Arti Kata Bahasa Arab

Arti Ummatan Wahidah, Istilah Persatuan Umat tapi Tetap Menghargai Perbedaan Disebut dalam Alquran

Ummatan wahidah adalah gambaran ideal umat Islam tentang persatuan umat yang  contohnya ada pada masa ketika Nabi dan para sahabatnya masih hidup

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Grafis MG Tribunsumsel.com/Dimas/Rafli
Arti ummatan wahidah, istilah persatuan umat tapi tetap menghargai perbedaan, disebut dalam Alquran. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Arti ummatan wahidah, istilah persatuan umat tapi tetap menghargai perbedaan, disebut dalam Alquran.

Kalimat Ummatan Wahidah berasal dari bahasa Arab,  terdiri dari dua suku kata, yaitu ummah dan wahidah.

Ummah atau ummat atau ummatan artinya Kelompok atau golongan atau bangsa.

Seperti kata ummat islam artinya kelompok orang islam.

Sedangkan wahidah berasal dari kata wahid atau bentuk muannas dari kata wahid yang secara bahasa artinya satu (tidak terpecah)

Ummatan wahidah artinya kelompok masyarakat atau umat yang satu.

Istilah ini mengandung makna bahwa umat tersebut tidak terpecah, bersatu dan saling menguatkan satu sama lain.

Ummatan wahidah adalah gambaran ideal umat Islam tentang persatuan umat yang  contohnya ada pada masa ketika Nabi dan para sahabatnya masih hidup.

Arti yang kedua dari ummatan wahidah yaitu agama atau syariat yang satu seperti yang dikemukakan dalam Al Quran surat Al Anbiyaa ayat 92 yaitu:

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Dalam ayat ini ummatan wahidah artinya agama atau syariat yang satu, sama-sama menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Allah dengan apa pun (yaitu tidak berbuat syirik).

Istilah ummatan wahidah disebut dalam Alquran sebanyak sembilan kali, diantaranya terdapat dalam Al-Qur'an surah-surah al-Baqarah ayat 213; Al-Maidah ayat  48; Surat Yunus ayat 19; Surat Hud ayat 118, surat An-Nahl ayat 93; dan Surat al-Anbiya ayat 92.

Ummatan wahidah artinya bahwa pada mulanya manusia itu satu umat.

Hal ini ditegaskan di dalam Al1quran surah al-Baqarah/2: 213, yang bunyi dan terjemahannya sebagai berikut:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَاجَآءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللهُ يَهْدِي مَن يَشَآءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ {213}

"Manusia sejak dahulu adalah umat yang satu (ummatan wahidah), selanjutnya Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.

Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab itu, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena keinginan yang tidak wajar (dengki) antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus."


Dalam ayat ini secara tegas dikatakan manusia dari dahulu hingga kini merupakan satu umat.

Allah Swt menciptakan mereka sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan. Mereka sejak dahulu hingga kini baru dapat hidup jika bantu-membantu sebagai satu umat, yakni kelompok yang memiliki persamaan dan keterikatan.

Karena kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-beda dalam profesi dan kecenderungan. Ini karena kepentingan mereka banyak, sehingga dengan perbedaan tersebut masing-masing dapat memenuhi kebutuhannya.

Dalam kenyataannya manusia tidak mengetahui sepenuhnya bagaimana cara memperoleh kemaslahatan mereka, juga tidak tahu bagaimana mengatur hubungan antar mereka, atau menyelesaikan perselisihan mereka.

Di sisi lain, manusia memiliki sifat egoisme yang dapat muncul sewaktu-waktu, sehingga dapat menimbulkan perselisihan. Karena itu Allah Swt mengutus para nabi menjelaskan ketentuan-ketentuan Allah dan menyampaikan petunjuk-Nya sambil menugaskan para nabi itu menjadi pemberi kabar gembira bagi yang mengikuti petunjuk. Hal ini diperkuat dengan QS. Yunus/10: 19:

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلاَّ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُواْ وَلَوْلاَ كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

"Manusia dahulunya adalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah mereka telah diberi putusan tentang apa yang mereka perselisihkan itu."

Maksudnya, manusia pada mulanya hidup rukun, bersatu dalam satu agama, sebagai satu keluarga. Tetapi setelah mereka berkembang biak dan setelah kepentingan mereka berlain-lain, timbullah berbagai kepercayaan yang menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu Allah mengutus rasul yang membawa wahyu dan untuk memberi petunjuk kepada mereka. Baca ayat 213 surat Al-Baqarah. Ketetapan Allah itu ialah bahwa, perselisihan manusia di dunia itu akan diputuskan di akhirat.

Sungguhpun demikian, agaknya Allah memang tidak menghendaki adanya persatuan mutlak di antara manusia, sebab ada maksud tertentu di balik perbedaan itu, seperti dijelaskan dalam Q.S. al-Maidah/5: 48:

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan demi jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikannya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kalian semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian perselisihkan itu."

Adanya faktor pembeda di antara individu dan kelompok dalam masyarakat memberi peluang. Tetapi peluang itu harus diarahkan pada kompetisi ke arah kebajikan.


Dalam QS. al-Hujurat/49: 13 secara tegas Allah mengakui adanya faktor pembeda itu. Ayat ini memberi legitimasi terhadap adanya faktor pembeda itu sebagai sesuatu yang alami yang memang diciptakan oleh Tuhan. Tetapi ajaran agama menyatakan agar hal itu diperlakukan untuk saling mengenal (ta'aruf). Selain alami, keberagaman itu juga mengandung manfaat. Namun, manusia harus ingat bahwa mereka tergolong dalam umat manusia yang satu.

Agama -salah satunya- berfungsi untuk mengingatkan persamaan di antara manusia itu sebagai landasan untuk persahabatan, tolong-menolong dan persaudaraan. Perbedaan itu tidak akan menjadi persoalan apabila kesemuanya itu mengacu pada nilai-nilai kebajikan.

Itulah arti ummatan wahidah, istilah persatuan umat tapi tetap menghargai perbedaan, disebut dalam Alquran. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Arti Al Alim, Al Khabir, Alimun Khabir, Nama Indah Asmaul Husna Disebut dalam Alquran dan Penjelasan

Baca juga: Arti Muhibah Adalah, Kosa Kata Bahasa Arab yang Homonim Memiliki Banyak Arti, Ini Penjelasannya

Baca juga: Arti Mahabbah Adalah, Dalil dan Macam-macam Tingkatan Mahabbah, Berikut Cara Menggapai Cinta Allah

Baca juga: Arti Fastabiqul Khairat, Perintah Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 148, Berlomba dalam Kebaikan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved