seputar islam

Hadis Nabi Tiga Perkara yang Menyelamatkan dan Tiga Perkara yang Merusak Diri Manusia, Penjelasannya

Sedangkan yang merusak antara lain (1) bakhil yang kelewatan, (2) nafsu yang diikuti, dan (3) ujub terhadap diri sendiri." (HR Imam al-Baihaqi)

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Hadis Nabi Tiga Perkara yang Menyelamatkan dan Tiga Perkara yang Merusak Diri Manusia, Penjelasannya 


Dalam riwayat lain, “berlaku adil dalam kondisi ridha maupun marah” (al-‘adlu fir ridla wal ghadlab).
Emosi kita yang pasang-surut tak boleh menggoyahkan kita untuk tetap berpegang pada kebenaran dan keadilan. Haram tetap haram meskipun kita sangat menginginkannya. Halal selalu halal kendatipun kita tak menyukainya. Jeleknya ketika marah, karena jauhi marah.

3. Sederhana
Sederhana saat kaya maupun miskin. Hal ini menjadi ciri dari kedewasaan seseorang dalam memaknai kekayaan. Kekayaan tidak diartikan sebagai tujuan (ghâyah) melainkan sebatas sarana (wasîlah), karenanya penggunaannya pun seyogianya disesuaikan dengan kebutuhan belaka.

Sederhana bukan berarti kekurangan, apalagi berlebihan. Ia berada di antara sangat irit (pelit) dan mubazir (pemborosan dan hura-hura).
Anjuran hidup sederhana dalam kondisi apa pun sangat relevan bila dikaitkan dengan hakikat harta yang sejatinya karunia Allah. Di dalamnya ada hak untuk dirinya juga untuk orang lain. Bagi orang miskin, kesederhanaan adalah strategi untuk tetap bersyukur dan wajar dalam berekonomi. Bagi orang kaya, kesederhanaan adalah pertanda ia tak tenggelam dalam gemerlap duniawi sekaligus momen berbagi harta lebih yang ia miliki. Jangan sampai kita menjadi sangat kikir (syuhhun muthâ‘), yang menjadi salah satu perilaku merusak dalam hadits di atas. Bakhil pun tak mesti hanya dilakukan orang yang berharta melimpah. Karena bakhil selain berkaitan dengan kekayaan, juga perbuatan seseorang.

Penjelasan tiga perkara yang  merusak diri manusia


1. Bakhil
Bakhil artinya pelit. Tidak mau berbagi dengan orang lain. Tidak mau menafkahkan sebagian hartanya untuk orang lain padahal hartanya itu dari Allah.


Orang pelit merasa hartanya milik dia sendiri padahal di dalam harta kita ada bagian untuk orang lain.
Betapa banyak contoh orang bakhil yang sengsara setelah di akhirat.

Hadits nabi:

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:


إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ قَبْلَكُمْ الشُّحَّ


“Jauhilah perbuatan sangat kikir karena ia merusak orang sebelum kamu” (HR Abu Dawud).

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا


Artinya: Jauhilah sifat pelit, karena sesungguhnya yang membinasakan orang sebelum kalian adalah sifat pelit. Mereka diperintahkan untuk bersifat bakhil (pelit) maka merekapun bersifat bakhil, mereka diperintahkan untuk memutuskan hubungan kekerabatan maka merekapun memutuskan hubungan kekerabatan, dan mereka diperintahkan untuk berbuat dosa maka mereka berbuat dosa. (HR Abu Dawud)

 

2. Nafsu yang diikuti

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved