid Istiqlal dan Rektor

Mengenal sosok Nasaruddin Umar Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Imam Besar Masjid Istiqlal dan Rektor di PTIQ Jakarta..

Penulis: Thalia Amanda Putri | Editor: Weni Wahyuny
instagram/nasaruddin_umar
Sosok Nasaruddin Umar Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Imam Besar Masjid Istiqlal dan Rektor 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri

TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok Nasaruddin Umar, sosok yang disebut-sebut sebagai calon menteri di kabinet Prabowo-Gibran, presiden dan wakil presiden terpilih 2024-2029.

Nasaruddin Umar turut dipanggil Prabowo Subianto ke kediamannya di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin (14/10/2024) ini.

Baca juga: Sosok Agus Harimurti Yudhoyono Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Berharap jadi Supertim

Nama-nama yang dipanggil tersebut kabarnya akan menjadi menteri pada kabinet mendatang.

Dilansir dari Kompas.com, Nasaruddin mengaku kaget diminta presiden terpilih Prabowo Subianto untuk bergabung di kabinet Prabowo-Gibran untuk lima tahun ke depan.

Ia terkejut karena langsung mendapat undangan untuk bertemu dengan Prabowo pada Senin (14/10/2024) ketika ia baru pulang dari kunjungan ke Mesir.

“Saya betul betul sangat surprise ya, saya engak nyangka dan saya kaget, saya enggak pernah membayangkan. Saya baru pulang juga dari MoU dengan Al-Azhar Mesir kemarin baru pulang,” ujar Nasaruddin kepada wartawan, Senin (14/10/2024). 

“Tiba-tiba saya dapat undangan dari presiden terpilih Pak Prabowo, saya diminta untuk membantu beliau di periode yang akan datang,” kata dia.

Nasaruddin tidak menjelaskan secara spesifik soal jabatan yang akan ia emban selama lima tahun ke depan.

Namun ia menyebutkan bahwa jabatan itu tidak jauh berbeda dengan tugasnya sebagai dosen dan Imam Besar Masjid Istiqlal.

“Iya saya pikir tidak jauh dari keseharian saya, bagaimana supaya kita ini. Ya nantilah beliau yang akan menjelaskan,” kata Nasaruddin.

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Nasaruddin Umar (Instagram/tabloidcnr)

Pada Senin ini, Prabowo memanggil sejumlah tokoh yang digadang-gadang bakal menjadi menteri pada kabinet pemerintahan lima tahun ke depan.

Sebelumnya, beredar surat yang menyebutkan akan ada 13 komisi yang dibentuk DPR RI beserta kementerian dan lembaga yang menjadi mitra dari masing-masing komisi.

Surat itu menjadi bocoran bahwa akan ada 46 kementerian di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, bertambah 12 dari era Presiden Joko Widodo.

Jika ditotal dengan lembaga negara lain, menurut dokumen tersebut, ada 123 kementerian/lembaga di era Prabowo-Gibran.

Lantas siapa Nasaruddin Umar Sesungguhnya?

Nasaruddin Umar adalah Imam Besar di Masjid Istiqlal Jakarta,

Ia dikenal sebagai satu tokoh Islam di Indonesia yang senantiasa menyebarkan nilai-nilai toleransi.

Dilansir dari laman Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA lahir di daerah perkampungan Ujung, Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada 23 Juni 1959.

Nasaruddin menempuh pendidikan sekolah dasar hingga menengah atas di Pesantren As'adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Lulus pada 1976, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan pada 1980-an.

Berhasil menyabet gelar Sarjana Muda pada 1980, empat tahun kemudian, pada 1984, Nasaruddin pun meraih gelar Sarjana Lengkap (Sarjana Teladan) di kampusnya.

Ia kemudian melanjutkan studi di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan mendapatkan gelar magister tanpa tesis pada 1992.

Kembali menuntut ilmu di perguruan tinggi yang sama, Nasaruddin Umar berhasil menyelesaikan pendidikan doktor pada 1998 dengan predikat terbaik.

Baca juga: Sosok Zulkifli Hasan Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Ketua Umum PAN

Baca juga: Sosok Meutya Hafid Calon Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Eks Jurnalis Kini Anggota Komisi I DPR

Dikutip dari laman Kementerian Agama, Nasaruddin menulis disertasi tentang "Perspektif Gender dalam Alquran".

Disertasi tersebut mengantarkannya dinobatkan sebagai alumni terbaik oleh UIN Syarif Hidayatullah.

Selama studi menuju doktor, ia sempat menjadi salah satu mahasiswa tamu di Universitas McGill, Montreal, Kanada (1993-1994), Universitas Leiden Belanda (1994-1995), dan Universitas Sorbonne (1995).

Setelah meraih gelar doktor, Nasaruddin pernah menjadi sarjana tamu di Shopia University, Tokyo (2001), School of Oriental and African Studies, University of London (2001-2002), Georgetown University, Washington DC (2003-2004) serta di Universitas Sorbonne Nouvelle-Paris III.

Sementara itu, sejak 2006, Nasaruddin Umar menjabat sebagai Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Jakarta.

Hingga saat ini, nama Nasaruddin Umar masih tercatat sebagai salah satu dosen di unit Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah.

Ia juga masih aktif membimbing mahasiswa untuk penulisan skripsi S1, tesis S2, maupun disertasi S3.

Disadur dari laman resmi, ia kembali terpilih menjadi Rektor Institut PTIQ Jakarta untuk periode 2021-2026.

Selain aktif mengajar, Nasaruddin juga seorang birokrat dan pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tepatnya pada 2011-2014.

Sebelumnya, ia juga pernah menduduki kursi eselon 1 di Kementerian Agama Republik Indonesia, yakni sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam).

Nasaruddin juga merupakan pendiri organisasi lintas agama Masyarakat Dialog antar Umat Beragama dan Anggota Indonesia-UK Islamic Advisory Group yang didirikan oleh mantan perdana menteri Inggris, Tony Blair.

Karya-karya Nasaruddin tertuang dalam buku Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al Quran yang pertama kali diterbitkan oleh Paramadina Jakarta pada 1999.

Pencetus Terowongan Silaturahmi

Prof Nasaruddin Umar saat ini menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

Di masjid terbesar di Asia Tenggara ini, ia mengembangkan sejumlah kajian keagamaan untuk mendorong moderasi keislaman bagi umat Islam, di samping kegiatan yang mengiringi ibadah rutin lainnya.

Melalui Masjid Istiqlal, ia memperkenalkan wajah Islam Indonesia yang santun, toleran, dan moderat.

Dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/9/2024), Nasaruddin juga sempat memiliki keinginan untuk menghilangkan "jarak" antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

Keinginan tersebut sempat menuai kegagalan karena penutupan jalan di kawasan tersebut akan menimbulkan kemacetan.

Kemudian, Nasaruddin mengusulkan untuk membangun sebuah terowongan penghubung di antara kedua rumah ibadah itu.

Menurut Nasaruddin, usulan pembangunan terowongan bawah tanah sempat ditolak dan menemui kendala, salah satunya akibat keberadaan pipa air dan listrik di dalam tanah.

Meskipun sempat ditolak, usul Nasarudin ternyata diterima ketika diajukan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga membuahkan jembatan bawah tanah sepanjang 28,3 meter yang disebut Terowongan Silaturahmi.

Dalam lawatan ke Istiqlal, Paus Fransiskus turut mengunjungi dan menjadi saksi bagaimana Terowongan Silaturahmi menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

(*)

Baca juga berita lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved