Arti Kata Bahasa Arab

Arti Wa Fi Amwalihim, Kutipan Surat Az Zariyat Ayat 19 Bahwa Ada Hak Orang Miskin dalam Harta Kita

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Arti wa fi amwalihim, kutipan surat Az Zariyat ayat 19 bahwa ada hak orang lain dalam harta kita.  

TRIBUNSUMSEL.COM -- Arti Wa Fī Amwālihim Haqqul Lissā`Ili Wal Maḥrụm, Bacaan Surat Surat Az-Zariyat Ayat 19, bahwa ada hak orang miskin dalam harta kita.

Kalimat wa fī amwālihim haqqul Lissā`ili wal maḥrụm adalah kutipan ayat Alquran Surat Az Zariyat ayat 19.

Ayat tersebut sebagai firman Allah SWT tentang harta manusia.

Berikut bacaan Surat Az Zariyat ayat 19 dan artinya


وَفِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ


Arab-Latin:

Wa fī amwālihim ḥaqqul lis-sā`ili wal-maḥrụm


Artinya:
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.


Ada sekumpulan pelajaran penting dari ayat ini.
Dikutip dari tafsirweb.com, berikut beberapa tafsir dari kalangan ahli tafsir surat Az-Zariyat ayat 19

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Pada harta mereka terdapat hak wajib dan sunnah untuk orang-orang yang membutuhkan yang meminta kepada orang-orang dan orang-orang yang membutuhkan tetapi tidak meminta-minta.

 

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

 

19. Dan di dalam harta mereka terdapat hak (jatah) -mereka berderma dengannya- bagi orang yang meminta dan bagi orang yang tidak meminta dari siapa saja yang terhalang rezekinya karena sebab apa pun.

 


Ada Hak Orang Lain pada Harta Kita

 

Dari ayat Alquran Surat Azzariyat ayat 19, sebagai umat muslim yang taat, kita mesti menyadari sepenuhnya hak orang lain itu mesti kita keluarkan, bagi mereka yang meminta atau tidak meminta-minta

Ketua Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI) Sumsel Ustadz Sukardi mengatakan, contoh di antara orang yang tidak meminta-minta adalah bayi dan balita dari keluarga pra sejahtera, lalu ibu hamil dan menyusui yang butuh asupan gizi serta para lanjut usia (lansia) yang tidak mampu. "Mereka membutuhkan uluran tangan kita," katanya.

Bila kita tidak menunaikan kewajiban mengeluarkan hak orang lain yang menempel pada perolehan rezeki, maka Tuhan punya cara tersendiri yang tidak diduga-duga oleh umat-Nya.

Ujian yang Allah berikan datang dari segala arah, termasuk dari harta kita.

Allah menitipkan harta kepada kita sebagai ujian, karena harta yang kita miliki akan kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah.

Dalam hadits, Rasulullah bersabda :

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan di mana ia keluarkan dan (4) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi).

Oleh karena itu, kita harus membersihkan harta kita dari hak-hak orang lain, karena kita akan dimintai pertanggungjawaban atas hal tersebut.

Manakala memperoleh rezeki, haruslah kita keluarkan hak orang, bisa lewat sedekah, infak, sumbangan anak yatim, dan (kewajiban) zakat.

Dan seungguhnya Allah telah mewajibkan kaum Muslimin untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari mereka yang kaya lalu diserahkan kepada fakir miskin dari mereka. (HR Bukhari-Muslim).

Di luar kewajiban untuk menunaikan zakat, jika kita memiliki kelebihan, maka tidak baik bagi kita untuk bersifat bakhil (kikir/pelit)


Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 180.


وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ
وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 

Arab-Latin:

Wa lā yaḥsabannallażīna yabkhalụna bimā ātāhumullāhu min faḍlihī huwa khairal lahum, bal huwa syarrul lahum, sayuṭawwaqụna mā bakhilụ bihī yaumal-qiyāmah, wa lillāhi mīrāṡus-samāwāti wal-arḍ, wallāhu bimā ta'malụna khabīr


Artinya:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Maka bersedekahlah, karena selain dapat membantu saudara kita yang membutuhkan, bersedekah juga memiliki berbagai macam keutamaan. Seperti, menjauhkan bala bencana, membuka pintu rezeki, menghindari penyakit, dan lainnya. Kita tidak boleh khawatir harta kita akan berkurang dan habis, karena pada dasarnya harta itu merupakan titipan dari Allah.

 

Rasulullah juga bersabda : “Ada tiga hal yang aku bersumpah atas ketiganya, yaitu tidak akan berkurang harta mereka karena bersedekah, tidak ada seorang hamba pun yang dizalimi kemudian ia bersabar, pasti Allah akan menambahkan kemuliaan, dan tidak ada seorang hamba pun yang membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah akan membukakan baginya pintu kefakiran.” (HR. At-Tirmidzi).

Itulah arti wa fi amwalihim, kutipan surat Az Zariyat ayat 19 bahwa ada hak orang lain dalam harta kita. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Arti Hasbiallahu Lailaha Illa Huwa Alaihi Tawakkaltu, Bacaan Dzikir dari Ayat Laqad Jaakum & Manfaat

Baca juga: Arti Khudz Min Amwalihim Shodaqoh, Kutipan Surat At Taubah Ayat 103, Zakat-Sedekah Mensucikan Harta

Baca juga: Arti Ma Fi Qalbi Ghairullah, Kalimat Dzikir Singkat Bermakna Menguatkan, Tiada di Hati Selain Allah

Baca juga: Arti Shumu Tashihhu, Hadits Nabi tentang Manfaat Puasa Bagi Tubuh, Puasalah Niscaya Kamu akan Sehat

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved