Berita Viral

Sosok SWH, Guru SMP di Deli Serdang Hukum Siswa "Squat Jump" 100 Kali Berujung Meninggal

Inilah sosok guru yang hukum siswa SMP Negeri I STM Hilir, Deliserdang, Sumatera Utara, squat jump 100 kali.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
TRIBUN MEDAN/Facebook Selli Winda
SWH, guru yang hukum siswa SMP Negeri I STM Hilir, Deliserdang, Sumatera Utara, squat jump 100 kali. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok guru yang hukum siswa SMP Negeri I STM Hilir, Deliserdang, Sumatera Utara, squat jump 100 kali.

Akibat hukuman tersebut, RSS (14) meninggal dunia pada Kamis (26/9/2024), setelah menjalani perawatan selama seminggu.

Kini terungkap sosok guru tersebut.

Ia berinisial SWH yang merupakan guru agama Kristen.

Dikutip dari Tribun-medan.com, terpantau dari akun media sosial Facebooknya SelliWinda, ia lulusan Sekolah Tinggi Teologia Real Batam tahun 2022.

SWH merupakan anak tunggal perempuan dari 5 bersaudara.

SWH juga diketahui masih gadis yang belum memiliki pasangan hidup alias suami.

Hal itu terlihat dari foto yang diunggah di akun Facebooknya.

Baca juga: Hukum Siswa "Squat Jump" 100 Kali Berujung Meninggal, Guru SMP di Deli Serdang Kini Alami "Down"

Kini Menyesal 

Akibat perbuatannya, kini guru tersebut mengaku menyesal.

Kondisi sang guru kini diungkap Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Deli Serdang, Muriadi.

"Saat ini, kondisi guru itu lagi down. Dia merasa bersalah dan terpukul lah. Karena dia tak menyangka sampai seperti ini," katanya kepada Kompas.com melalui saluran telepon, Minggu (29/9/2024). 

Jenazah RSS (14), siswa SMP negeri di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, akan dimakamkan. RSS meninggal pada Kamis (26/9/2024) diduga akibat dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya. Kini sang guru alami down
Jenazah RSS (14), siswa SMP negeri di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda (STM) Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, akan dimakamkan. RSS meninggal pada Kamis (26/9/2024) diduga akibat dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya. Kini sang guru alami down ((Tangkapan layar YouTube Kompas TV))

Muriadi menjelaskan, SW menjadi guru honorer yang mengajar pendidikan agama Kristen baru sejak Januari 2024. 

Sebab, guru yang sebelumnya mengajar mata pelajaran itu telah pensiun.

Baca juga: Kronologi RSS Siswa SMP di Deli Serdang Meninggal usai Dihukum Guru Squat Jump 100 Kali, Demam

Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat Dinas Pendidikan Deli Serdang bersama dirinya mengunjungi guru tersebut untuk membicarakan masalah RSS. 

"Nah, kemarin memang kesepakatannya, gurunya ini dinonaktifkan sementara. Tujuannya, untuk menghindari hal yang tak diinginkan," ucapnya. 

Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat Dinas Pendidikan Deli Serdang bersama dirinya mengunjungi guru tersebut untuk membicarakan masalah RSS. 

"Nah, kemarin memang kesepakatannya, gurunya ini dinonaktifkan sementara. Tujuannya, untuk menghindari hal yang tak diinginkan," ucapnya. 

"Pastinya, kita siap melakukan mediasi dan komunikasi untuk diupayakan terjadi perdamaian. Meski, ya kita tetap menyayangkan atas adanya hukuman tersebut," sebut Muriadi. 

Sebelumnya diberitakan, SW telah menuliskan surat terkait kronologi sampai memberi hukuman RSS squat jump

Kejadian itu terjadi pada Kamis (19/8/2024).

Waktu itu, ada 6 siswa yang tidak mengerjakan tugas belajar. 

SW pun bertanya kepada para siswa, apa hukuman yang diinginkan. 

Lalu, siswa menjawab, squat jump

SW pun meminta agar siswa itu squat jump sampai 100 kali dengan catatan bisa berhenti sejenak ketika capek. 

Sewaktu pulang ke rumah, RSS pun merasakan sakit di bagian kedua kakinya. Besoknya, RSS mengalami demam tinggi. 

Sampai akhirnya RSS dirawat di Rumah Sakit Sembiring dan meninggal dunia pada Kamis (26/9/2024).

Kata Keluarga Korban

Sementara, Yuliana Padang, ibu korban menjelaskan, anaknya itu dihukum karena tak bisa menghafal apa yang disuruh guru mata pelajaran agama Kristen tersebut.

Hal itu diketahuinya karena sepulang sekolah, Rindu langsung mengeluh sakit.

"Hari Kamis dihukum guru dia mengeluh kedua kakinya sakit,"katanya kepada Tribun Medan, Jumat (27/9/2024).

Yuliana membeberkan bagaimana rintihan sakit anaknya sebelum tewas.

Hampir setiap hari Rindu meringis kesakitan akibat  kedua pahanya membengkak dan berwarna biru tua.

Meski sudah diobati, sakit yang dialami korban tak mereda. Malah semakin parah sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.

"Saya bawa dia berobat, tapi tidak sembuh juga, dia terus mengeluh kesakitan 'mak sakit kurasa kakiku ini mak',"kata Yuliana menirukan ucapan anaknya.

Yuliana mengungkap, pada Selasa 24 September ia datang ke sekolah dan meminta izin secara langsung supaya anaknya diizinkan libur karena sakit.

Keesokan harinya, Rabu 25 September kondisi korban semakin parah dan dibawa ke klinik lagi.

Setibanya di klinik, rupanya tim medis sudah tidak mampu menanganinya sehingga korban dirujuk ke RS Sembiring Delitua.

Pada Kamis 26 September, pagi sekitar pukul 06:30 WIB, anaknya dinyatakan meninggal dunia.

"Rabu anak saya ngedrop, saya bawa ke klinik lagi. Rupanya klinik merujuk ke RS Sembiring, Delitua. Hari kamis pagi setengah 7 kurang anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia,"ujarnya dengan tangisan.

Bahkan, Yuliana Padang, ibu dari RSS (14), mengaku sempat mendatangi kantor Polisi.

Ia mendatangi Polsek Talun Kenas, dibawah naungan Polresta Deliserdang, beberapa jam setelah anaknya dinyatakan tewas, untuk melaporkan guru mata pelajaran agama Kristen bernama SWH.

Tapi sayangnya laporan itu gagal dibuat, karena sebelum membuat laporan resmi, dia mendapat penjelasan dari pihak Polsek kalau dirinya membuat laporan, maka jenazah anaknya akan diautopsi.

Personel Polisi itu juga menjelaskan kalau proses autopsi akan membedah jenazah dari kepala sampai kaki, lalu mengambil bagian tubuh untuk dijadikan sampel.

Mendengar penjelasan inilah membuat Yuliana mundur untuk membuat laporan.

Alhasil, Yuliana mengaku malah disuruh menandatangani surat pernyataan kalau dirinya tidak bersedia jasad anaknya diautopsi. "Polisi itu menjelaskan, ini bagian kepala dikoyak, organ tubuh dikeluarkan, diambil sikit-sikit dikumpul untuk bahan sampel. Jadi saya merasa takutlah karena anak saya sudah meninggal dan tak bernyawa lagi malah mau digituin. Terakhir saya gak terimalah, saya mundur,"kata Yuliana, Sabtu (28/9/2024).

Yuliana menjelaskan, dirinya tidak memahami sekali bagaimana langkah hukum yang harus ia lakukan terkait kematian anak pertamanya itu.

Pernyataan tidak bersedia jasad anaknya di autopsi itu pun dia tandatangani dengan berat hati, karena ketidaktahuannya.

Tapi kata Yuliana, dia tetap mau kematian anaknya diproses secara pidana, yakni melaporkan Seli Winda Hutapea, guru Agama Kristen yang diduga sempat menghukum anaknya dengan cara squat jump sebanyak 100 kali.

Terkait hal ini, Kepala Sekolah SMP Negeri I STM Hilir, Suratman saat dikonfirmasi Tribun Medan melalui telepon belum merespon.

Tanggapan PJ Bupati dan Kapolres Deliserdang 

Sementara, Penjabat (Pj) Bupati Deli Serdang, Wiriya Alrahman belum mendapatkan informasi soal kematian salah satu siswa SMP Negeri 1 STM Hilir berinisial RSS (14) yang sempat sakit dan meninggal dunia setelah dihukum squat jump oleh gurunya.

Karena itu Wiriya pun belum bersedia untuk berkomentar banyak ketika diwawancarai www.tribun-medan.com Jumat (27/9/2024).

Wiriya menyebut belum ada laporan dari Dinas Pendidikan kepadanya. 

"Belum tau saya, baru tau ini. Di mana rupanya kejadiannya?. Sekolah negeri atau swasta?. Nggak ada Kadis Pendidikan cerita sama saya tadi ketemunya kami, nggak ada (dilaporkan soal kejadian ini), " ujar Wiriya yang ditemui di kantor Bupati. 

Karena menganggap kasus ini cukup serius, Wiriya pun saat itu langsung menghubungi Kadis Pendidikan, Yudi Hilmawan.

Ia bertanya bagaimana kejadian sebenarnya. Terdengar kalau saat itu Yudi menyampaikan kalau dirinya sedang berada di rumah duka. 

"Oo kamu di sana. Ya nanti laporkan sama saya ya hasil seperti apa," kata Wiriya melalui telepon. 

Saat itu Wiriya menyampaikan lagi kalau Kadis Pendidikan sedang menyambangi rumah duka. Ia mengaku akan memberikan komentar setelah ada penjelasan yang didapatkan oleh Dinas Pendidikan. 

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kapolresta Deli Serdang, Kombes Pol Raphael Sandy Cahya Priambodo yang juga sempat bersama dengan Wiriya di kantor Bupati, juga mengaku belum mendapatkan informasi terkait kematian siswa ini. 

"Baru tau saya. Dimana kejadiannya? Nanti kita cari tau dulu lah ya. Belum ada informasi ke saya," ucap Kombes Raphael. 

Baca berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved