Santri di Ponpes Jambi Dianiaya Senior

Sosok APD Santri di Jambi Di-"bully" Senior, Alami Luka Serius di Bagian Sensitif, Psikis Terganggu

Inilah sosok APD santri di Jambi yang menjadi korban bully oleh dua orang kakak senior hingga dibawa ke Rumah Sakit.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
Tribunnews.com
Inilah sosok APD santri di Jambi yang menjadi korban bully oleh dua orang kakak senior hingga dibawa ke Rumah Sakit. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Inilah sosok APD santri di Jambi yang diduga menjadi korban bully oleh dua orang kakak senior hingga dibawa ke Rumah Sakit.

Akibat dibully korban mengalami lebam lebam di bagian paha hingga bagian sensitif.

Bahkan korban mengalami trauma berat hingga psikis terganggu akibat kejadian itu hingga dilarikan ke RSUD Raden Mattaher Jambi.

Kini orangtua korban akhirnya melaporkan kejadian perundungan ke Polda Jambi.

Santri Dianiaya Senior di Ponpes Jambi, Telpon Orangtua Minta Tolong
Santri Dianiaya Senior di Ponpes Jambi, Telpon Orangtua Minta Tolong (instagram/memoemedia)

Lantas siapakah sosok korban ?

Korban berinisial APD yang saat ini berusia 12 tahun.

Korban diketahui masih duduk di bangku SMP.

Baca juga: Murkanya Rikarno, Anak Di-"bully" Santri Senior Sudah Lapor Guru Tapi Tak Direspon, Tolak Berdamai

Sementara terduga pelaku ini sudah tamat SMA dan diduga mengabdi di pesantren.

Rikarno Diwi orang tua korban saat diwawancarai menerangkan, anaknya mengalami luka lebam dan cidera dibagian kelamin, karena digesek secara keras menggunakan kaki oleh seniornya.

Orangtua Santri di Jambi Dibully Laporkan Pelaku, Tak Terima Anak Dianiaya Berbulan Bulan
Orangtua Santri di Jambi Dibully Laporkan Pelaku, Tak Terima Anak Dianiaya Berbulan Bulan (Tribun News)

"Prakteknya itu mulut anak saya di tutup, tangannya dipegang kakinya juga dipegang secara kuat dipaksa, terus kaki pelaku itu nendang kemaluan anak saya," kata Rikarno, Kamis (30/11/2023), dikutip TribunJambi.com 

Lanjutnya, setelah selesai melakukan perbuatan tersebut korban mengalami kesakitan.

Baca juga: Sosok Senior "Bully" Santri di Jambi hingga Alami Luka Lebam & Sulit BAB, Sudah Tamat SMA

Tak sampai disitu, pelaku justru menginjak perut korban.

Akibat kejadian itu, APD mengalami luka lebam di paha dan luak di kelaminnya.

"Luka lebam di kanan kiri paha, kemaluan sampai testisnya atau biji kemaluannya bengkak dan diperut juga," ujarnya.

Adapun kondisi APD saat ini sudah mulai membaik dan sudah bisa buang air besar, karena selama 3 hari korban tidak bisa buang air besar dan buang angin.

Korban mendapatkan perawatan secara intensif.

"Allhamdulilah sudah membaik dan sudah keluar, sekarang di rumah sakit Bhayangkara untuk melakukan visum," terangnya.

Baca juga: Kronologi Santri di Jambi Di-"Bully" Senior hingga Sempat Tak Bisa BAB, Bukan Pertama Kali

Menurut Rikano warga Sungai Bahar, kabupaten Muaro Jambi sang anak harus dibawah ke psikolog karena secara sikis sang anak terganggu.

Setelah keluar dari rumah sakit, korban langsung melakukan visum di RS Bhayangkara, kemudian membuat laporan ke Polda Jambi.

"Secara fisik sudah membaik, tetapi secara psikis masih mengalami trauma berat. Sekarang sedang menjalani pemulihan trauma dari psikolog," kata Rikarno.

Adapun laporan tersebut, tertuang dalam laporan polisi nomor STPL /343/XI /2023/ SPKT/ Polda Jambi tanggal 30 November 2023.

Penjelasan Pengawasan Yayasan

Sementara itu, Hasan selaku pengawas Yayasan Tri Sukses Jambi mengatakan, pihaknya telah mempertemukan mendamaikan pihak keluarga korban dan pelaku.

"Sudah damai-damai gak ada permasalahan, sampai sekarang sudah kami amankan, tidak ada efek sampingnya lagi ke masyarakat yang lain karena itu sudah damai, antara pelaku dan korban sudah damai," katanya saat dikonfirmasi melalui sambung telepon. Dikutip TribunJambi.com

Ketikan ditanya soal orang tua ADP (12) yang membuat laporan ke Polda Jambi, Hasan mengatakan dirinya tidak mengetahui kalau keluarga korban membuat laporan polisi.

Menurutnya semuanya sudah damai dan antara pelaku dan korban sudah dipertemukan serta tidak ada tuntut menuntut dan semua itu sudah selesai.

"Gak ada konfirmasi ke kami kalau dia membuat laporkan, insyaallah sudah damai, kita belum mengetahui dan kita sudah upaya untuk tidak ada permasalahan keluar," ujarnya.

Tolak Damai

Orangtua korban, Rikarno Diwi menegaskan menolak berdamai dan akan tetap melanjutkan kasus ini ke proses hukum.

Menurutnya, hal itu dilakukan akan memberi efek jera kepara para pelaku yang membully anaknya.

"Saya tegaskan di sini saya tak mau damai dengan pihak mana pun. Proses hukum akan tetap berlanjut agar ada efek jera dan kasus serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari," kata Rikarno Diwi, orangtua korban melalui sambungan telepon, Sabtu (2/12/2023), dikutip Kompas.com.

Orangtua Santri di Jambi Dibully Laporkan Pelaku, Tak Terima Anak Dianiaya Berbulan Bulan (Tribun News)

Rikarno menjelaskan, putranya harus menjalani perawatan di rumah sakit selama dua hari sejak Selasa (28/11/2023) hingga Kamis (30/11/2023).

Setelah keluar dari rumah sakit, korban langsung melakukan visum di RS Bhayangkara, kemudian membuat laporan ke Polda Jambi.

"Secara fisik sudah membaik, tetapi secara psikis masih mengalami trauma berat. Sekarang sedang menjalani pemulihan trauma dari psikolog," kata Rikarno.

Menurut Rikarno korban masih duduk di bangku SMP. Sedangkan terduga pelaku sudah tamat SMA dan diduga mengabdi di pesantren.

Kecewa Lapor ke Guru Tak Direspon

Kasus perundungan ini sudah dilaporkan ke pihak guru, tetapi tidak direspons, sehingga dia pun melapor ke polisi.

Ia juga mengatakaan perundungan yang dialami oleh putranya bukan kali pertama terjadi.

Pada September, anaknya diduga pernah didorong dan dijepit ke lemari besi.

"Pada bulan 9 pertama kali, sampai urat saraf dibelakang ini terjepit hingga bahu belakang bengkak tapi pelaku berbeda dan di lain tempat," jelasnya.

Para pelaku, lanjutnya, menutup mulut anaknya, memegangi tangan dan kaki putranya, kemudian melukai bagian vital anaknya dengan kaki.

Setelah selesai melakukan perundungan, dua orang senior ini tidak merasa iba dan justru menginjak perut korban.

Selain itu korban sempat berbohong saat ditanya soal kenyamanan ketika belajar di pondok pesantren tersebut.

Orangtua APD yang melihat reaksi sang santri kemudian bertemu kepada guru sebanyak 4 guru dan 2 pamong.

"Meraka bilang ditindaklanjuti, tapi kenapa urat saraf anak saya kejepit itu pada September dan sangat saya sayangkan. Bahkan bukti saya bawa anak untuk urut saya sampaikan dan kirim tapi tidak direspon," ujarnya.

Menurutnya, pihak pesantren tidak mengetahui langsung didepan mata saat kejadian perundungan tersebut.

Namun, setelah kasus ini mencuat baru pihak pondok pesantren menghubungi orang tua korban.

Baca berita lainnya di Google News

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved