Berita Viral

Nasib 46 Orang di Cimahi usai Viral Tinggal di Rumah Ukuran 6x8 Meter, Pemkot Bakal Beri Bantuan

Pemkot menyediakan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) untuk warga Cimahi, namun jumlahnya masih terbatas setelah viral 18 KK huni rumah di Cimahi

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
46 anggota keluarga tinggal satu rumah berukuran 6x8 meter persegi di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat (Jabar). Pemkot menyediakan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) untuk warga Cimahi, namun jumlahnya masih terbatas setelah viral 18 KK huni rumah di Cimahi 

TRIBUNSUMSEL.COM - Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cimahi, Dikdik Suratno Nugrahawan menyatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi telah mengetahui kondisi rumah yang dihuni 18 KK berisi 46 orang sejak masa kepemimpinan Wali Kota Cimahi, Atty Suharti Tochija.

Rumah berukuran 6 meter x 8 meter persegi di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat (Jabar), yang tengah viral di media sosial.

Kondisi ini diketahui saat petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cimahi melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih Pilkada Serentak 2024.

"Waktu zamannya wali kota Ibu Atty, sudah dilakukan intervensi berupa bantuan-bantuan. Hanya memang seiring waktu, kami baru mengetahui informasi belakangan ini," tutur Dikdik, dilansir dari Tribunjabar.com, di rumah tersebut, Selasa (9/7/2024).

Baca juga: Viral 46 Orang di Cimahi Tinggal di Rumah Ukuran 6x8 Meter, 5 Orang per Sekat, Toilet Satu Tanpa Bak

Dia mengakui bahwa kondisi rumah Sri dan keluarganya sangat memprihatikan.

Karena itu, dia berjanji, pihaknya akan membahas hal ini dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Cimahi.

"Insya Allah akan kami tindaklanjuti, dibahas dengan SKPD. Kami akan assessment sehingga tahu persis apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan atau membantu keluarga ini," janjinya.

Ditempatkan di Rusunawa?

Dikdik melanjutkan, pemkot menyediakan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) untuk warga Cimahi, namun jumlahnya masih terbatas.

"Sebetulnya kami sudah menyiapkan Rusunawa, diperuntukkan untuk saudara kita yang membutuhkan hunian, tapi jumlahnya memang terbatas," beber Dikdik.

Dia pun berjanji, setelah adanya kasus ini pihaknya akan lebih selektif agar Rusunawa tersebut bisa dihuni oleh warga Cimahi yang benar-benar membutuhkan.

"Mungkin nanti salah satunya dengan proses selektif sehingga orang yang menempati Rusunawa ini adalah orang yang memenuhi kriteria," pungkasnya.

Penjelasan Lurah Citeureup

Lurah Citeureup, Rusli Sudarmadi menjelaskan, di rumah itu memang tercatat ada 18 KK dengan total 46 jiwa, namun kini 4 KK memilih mengontrak rumah di sekitarnya.

"Dari 18 KK ini terdiri 46 jiwa dan semuanya terdata saat pelaksanaan coklit. Tapi saya pastikan yang saat ini tinggal di rumah ini 14 KK atau 36 jiwa," jelasnya.

"Dengan luas seperti ini (6x8 meter persegi) tidak mungkin 46 jiwa masuk semua, tapi 4 KK itu secara domisili belum berpindah secara kependudukan, jadi semua alamatnya masih di sini," papar Rusli.

Baca juga: 4 Berliannya Raib, Cerita Barbie Kumalasari Sampai Linglung Usai Perhiasan Diduga Dibawa Kabur Suami

Kondisi ini diketahui saat petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Cimahi melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih Pilkada Serentak 2024.

Koordinator Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilihan KPU Kota Cimahi, Yosi Sundansyah membenarkan perihal temuan tersebut.

"Betul, temuan dari petugas di wilayah Kelurahan Citeureup ada satu rumah yang ditempati oleh 18 KK atau 46 jiwa," kata Yosi, Senin (8/7/2024), dikutip dari TribunJabar.id.

Menurutnya, rumah yang ditempati lebih dari satu KK lumrah ditemukan di Kota Cimahi, namun pihaknya baru kali ini menemukan rumah yang diisi oleh belasan KK.

"Sampai saat ini belum ada di kelurahan lainnya," ujar Yosi.

Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Cimahi Utara, Yuda menambahkan, 34 dari 46 orang yang tinggal di rumah itu terdaftar sebagai pemilih pada Pilkada mendatang, sedangkan sisanya belum memenuhi syarat usia pemilih.

"Keluarga tersebut tinggal di rumah dengan luas sekitar 6x8 meter persegi. Agar semua anggota keluarga bisa tinggal, rumah tersebut disekat-sekat," jelasnya.

Potret rumah yang dihuni 46 orang di Cimahi.
Potret rumah yang dihuni 46 orang di Cimahi. (TribunJabar.id)

 

Dari pantauan Tribunjabar.com, pada Senin (8/7/2024), terlihat akses dari jalan raya menuju rumah tersebut hanya berupa gang sempit yang bisa dilalui satu sepeda motor.

Sedangkan di rumah itu terasa begitu sesak karena kondisinya sangat berdempetan dengan rumah lain.

Kondisi rumah tersebut tampak penuh dengan barang-barang anggota keluarga.

Rumah sederhana tersebut memiliki dua pintu masuk, di bagian depan dan samping, tepatnya di sebuah gang yang lebih sempit.

Sedangkan di bagian dalamnya, atap rumah sudah banyak yang lapuk dan dindingnya kusam.

Selain itu terdapat satu kamar tidur yang berada di lantai dua rumah, tetapi hanya ada satu kamar mandi yang berada di bagian belakang berukuran sekitar 1x1,5 meter beserta kloset kecil serta jerigen penampung air.

Baca juga: Alasan 46 Orang di Cimahi Tinggal 1 Rumah Ukuran 6x8 Meter, Penghuni Sebut Sudah Tinggal Sejak Dulu

Salah satu penghuni, Mbah Sri Aminah (64) mengaku tinggal di rumah tersebut sudah sejak tahun 1982.

"Rumah ini sudah ada sejak tahun 1982, ditempati sama adik, anak, dan cucu saya," ujar Sri Aminah (64) salah satu penghuni rumah saat ditemui, Senin (8/7/2024), melansir dari TribunJabar.id.

Berdasarkan data Kelurahan Citeureup, dari total 18 KK atau 46 jiwa, kini rumah tersebut ditempati oleh 14 KK atau 36 jiwa termasuk anak-anak kecil.

Sedangkan 4 KK sisanya mengontrak di dekat lingkungan tersebut.

Dengan ditempati 36 jiwa, kata dia, tentu rumah yang hanya berukuran 5,5 tumbak atau sekitar 70,7 meter persegi itu harus dibagi-bagi dengan cara disekat dan untuk satu sekatnya bisa ditempati oleh 4-5 anggota keluarga.

Rumah tersebut diketahui bertingkat dua, ada yang tinggal di atas dan mengapar di ruang tengah.

Bahkan kebutuhan air bersih untuk mandi dan minum pun, kata dia, selama ini hanya mengandalkan sumber air bersih yang disediakan pihak RW dan itu pun lokasinya cukup jauh dari rumah tersebut.

Sri mengatakan, untuk mengangkut air tersebut hanya menggunakan jerigen dan galon bekas karena selama ini ia dan kepala keluarga yang lain tak mampu membeli pipa atau membuat bak mandi.

"Mending angkut pakai galon karena gak ada uang untuk beli pipa," katanya.

Dengan kondisi itu, tentu banyak keterbatasan yang dirasakan oleh masing keluarga seperti harus tidur berdempetan hingga ke kamar mandi bergantian, tapi mereka tetap bertahan karena keterbatasan ekonomi.

Masing-masing kepala keluarga yang tinggal di rumah ini hanya bekerja serabutan, sehingga tak mampu untuk merenovasi karena pendapatan pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

(*)

Baca berita lainnya di google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved