Tornado di Sumedang

Dampak Angin Kencang di Sumedang, Tercatat 534 Bangunan Rusak, Disebut Tornado Pertama di Indonesia

Dampak angin puting beliung yang menerpa lima kecematan di Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/4/2024) sore.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Slamet Teguh
KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah
Dampak angin puting beliung yang menerpa lima kecematan di Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/4/2024) sore. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Dampak angin puting beliung yang menerpa lima kecematan di Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/4/2024) sore.

Dalam video yang beredar, tampak pusaran angin yang cukup kuat dan menghempaskan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Angin tersebut juga sampai membuat atap-atap bangunan terangkat dan hancur menjadi puing-puing.

Adapun lima kecamatan yang terdampak, yaitu Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cicalengka, dan Kecamatan Cileunyi di Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung di Kabupaten Sumedang.

Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penaggulan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Hadi Rahmat menjelaskan berdasarkan data sementara, sebanyak 534 bangunan di lima kecamatan tersebut rusak akibat puting beliung.

Rinciannya, 13 pabrik dan 10 unit rumah di Sumedang rusak. Sementara di Bandung, 18 bangunan pabrik dan toko rusak, 223 unit rumah rusak ringan, 119 unit rumah rusak sedang, dan 151 unit rumah rusak berat.

Tak hanya itu, akibat angin puting beliung juga membuat 33 orang mengalami luka-luka, dengan rincian 12 orang di Sumedang dan 21 orang di Bandung.

"BPBD Provinsi Jawa Barat memberikan bantuan berupa 25 lembar terpal dan pemasangan satu unit tenda dari bataliyon 330 dan satu unit dari Kemensos untuk warga Kampung Situbuntu RT 04 RW 02 Desa Mangun Arga, Kecamatan Cimanggung," ucap Hadi. Dikutip dari Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

"BPBD dibantu Basarnas, TNI, Polri, dan aparatur setempat, bersama warga, sekitar membersihkan puing puing yang berserakan dan membantu menebang pohon yang menghalangi jalan," sambungnya.

Baca juga: Viral Detik-detik Mengerikan Angin Kencang Hajar Sumedang, BRIN Sebut Tornado Pertama di Indonesia

Hadi mengatakan bahwa BPBD Jawa Barat telah memberikan bantuan berupa 25 lembar terpal dan tenda.

"Pemasangan satu unit tenda dari Bataliyon 330 dan satu unit dari Kemensos untuk warga Kampung Situbundu RT 04 RW 02 Desa Mangun Arga Kecamatan Cimanggung," jelasnya.

Saat ini, tim gabungan yang terdiri dari BPBD, Basarnas, TNI, Polri, dan aparatur setempat tengah membersihkan puing-puing dan menebang pohon yang menghalangi jalan.

Angin puting beliung menyapu bangunan milik PT Kahatex di Jatinangor, Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore.
Angin puting beliung menyapu bangunan milik PT Kahatex di Jatinangor, Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore. (istimewa via Tribunjabar)

Tornado Pertama

Masyarakat perlu waspada dengan terjadinya angin tornado susulan di kawasan tengah Jawa Barat. 

Hal itu diungkapkan Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (22/2/2024). 

"Jangan beranggapan bahwa kemarin sudah terjadi dan hari ini cerah akan aman, tidak seperti itu," katanya.

Selama ini, kata dia, masyarakat umum hanya memahami angin puting beliung itu hanya dari satu sistem awam cumolonimbus.

"Itu saja sudah teori umumnya, padahal sekarang sudah tidak seperti itu perilakunya. Awan-awan itu gabung jadi klaster, kalau klaster awan gabung energinya berlipat-lipat terjadilah sistem badai," ucapnya.

Saat ini, kata dia, bisa saja cuaca cerah karena energi besarnya sudah reda dan untuk  membentuk lagi butuh waktu.

"Kalau yang kemarin energinya sudah luruh, dan cuaca sudah cerah semua, kita bisa pastikan bahwa ini sudah reda. Tapi jangan lupa setelah reda itu akan ada lagi pembentukan baru. Nah, pembentukan baru itu belum tentu akan setara kemarin," katanya.

Masuk kategori tornado

Erma Yulihastin mengatakan, peristiwa di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang itu sebagai tornado, bukan angin puting beliung.

Erma mengatakan bencana tornado yang merusak ratusan bangunan itu merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia.

"Ini sudah first time. Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda nih. Ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi karena mikro. Ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," kata Erna melalui sambungan telepon, Kamis (22/2/2024).

Erma mengatakan, setidaknya ada empat faktor pembeda puting beliung dengan tornado.

Faktor pertama adalah skala kecepatan anginnya. Menurut dia, tornado mempunyai kecepatan angin mencapai angka 65 hingga 67 kilometer per jam.

"Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena tidak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah," kata Erma.

Faktor kedua, katanya, terkait dengan skala radius dampaknya.

Erma menyebut bencana tornado mempunyai skala radius hingga mencapai dua kilometer.

Apabila skala radiusnya masih berada di bawah angka dua kilometer, maka hal itu masih dikategorikan mikro dan belum termasuk meso seperti tornado.

Faktor ketiga adalah dampak kejadian. Selama ini, menurut Erma, bencana angin kencang yang terjadi di Indonesia tak pernah mempunyai dampak terlalu merusak dan durasinya pun cenderung singkat.

"Kemudian, yang keempat itu durasi. Puting beliung di wilayah kita selalu kurang dari 10 menit. Enggak ada yang melampaui durasinya 10 menit," katanya.

Erma pun mengatakan, angin kencang yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang sudah memenuhi keempat faktor tersebut.

Selain itu, kata dia, fenomena angin kencang itu terlihat jelas di satelit awan sehingga memperkuat kepastian bahwa fenomena itu merupakan tornado.

"Mata badainya terlihat dari satelit awan, ya berarti tornado, dong. Karena kalau puting beliung enggak bisa terdeteksi dari satelit awan. Awannya itu enggak kelihatan," ujar dia.

Lebih lanjut, Erma mengimbau masyarakat agar lebih waspada saat memasuki musim penghujan. Alangkah lebih baik, katanya, mencari tempat berlindung bila melihat awan gelap di langit yang bergerak dengan cepat.

"Intinya harus waspada kalau sudah ada awan gelap dan sebagainya. Awan itu bergerak dengan cepat, awan mendungnya itu, maka itu bisa dipastikan ada angin kencangnya. Cuma kita enggak tahu muter atau enggaknya kan, jadi kita sendiri yang harus waspada," kata dia.

Bencana tornado menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2).

Data terkini BPBD Jabar, terdapat lima kecamatan yang terdampak bencana di dua wilayah tersebut yakni Kecamatan Jatinangor, Cimanggung, Cileunyi, Rancaekek, dan Cicalengka. 

Penjelasa BMKG Bukan Tornado

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bencana alam berupa angin kencang yang melanda Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Rabu (23/2/2024) sore.

Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu mengatakan angin kencang tersebut termasuk small tornado atau angin putting beliung.

Baca juga: Nasib Arlo, Korban yang Dianiaya Anak Vincent Rompies Alami Trauma Berat Hingga Takut Keluar Rumah

Ia menjelaskan bahwa puting beliung adalah fenomena alam di mana angin berputar dengan kecepatan kurang dari 70 kilometer/jam.

Sedangkan, kecepatan tornado lebih dari 70 kilometer per jam.

"Kejadian kemarin sore, kecepatan angin tercatat di AAWS Jatinangor 36,8 Kilometer per jam," ujarnya dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (22/2/2024).

Dampak angin puting beliung yang menerpa lima kecematan di Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/4/2024) sore.
Dampak angin puting beliung yang menerpa lima kecematan di Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/4/2024) sore. (KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah)

Lanjutnya, angin tornado memiliki dampak yang luas, mencakup wilayah radius lebih dari 10 kilometer.

Sedangkan, angin kencang yang melanda kawasan Rancaekek itu dampaknya hanya dikisaran 3-5 kilometer.

"Sedangkan kemarin, saya rasa tiga sampai lima kilometer, dampaknya," katanya.

Teguh Rahayu pun mengimbau masyarakat agar tetap waspada.

Sebab, bencana meteorologi terutama di musim hujan masih berpotensi terjadi, baik angin puting beliung, hujan es, banjir, longsor hingga pohon tumbang.

"Lokasi atau tempat tinggal di pegunungan atau topografi curam, itu kewaspadaannya perlu ditingkatkan," ucapnya.

"Masyarakat juga harus sangat waspada, karena saat ini masih puncak musim hujan sehingga peluang ekstrem utamanya hujan lebat kadang disertai angin puting beliung masih sangat berpotensi terjadi," katanya.

 

 

Baca berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved