Hari Guru Nasional 2023

5 Contoh Cerpen Tentang Guru yang Inspiratif untuk Peringati Hari Guru Nasional 2023

Artikel ini berisi 5 contoh cerpen tentang guru untuk peringati Hari Guru Nasional 2023.

Tribun Sumsel
Ilustrasi Guru. Daftar 5 contoh cerpen tentang guru untuk peringati Hari Guru Nasional 2023. 

Aku berdiri di panggung itu dengan menerima piala juga sertifikat lomba yang telah ku ikuti. Tampak semua orang memuji atas kemenangan yang ku raih pada lomba melukis tersebut. Aku bisa merasakan kebahagiaanku. "Pluk." Seperti ada yang memukul pundak, tetapi aku menghiraukannya. "Shena! Bisa bisanya kamu tidur saat jam kelas. Mimpi apa lagi kamu? Cepat ambil buku matematika dan berdiri di depan papan tulis!" Bu Wina terkenal dengan ketegasannya, jadi wajar bila ia marah melihatku tidur saat jam pelajaran. Aku maju ke depan sambil menggerutu dalam diam. Huh, mengapa tadi hanya mimpi? Apakah mimpi itu tidak bisa terjadi di hidupku? Sudahlah. Akui saja kenyataannya, aku memang tidak memiliki kelebihan apapun dalam diri sendiri.

Keesokannya, aku dihukum berdiri di tengah lapangan karena tertidur lagi dan tidak mengerjakan tugas. Satu sekolah memandangku dengan tajam ketika waktu istirahat. Aku seperti menjadi pusat perhatian mereka. Malu? Tidak sama sekali. Sebab ini kesalahanku sendiri. Jam istirahat pun telah usai, kini aku diperbolehkan mengikuti pelajaran selanjutnya. Aku pun mulai memasuki kelas. "Wah, tukang tidur udah datang!" "Eh gimana Shen berdiri di lapangannya? Panas ya, Haha." "Sepertinya memang pantas panas-panasan di lapangan deh, biar tambah gosong mukanya. Canda ya Shen, jangan baper." Sebenarnya kata-kata tersebut udah terbiasa dilontarkan dari mulut mereka. Dari awal, mereka sudah menjauh dariku. Tidak ada yang ingin berteman. Memang sakit, tapi marah juga bukan solusi menghadapinya. Pak Andi pun masuk ke kelas dan memulai pelajaran seni budaya. Kami diberikan tugas untuk melukis. Saat jam pulang sekolah, Pak Andi memberikan hasil dari lukisan kami. "Jadi, lukisan terbaik yang akan ditempel di madding sekolah adalah lukisan Revana dan Shena. Lukisan kalian semua sudah bagus, tetapi Bapak memilih yang terlihat paling berbakat dalam melukis ya. Sekarang kalian boleh pulang." Aku bersyukur dan tersenyum mendengarnya. Akhirnya ada guru yang mengapresiasi hasil lukisanku. "Asik, ada yang lukisannya terbaik nih. Hasilnya biasa aja padahal hehe." Mereka tidak berhenti mengejekku. Aku terdiam dan langsung pulang. Tak tahan, aku menangis seketika.

Hari ini aku dipanggil oleh Bu Wina ke kantor.

"Ada apa ya bu?"

"Jadi gini Shen, kamu itu banyak masalah di kelas. Banyak guru yang bilang, kamu jarang mengumpulkan tugas, suka ketiduran dan sekarang nilai kamu turun dari yang biasanya. Kamu sebenarnya kenapa? Kalau ada masalah bilang ke ibu, Shen."

"Sebenarnya bu, saya ingin banget cerita tapi ngga tau sama siapa. Alasan saya akhir-akhir ini berubah, karena kedua orangtua saya bercerai bu. Saya tinggal bersama Ibu saya, jadi setiap sore juga harus bantu jualan sampai malam. Saya juga selalu dimarahi sama ibu, makanya saya sekarang ngga ada semangat belajar, suka ngantuk dan ngga ngerjain tugas. Saya lelah, bu. Disekolah saya juga sering di bodyshaming, diejek dan ngga ada yang mau berteman sama saya. Saya minta maaf, saya gagal jadi seorang anak, murid dan teman, bu." Air mataku tak sengaja keluar saat menjelaskannya. Bu Wina langsung memelukku erat. Ia terisak mendengar jawabanku. "Seharusnya Ibu yang gagal menjadi guru, Shen. Ibu ngga mengerti keadaan kalian bagaimana. Ibu juga ngga menduga ternyata murid Ibu suka bullying gini. Ibu akan bicarakan masalah ini kepada pihak sekolah agar mengedukasi murid dan memberi pengertian kepada ibumu ya. Untuk pembelajarannya, Ibu akan memberi waktu tambahan untuk mengajari kamu. Kamu jangan menyerah, Ibu sayang sama kamu, Shena." Suasananya kini menjadi pecah. Ini pertama kalinya aku bisa merasakan kasih sayang walaupun dari seorang guru. Tetapi saat itu, aku sudah menganggapnya seperti seorang ibu kandung.

Beberapa minggu berlalu. Perlahan, kehidupanku terarah lebih baik. Karena Ibuku sendiri yang sudah tidak memperdulikanku dan sepakat boleh tinggal bersama Bu Wina, maka sekarang aku hidup bersamanya. Aku bersyukur karena telah dipertemukan oleh seorang guru sekaligus sebagai ibuku dan mau menerimaku menjadi anaknya. Dan dari edukasi sekolah tentang bullying dan bodyshaming kepada murid, kini teman sekelasku mau saling berteman dan meminta maaf kepadaku. Karena Bu Wina, aku juga mulai bersosialisasi dan berbuat baik kepada orang lain serta termotivasi untuk semangat dalam belajar. Aku juga disuruh oleh Bu Wina melatih bakat melukisku. Hingga suatu hari, aku membalas jasa Bu Wina dengan membanggakannya karena aku telah memenangkan lomba melukis. Aku mendapatkan juara pertama  tingkat nasional. Mimpiku kala itu menjadi nyata. Dewasa nanti, akan kubuktikan bahwa aku bisa menjadi orang sukses dan membahagiakan Ibu kandungku serta Bu Wina. Akan lebih banyak ku balas jasa kebaikan mereka.  Walaupun Ibu kandungku sendiri sudah menjauh, tetapi ia tetap sebagai orang yang melahirkan serta merawatku sampai sekarang dan guruku sendiri yang merubah menjadi lebih baik.

Selamat Hari Guru Nasional!

Pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya. Terimakasih banyak atas jasa yang engkau berikan, kesabaranmu dan ilmu yang bermanfaat. Semoga selalu dilindungi di setiap langkah dan perjuanganmu.


5.  Guruku Motivasi Hidupku

Tidak terasa sebentar lagi tanggal 25 November. Dimana semua siswa Indonesia akan memperingati hari guru. Jika aku melihat jasa para guru, itu sangat berjasa sekali bagiku. Guru tidak pernah lelah untuk memberikan semua ilmunya, yang kelak akan bermanfaat untukku di masa depan. Tanpa guru aku bukanlah siapa-siapa. Bukan orang yang berpendidikan. Juga bukan orang yang mempunyai prestasi. Guru adalah ibu kedua bagiku. Tempat aku berdialog dan tempat aku bersosialisasi.

“Wayo!! Kamu sedang mikiri apa?” Ika menepuk pundaku sambil mengagetkan aku.
“Apaan sih, kaget tahu.” Jawabku yang penuh dengan kekesalan.
“Oh iya, kamu tahu tidak. Sebentar lagi sekolah kita akan memperingati hari guru. Kalau boleh tahu guru Favorit kamu siapa?”

Tetttt.. tettt.. tett Bel tanda masuk berbunyi. Aku tidak sempat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ika tadi. Aku langsung bergegas masuk, karena pelajaran akan dimulai. Saat aku mengingat semua jasa guru. Aku teringat dengan sosok guru yang memotivasi hidupku. Guru itu bernama Ibu Sity. Tetapi ia lebih suka dipanggil Bunda.
“Assalamualaikum anak-anak.” Ibu Sity menyambut semua siswanya dengan ucapan dan senyuman.
“Waalaikumsalam Bunda.” Jawaban yang diucapkan oleh semua siswa dengan semangat.

Ibu Sity adalah guru yang selalu dinanti-nanti kehadirannya. Banyak motivasi yang selalu ia sampaikan. Motivasi itu yang sangat berguna sekali bagiku dan teman-temanku semua. Kadang aku berpikir apa motivasi hidupku di masa depan. “Apakah aku bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang banyak?” Namun ketika aku mengingat kata-kata Ibu Sity. Aku belajar untuk mengintropeksi diriku. “Orang yang dikatakan fisiknya tidak sempurna saja bisa menjadi orang yang sukses dan tidak pantang menyerah. Kenapa aku yang dikatakan sempurna tidak mau berusaha dan berdoa. Hanya bisa menyerah dengan keadaan.

Aku mencoba merenungi semua kata-kata yang dilontarkan Ibu Sity. Hingga terbawa aku ke dalam lamunan yang tidak tahu akhirnya.
“Raa..Ra..araaa” Ika memanggilku berkali-berkali dengan nada yang mulai kesal.
Aku bergegas melihatnya sambil berkata. “Ada apa Ika? Kenapa teriak-teriak begitu?”
“Aku memanggil kamu sedari tadi. Kamu belum menjawab pertanyaanku Ra!! Siapa guru Favorit kamu?” Ika masih penasaran dengan jawabanku.
“Guru Favorit aku Ibu Sity, Ika.”
“Dia baik iya Ra..”
“Tentu. Ibu Sity selalu memotivasi hidupku. Membuatku mengerti kenapa ilmu sangat berguna sekali di masa depan.” Aku menatap Ika dengan senyuman.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved