Teks Puisi G30S PKI 'Mata Luka Sengkon Karta' Karya Peri Sandi Huizche

'Mata Luka Sengkon Karta' karya dari Peri Sandi Huizche salah satu puisi yang pernah populer dan viral di media sosial.

Editor: Abu Hurairah
YOutube/Fadli Zon Official
Teks Puisi G30S PKI 'Mata Luka Sengkon Karta' Karya Peri Sandi Huizche 

TRIBUNSUMSEL.COM - 'Mata Luka Sengkon Karta' karya dari Peri Sandi Huizche salah satu puisi yang pernah populer dan viral di media sosial.

Puisi itu menceritakan tentang tragedi G30S PKI dan kehidupan seorang petani miskin yang menjadi buruh tani. 

Puisi ini juga menyampaikan pesan moral tentang kemunafikan, ketidakadilan, dan sikap semena-mena dari para pemimpin negeri.

Gerakan 30 September atau G30S PKI merupakan peristiwa atau catatan kelam yang menggugurkan nyawa para Pahlawan Revolusi tanah air.

Untuk mengenang dan mengingat jasa para pahlawan yang gugur, tak ada salahnya menggunakan puisi untuk ajakan persatuan bangsa.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut kumpulan teks puisi memperingati peristiwa G30S PKI dan Hari Kesaktian Pancasila untuk dijadikan caption di media sosial.

"Mata Luka Sengkon Karta" (Peri Sandi Huizche)

Aku seorang petani bojongsari.
menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri.
Kesederhanaan panutan hidup.
Dapat untung dilipat dan ditabung.
1974 tanah air yang kucinta berumur dua puluh sembilan tahun.
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara.

Lambang garuda dasarnya pancasila.
Undang-undang empat lima merajut banyak peristiwa.
peralihan kepemimpinan yang mendesak.
Bung karno diganti pak harto dengan dalih keamanan negara.

Pembantaian enam jenderal satu perwira.
Enam jam dalam satu malam.
Mati di lubang tak berguna.
Tak ada dalam perang mahabarata bahkan di sejarah dunia.
Hanya di sejarah indonesia

Untuk liat videonya silakan klik Tautan di Sini

Puisi:Bangga dengan Pahlawan

Aku bangga dengan para pahlawan
Gagah berani dalam berjuang
Revolusi tergaung hingga ke awan
Berani mati; tidak sebagai pecundang

Aku bangga dengan para pahlawan
Berguling mereka berjuang di kubangan
Lubang buaya jadi saksi pertumpahan
Sungguh tiga puluh September berlumur kepedihan

Aku bangga dengan para pahlawan
Yang tidak gentar atas segala ancaman
Meski komunis menuntut penggulingan
Persatuan dan kesatuan tetap dipertahankan

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved