Kunci Jawaban

3 Contoh Laporan Studi Kasus Piloting PPG bagi Guru Tertentu 2024, Tersedia File PDF

Artikel ini menyajikan 3 contoh laporan studi kasus Piloting PPG bagi guru tertentu, dilengkapi dengan file format pdf

Tribun Sumsel
Daftar 3 Contoh Laporan Studi Kasus Piloting PPG bagi Guru Tertentu, Tersedia File PDF 

TRIBUNSUMSEL.COM- Laporan Studi Kasus adalah tugas yang harus diselesaikan peserta Piloting Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi Guru Tertentu.

Tugas laporan ini dibuat berdasarkan pengalaman dan permasalahan yang didapatkan peserta selama menjalankan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Terdapat bagian penting yang harus dibuat peserta,  adapun bagian tersebut terdiri dari:

- Deskripsi Permasalahan yang Dihadapi

- Upaya untuk Menyelesaikan Masalah

- Hasil dari Upaya yang Dilakukan

- Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah

Bagi Anda yang membutuhka, berikut ini contoh laporan studi kasus Piloting PPG bagi Guru Tertentu.

[CONTOH STUDI KASUS 1]

1. Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang Dihadapi Permasalahan pertama adalah kemampuan membaca yang masih kurang lancar. Peserta didik kesulitan mengenali huruf dan kata, sehingga mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk membaca kalimat sederhana. Hal ini tidak hanya mengganggu pemahaman mereka terhadap teks, tetapi juga mengurangi minat mereka dalam membaca. 
Permasalahan kedua adalah kurangnya pemahaman dalam menghitung. Beberapa peserta didik sering membuat kesalahan dalam operasi penjumlahan dan pengurangan, bahkan pada soal-soal sederhana. Mereka kesulitan dalam memahami konsep angka dan bagaimana melakukan operasi hitung dasar dengan benar.


2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah

Untuk mengatasi masalah kemampuan membaca, guru melakukan beberapa langkah. Pertama, guru memberikan latihan membaca tambahan dengan menggunakan bahan bacaan yang sederhana dan menarik. Bahan bacaan ini disesuaikan dengan minat dan tingkat kemampuan peserta didik. Kedua, guru mengadakan sesi membaca berpasangan, di mana peserta didik yang lebih lancar membaca membantu teman sekelasnya yang masih kesulitan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan kerjasama di antara peserta didik.

Dalam menyelesaikan masalah menghitung, guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan. Misalnya, guru menggunakan permainan matematika yang melibatkan operasi hitung sederhana. Guru juga memberikan lebih banyak latihan soal dengan berbagai variasi untuk memastikan bahwa peserta didik benar-benar memahami konsep angka dan cara menghitung yang benar. Selain itu, guru sering memberikan umpan balik secara langsung saat peserta didik melakukan kesalahan, sehingga mereka bisa segera memperbaiki dan memahami kesalahan mereka.

3. Hasil dari Upaya yang Dilakukan

Setelah penerapan langkah-langkah tersebut, terdapat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan membaca dan menghitung peserta didik. Peserta didik yang awalnya kesulitan membaca, kini mulai menunjukkan peningkatan dalam kelancaran membaca. Mereka menjadi lebih percaya diri dalam membaca di depan kelas dan lebih sering berpartisipasi dalam kegiatan membaca bersama.

Dalam hal menghitung. peserta didik yang sebelumnya sering melakukan kesalahan, sekarang lebih jarang melakukan kesalahan dalam operasi hitung dasar. Mereka mulai memahami konsep angka dengan lebih baik dan mampu menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan dengan lebih cepat dan tepat.


4. Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah

Pengalaman dalam menangani masalah ini memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, pentingnya pendekatan yang personal dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik. Setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, dan guru harus mampu menyesuaikan metode pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kedua, kolaborasi antara peserta didik ternyata sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan mereka. Melalui pembelajaran berpasangan, peserta didik tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari teman sebayanya. Ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerjasama yang positif di antara mereka.

Ketiga, penggunaan media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Dengan permainan matematika dan bahan bacaan yang menarik, peserta didik lebih antusias dalam belajar dan lebih cepat memahami materi yang diajarkan.

Menangani masalah kemampuan membaca dan menghitung di kelas II/Fase B SDN Nusantara membutuhkan pendekatan yang kreatif dan fleksibel. Dengan memberikan perhatian lebılı pada kebutuhan individual peserta didik, melibatkan mereka


[CONTOH STUDI KASUS 2]

1. Permasalahan yang Dihadapi

Saya pernah menghadapi permasalahan dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas rendah. Salah satu permasalahan utama adalah adanya perbedaan kemampuan yang signifikan di antara murid-murid. Beberapa murid sangat cepat memahami materi, sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama dan pendampingan lebih intensif. 

Selain itu, ada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara atau berpartisipasi dalam diskusi kelas, yang membuat saya kesulitan untuk menggali ide dan pendapat mereka.

2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah

Identifikasi Kebutuhan Murid: Saya melakukan asesmen awal untuk mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan setiap murid. Hal ini membantu saya memahami siapa saja yang memerlukan pendampingan lebih intensif dan siapa yang bisa diberikan tantangan tambahan.

Pendampingan Individu: Saya memberikan pendampingan individu kepada murid yang cenderung pasif dan enggan berbicara. Saya menggunakan pertanyaan pemantik untuk membantu mereka menyusun cerita atau pendapat yang akan disampaikan. Misalnya, saya bertanya tentang pengalaman menarik yang pernah mereka alami dan bagaimana perasaan mereka saat itu.

Diferensiasi Konten dan Proses: Saya membagi murid menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat pemahaman mereka. Murid yang memerlukan bimbingan diberikan materi dasar dan pendampingan lebih intensif, sementara murid yang cukup mahir diberikan tugas mandiri yang lebih menantang. Murid yang sangat mahir diberikan tugas tambahan seperti membuat presentasi menggunakan PowerPoint.

Penggunaan Media Pembelajaran: Saya menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, seperti gambar, video, dan alat peraga sederhana, untuk menarik minat murid dan memudahkan mereka memahami materi. Misalnya, saya meminta murid untuk menggambar pengalaman menarik mereka sebelum menceritakannya secara lisan.

3. Hasil dari Upaya yang Dilakukan

Hasil dari upaya tersebut cukup memuaskan. Murid yang sebelumnya pasif mulai menunjukkan peningkatan dalam partisipasi dan keberanian untuk berbicara. Mereka lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan ide mereka. 

Murid yang memerlukan bimbingan juga menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, murid yang sudah mahir merasa lebih tertantang dan termotivasi dengan tugas tambahan yang diberikan.

4. Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah

Pengalaman berharga yang bisa saya petik dari menyelesaikan permasalahan ini adalah pentingnya memahami kebutuhan individu setiap murid dan memberikan pendampingan yang sesuai. 

Pembelajaran berdiferensiasi membantu saya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan setiap murid sesuai dengan kemampuan mereka.

Dengan pendekatan yang dilakukan, saya belajar bahwa penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan minat dan motivasi murid dalam belajar. 

Murid yang cukup mahir dapat mengumpulkan hasil kerja mandiri, sementara murid yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan PowerPoint yang dilengkapi gambar dan grafis.


[CONTOH STUDI KASUS 3]

1. Permasalahan yang Dihadapi

Di salah satu kelas yang saya ajar terdapat beberapa siswa menunjukkan ketertarikan yang sangat rendah terhadap pelajaran.

Mereka seringkiali tidak fokus Malas mengerjakan tugas dan cenderung pasif selama proses pembelajaran.

Hal ini berdampak pada hasil belajar mereka yang jauh di bawah rata-rata.

Selain itu saya juga menemukan bahwa apa siswa kesulitan dalam memahami materi terutama pada pembelajaran yang memerlukan pemahaman konsep yang lebih dalam seperti matematika dan sains.

2. Upaya untuk Menyelesaikan Masalah

Setelah menyadari permasalahan ini saya mencoba beberapa strategi untuk mengatasi hambatan tersebut.

a. Pendekatan diferensiasi pembelajaran:

Saya mencoba menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan memberikan materi yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat siswa.

Misalnya untuk siswa yang lebih visual saya menggunakan alat bantu visual seperti gambar dan video.

Sementara itu untuk siswa yang lebih kinestetik saya mengadakan kegiatan yang melibatkan gerakan atau praktik langsung.

b. Meningkatkan interaksi dan keterlibatan:

Saya juga berusaha meningkatkan interaksi dengan siswa melalui diskusi kelompok dan permainan edukatif yang relevan dengan mata pelajaran.

Saya memanfaatkan teknologi seperti kuis interaktif dan aplikasi pembelajaran online untuk membuat proses belajar menjadi lebih menarik.

c. Pendampingan individual:

Untuk siswa yang kesulitan memahami materi, saya memberikan pendampingan individual di luar jam pelajaran reguler.

Saya mencoba menjelaskan ulang konsep-konsep yang sulit dengan cara yang lebih sederhana dan memberikan latihan tambahan.

d. Membangun motivasi dan keterhubungan:

Saya menyempatkan waktu untuk berbicara secara pribadi dengan siswa-siswa tersebut dan Mencoba memahami apa yang menyebabkan mereka kurang termotivasi dan cara mencari cara untuk membangkitkan minat mereka.

Saya juga melibatkan orang tua dalam proses ini dengan memberikan informasi tentang perkembangan anak mereka dan meminta dukungan di rumah.

3. Hasil dari Upaya yang Dilakukan

Setelah beberapa bulan menerapkan strategi ini, saya mulai melihat perubahan yang positif siswa.

Yang sebelumnya kurang termotivasi mulai menunjukkan peningkatan minat dalam belajar mereka lebih aktif bertanya dan terlibat dalam diskusi kelas.

Hasil belajar mereka pun mengalami peningkatan yang signifikan terlihat dari nilai ulangan yang semakin membaik.

Siswa yang kesulitan memahami materi juga menunjukkan peningkatan dalam pemahaman konsep.

Meskipun perbaikan ini tidak instan, namun kemajuan yang mereka tunjukkan sangat menggembirakan.

Dengan bantuan pendampingan individual dan metode pembelajaran yang disesuaikan, mereka dapat mengejar ketertinggalan mereka.

4. Pengalaman Berharga dari Penyelesaian Masalah

Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya fleksibilitas dalam mengajar dan perlunya menyesuaikan pendekatan berdasarkan kebutuhan siswa.

Setiap siswa adalah individu yang unik dengan cara belajar yang berbeda-beda.

Sebagai guru saya perlu terus beradaptasi dan mencari cara terbaik untuk membantu setiap siswa mencapai potensi maksimal mereka.

Selain itu, keterlibatan dan komunikasi dengan siswa dan orang tua sangat penting dalam mendukung proses belajar yang efektif.

Baca juga: 40 Contoh Soal UP PPG Dalam Jabatan 2024 PCK dan SJT, Lengkap dengan Kunci Jawaban

Baca juga: Contoh Latihan Ruang Kolaborasi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik dan Jawabannya

Baca juga: Kunci Jawaban: Eksplorasi Konsep Modul 2.3 Tugas 2.1 A dan Tugas 2.1 B, Pendidikan Guru Penggerak

  • File PDF/Word Laporan Studi Kasus Piloting PPG bagi Guru Tertentu [download disini]

Baca artikel dan berita Tribun Sumsel lainnya langsung dari google news

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved