Arti Kata Bahasa Arab
Arti Hayya Alas Sholah Hayya Alal Falah, Lafadz Azan Memanggil Orang Sholat dan Hukum Menjawab Azan
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hayya ‘alal falâh artinya adalah : Marilah menuju keberuntungan dan keselamatan atau kemenangan.
Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
TRIBUNSUMSEL.COM -- Arti hayya alassholah hayya alal falah, lafadz azan memanggil orang sholat, berikut hukum menjawab azan.
Kalimat hayya alassholah dan hayya alal falah adalah berasal dari bahasa Arab.
Hayya alassholah dan hayya alal falah
adalah salah satu kalimat di dalam adzan.
Hayya alassholah artinya adalah : marilah (menuju) mengerjakan sholat
Hayya Alash Shalah memiliki arti “Marilah kita menuju sholat”. Maksudnya, kalimat ini adalah panggilan kepada umat Muslim untuk segera melaksanakan sholat. Kalimat ini juga mengingatkan bahwa saat akan melakukan sesuatu, hendaklah mengawalinya dengan sholat
Hayya alal falah artinya adalah : marilah menuju keberuntungan, kemenangan atau keselamatan.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hayya ‘alal falâh artinya adalah : Marilah menuju keberuntungan dan keselamatan.
Ada juga yang mengatakan : Marilah menuju kekekalan. Maksudnya, datanglah untuk melakukan sebab kekekalan di dalam surga”. [Syarah Shahîh Muslim, hadits no. 379]
Ketika seorang muadzin menyerukan hayya ‘alal falâh, maka sesungguhnya dia mengajak manusia menuju surga, karena keberuntungan, kemenangan, dan keselamatan hakiki adalah masuk surga dan selamat dari neraka, dimulai melalui sholat dan tentunya amalan amalan lainnya.
Jawaban Hayya Alash Shalah dan Hayya Alal Falah
Saat muadzin mengumandangkan adzan, umat Muslim disunnahkan menjawabnya dengan bacaan yang sama. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW berikut:
“Jika kalian mendengar seruan adzan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Mengutip Buku Panduan Sholat Lengkap (Wajib & Sunnah) oleh Saiful Hadi El-Sutha, menyebutkan bahwa bacaan Haya Alash Shalah dan Hayya Alal Falah dijawab dengan kalimat yang berbeda, yaitu Laa haula wa laa quwwata illa billaah, yang artinya “Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah.”
Lafadz tersebut adalah bentuk pengakuan seorang Muslim bahwa agar bisa memenuhi panggilan Allah ketika adzan untuk melaksanakan sholat tidak hanya lahir dari diri sendiri, melainkan juga berkat pertolongan Allah SWT.
Hukum menjawab Azan
Kalau seseorang membaca Al-Qur’an sementara muazin mengumandangkan azan, maka yang lebih utama itu meninggalkan bacaan dan menyibukkan diri dengan mengikuti muazin.
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam:
( إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ روى مسلم (384)
“ Kalau kamu semua mendengar azan, maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan.” [HR. Muslim, 384]
Imam Nawawi rahimahullah berkata : ‘Kalau dia mendengar muazin, maka bacaannya diberhentikan dan menjawab dengan mengikuti lafad azan dan iqamah kemudian kembali lagi (melanjutkan) bacaannya. Ini adalah kesepakatan menurut teman-teman kami.’ [Dari kitab ‘At-Tibuan Fi Adab Hamalatil Qur’an, hal. 126.]
Syekh Abdul Azizi bin Baz rahimahullah ditanya, ‘Kalau seorang muazin adzan, dan seseorang membaca Al-Qur’an. Apakah yang lebih bagus mengikuti bersama muazin dan mengucapkan seperti apa yang dia ucapkan atau menyibukkan dengan Al-Qur’an itu lebih bagus yang mana seperti mengedepankan yang lebih utama dibandingkan dengan yang utama?
Maka beliau menjawab, Yang sesuai dengan sunnah kalau dia membaca dan mendengarkan adzan, menjawab adzan. Sebagai realisasi dari sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ، ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لا تَنْبَغِي إِلا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُا
“Kalau anda semua mendengarkan muazin, maka ucapkan seperti apa yang diucapkannya, kemudian bersholawatlah kepadaku. Karena barangsiapa yang shalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan mendoakan (shalawat) kepadanya sepuluh kali.
Kemudian memohonlah kepada Allah untuk diriku wasilah, karena ia adalah tempat di surga. Yang tidak diberikan keculai kepada salah seorang hamba diantara hamba-hamba Allah. Saya berharap itu adalah saya. Barangsiapa yang meminta kepada Allah untuk diriku wasilah, maka layak baginya mendapatkan syafaat.’ [HR. Muslim di shohehnya dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhuma.]
Dalam hadits shohehain dari hadits Abi Said Al-Khudori radhiallahu’anhu, dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam sesungguhnya beliau bersabda, “Kalau kamu semua mendengarkan muazin (mengumandangkan adzan) maka ucapkan seperti apa yang dia ucapkan.’ Dan dalam shoheh Bukhori dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhuma dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam beliau bersabda:
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ : اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang mengucapkan ketika (selesai) mendengar azan mengucapkan, Ya Allah Tuhan doa yang sempurna ini, dan shalat yang akan ditunaikan. Berikanlah kepada Muhammad wasilah dan fadhilah.
Serta bangkitkanlah (beliau) di tempat yang mulia sebagaimana yang telah Engkau janjikan kepadanya. Maka layak baginya mendapatkan syafaatku di hari kiamat.’ [Ditambahi dalam Baihaqi dengan sanad hasan, ‘Sesungguhnya Engkau tidak pernah pernah menyalahi janji.
Dan karena menjawan muazin itu sunnah, akan kehilangan kesempatan kalau dia lanjurkan membaca (Al-Qur’an). Sementara bacaan tidak akan terlewatkan karena waktunya luas. Semoga Allah memberikan taufiq kepada semuanya.’[Dari kitab ‘Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 10/358].
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Terkadang didapatkan yang utama menjadikan dia lebih utama dibandingkan yang utama. Contohnya, membaca Alquran adalah zikir yang paling utama. Dan Al-Qur’an termasuk zikir yang lebih utama.
Membaca Alquran atau Menjawab Azan?
Ketika seseorang membaca (Alquran) dan mendengarkan muazin mengumandangkan azan, apakah yang lebih utama meneruskan bacaannya atau menjawab azan?
‘Sesungguhnya yang lebih utama adalah menjawab azan. Meskipun Alquran adalah zikir yang paling utama.
Akan tetapi zikir pada tempatnya itu lebih utama dibandingkan membaca Alquran. Karena bacaan quran tidak ditentukan dengan waktu, kapan saja dia ingin, maka bacalah. Akan tetapi menjawab muazin terikat dengan mendengarkan azan.’ [Dari kitab Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh].
Itulah arti Hayya Alas Sholah Hayya Alal Falah, Lafadz Azan Memanggil Orang Sholat dan Hukum menjawab azan.
Baca juga: Arti Al Ulama Warasatul Anbiya, Hadits Rasulullah tentang Kedudukan Ulama, Guru adalah Pewaris Nabi
Baca juga: Makna Guru Adalah Pewaris Nabi, Guru yang Bagaimana dan Seperti Apa? Penjelasan Lengkap dengan Dalil
Baca juga: Arti Al Ulama Warasatul Anbiya, Hadits Rasulullah tentang Kedudukan Ulama, Guru adalah Pewaris Nabi
Baca juga: Lirik Sholawat Hajjiyat, Lengkap Tulisan Arab, Latin, Arti dan Cara Mengamalkannya
arti hayya ala sholah
arti lafadz hayya ala sholah
hayya alal falah arab
hayya alal falah artinya
Jawaban Lafadz Azan
mari menuju kemenangan
Tribunsumsel.com
Tribunnews.com
hukum menjawab adzan
jawaban hayya alal falah
jawaban hayya ala sholah
Arti Allahumma Inni Audzubika Min Adzabi Jahannam Wamin Adzabil Qabri Wamin Fitnatil Mahya Wal Mamat |
![]() |
---|
Arti Allahumma Sholli Alaihi, Ya Robbi Sholli Alaihi Wassalim dan Shallallahu Alaihi Wassallam |
![]() |
---|
Arti Wa Barik Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad, Bagian dari Bac aan Shalawat |
![]() |
---|
Arti Kata Sayyidina Muhammad, Ala Sayyidina Muhammad, Hikmah Mengucapkannya Saat Bershalawat |
![]() |
---|
Arti Shollu Alan Nabi Muhammad, Sholli Alan Nabi dan Cara Menjawabnya, Seruan untuk Bersholawat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.