Tukang Tato di BKB Palembang Viral
Pemkot Palembang Imbau Warga Melapor Jika Jadi Korban Pemerasan di BKB dan Ampera, Ada Pos Terpadu
Viralnya video dugaan pemerasan oleh pedagang tato di kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) ditanggapi Pemkot Palembang.
Penulis: Hartati | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Viralnya video dugaan pemerasan oleh pedagang tato di kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) ditanggapi Pemkot Palembang.
Dengan alasan rapat, Kepala Dinas Pariwisata Palembang, Sulaiman Amin tidak berkomentar banyak terkait soal viralnya video itu di tengah upaya Pemkot mendukung agar sektor pariwisata terkerek naik.
Namun dia menyarankan bagi pengunjung yang berada di kawasan wisata baik Ampera dan BKB sekitarnya, jika mengalami kekerasan atau dugaan pemerasan oleh oknum tidak bertanggung jawab segera laporkan.
"Kitakan ada pos terpadu, segera korban lapor bisa langsung ditindak lanjuti," ujarnya singkat, Kamis (25/7/2024).
Senada dengan Dinas Pariwisata, Kasat Pol PP Palembang Edwin juga menyampaikan hal serupa.
Edwin mengatakan jika pengunjung merasa diperas atau mengalami kekerasan, pemerasan dan hal tidak menyenangkan selama berwisata di BKB bisa segera melapor ke posko terpadu penanganan wisata 24 jam di kawasan BKB.
Baca juga: Viral Tukang Tato di BKB Palembang Diduga Lakukan Pemerasan ke Konsumen, Kasatpol PP: Akan Ditindak
Nanti di sana laporan masyarakat akan diproses dan ditindak lanjuti.
"Pasti kita proses laporan masyarakat, langkah konkret apa yang akan diambil terhadap pelaku pemerasan jangan dibocorkan dulu nanti mereka akan waspada dan bersembunyi," ujar Edwin.
Edwin mengatakan tetap menempatkan personilnya di kawasan BKB dan Ampera namun memang tidak dengan kekuatan penuh.
Sebab jika personel ditempatkan semua menjaga BKB maka tidak bisa melaksanakan tugas yang lain.
Keluhan yang paling banyak disampaikan pengunjung saat ke BKB biasanya harus membayar biaya parkir yang mahal berkali-kali lipat dari harga semestinya. Jika tidak diberi maka kendaraan akan dirusak.
Pengamen yang silih berganti datang bernyanyi sehingga membuat pengunjung tidak nyaman sebab jika tidak diberi mereka akan memaksa dan melecehkan secara verbal yang berpotensi berujung cek cok hingga duel.
Pengamen ini akan terus datang setiap menitnya tidak pernah berhenti sehingga pengunjung tidak bisa menikmati suasana berwisata.
Hingga keluhan penetapan harga barang atau jasa yang dijual tidak masuk akal seperti kasus video viral tato dan keluhan lainnya.
SEBELUMNYA, viral video pengunjung Bentang Kuto Besak (BKB) cek-cok dengan pembuat tato karena terdapat perbedaan hitungan biaya menghapus tato.
Dalam video yang dibagikan @Oypalembang dinarasikan bahwa biaya awal untuk menghapus tato Rp 28 ribu namun setelah tato selesai dihapus pelanggan ditagih biaya Rp 400 ribu.
Tidak terima terjadi perbedaan harga dari yang diawal disebutkan dengan harga yang diminta setelah selesai pengerjaan tato, wanita yang merekam video tersebut protes dan tidak Terima diminta membayar Rp 400 karena tidak sesuai dengan perjanjian awal hanya Rp 28 ribu.
Tukang tato itu juga marah karena tidak terima direkam dan mengancam akan merusak atau membanting HP siperekam karena tidak terima direkam.
Sepintas dari hasil rekaman video itu terdapat perbedaan persepsi cara menghitung penghapusan tato.
"Beda cara menghitungnya, kamu hitungan 7x4 Rp 28, padahal cara menghitungnya bukan seperti itu," ujar tukang tato tersebut.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.