Teladan Rasulullah SAW

7 Teladan Rasulullah SAW Sebagai Suami, Ayah, Kepala Keluarga & Sifat Penyayangnya kepada Anak-anak

Teladan Rasulullah SAW sebagai ayah tak lekang oleh waktu. Budi pekertinya, bijaksananya, nasihatnya, dapat menjadi contoh bagi ayah-ayah di masa kini

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Grafis MG Tribunsumsel.com/Dimas/Rafli
Tujuh teladan Rasulullah SAW sebagai ayah, suami, kepala keluarga dan sifat penyayangnya kepada anak-anak. 

TRIBUNSUMSEL.COM --- Tujuh teladan Rasulullah SAW sebagai ayah, suami, kepala keluarga dan sifat penyayangnya kepada anak-anak.


Teladan Rasulullah SAW sebagai ayah tak lekang oleh waktu. Budi pekertinya, bijaksananya, nasihatnya,  dapat menjadi contoh bagi ayah-ayah di masa kini.

Firman Allah dalam Surat AL Ahzab ayat 21  menyebutkan bahwa Rasulullah merupakan teladan terbaik bagi seluruh manusia 

Al Ahzab ayat 21:

Surat Al-Ahzab Ayat 21
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Arab-Latin: Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanatul limang kāna yarjullāha wal-yaumal-ākhira wa żakarallāha kaṡīrā

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Menjadikan Rasulullah sebagai teladan, berarti juga mengharapkan rahmat dari Allah SWT. Bukan hanya dalam hal ibadah, tapi juga bagaimana bersikap dengan orang-orang terdekat, termasuk anak.

Peran ayah tidak hanya pencari nafkah yang penuh tanggung jawab, tetapi juga menjadi pemimpin, pelindung, dan pemberi teladan yang baik bagi keluarga. Termasuk menjadi pendidik dan penjamin masa depan anak-anaknya.

Berikut poin-poin teladan Rasulullah sebagai ayah dikutip dari nu.or.id dan sumber terpercaya lainnya.

1. Rasulullah Sosok lemah lembut dalam Keluarga

Setelah diangkat sebagai rasulullah, Nabi Muhammad memiliki banyak tanggung jawab baik sebagai penyampai wahyu Allah, sebagai pemimpin dan sebagai pengusaha didampingi istri Siti Khadijah.
Namun di sela kesibukan tersebut, Beliau sosok pelindung dan seorang yang lemah-lembut terhadap keluarga. Hal itu seperti yang diakuinya dalam salah satu hadits:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluarga” (HR al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

 

2. Penyayang dan ramah kepada anak-anak.

Hal ini diakui langsung oleh Anas ibn Malik yang kesehariannya lebih banyak bersama beliau, “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih sayang kepada keluarga selain Rasulullah.”

Keakraban beliau kepada mereka terlihat jelas dalam berbagai kesempatan. Pernah pada suatu ketika, beliau mencium salah seorang cucunya, al-Hasan ibn ‘Ali. Kejadian itu disaksikan langsung oleh al-Aqra‘ ibn Habis.


Al-Aqra‘ pun berkomentar, “Aku memiliki sepuluh orang anak, tapi tak ada satu pun yang biasa kucium.”

Rasulullah menoleh ke arahnya dan menjawab, ”Siapa yang tak sayang, maka tak disayang,” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Mungkin al-Aqra‘ menduga bahwa laki-laki yang berkarakter kuat adalah mereka yang tak dekat dengan anak-anak. Namun, Rasulullah dengan tegas menepis dugaan itu, sehingga spontan melontarkan jawaban, ”Siapa yang tak sayang, maka tak disayang.” Jawaban itu jelas menunjukkan sikap beliau yang sangat luhur, penyayang, ramah anak, dan tentunya sangat layak diteladani para ayah.


Keluhuran, ketawadukan, dan kerendahan hati Rasulullah benar-benar tak bisa dibandingkan dengan siapa pun. Karena keluhurannya beliau tak sungkan membaur dan bergaul dengan anak kecil. Pernah suatu saat beliau menghibur anak Ummu Sulaim bernama Abu ‘Umair yang menangis karena kematian burung kesayangannya.


3. Nabi Tidak membebani anak-anak di luar kemampuannya

Bentuk lain kasih sayang dan kelembutan Rasulullah kepada anak-anak adalah tidak membebani mereka di luar kemampuannya. Disebutkan, pada saat perang Uhud, beliau kedatangan sejumlah anak yang ingin ikut berperang. Namun, beliau menolak karena mereka masih kecil.


Mereka adalah ‘Abdullah ibn ‘Umar ibn al-Khathab, Usamah ibn Zayd, Usaid ibn Zhuhair, Zayd ibn Tsabit, Zayd ibn Arqam, ‘Arabah ibn Aus, ‘Amr ibn Hazm, Abu Sa‘id al-Khudri, dan Sa‘d ibn Habah.


4. Rasulullah ikut mengurus anak-anak dan keluarga


Dalam kesempatan lain, Rasulullah bahkan tak ragu untuk meminta air dan membasuh air pipis dari anak kecil yang dibawanya.

Perhatian dan perlindungan Rasulullah terhadap anak-anak ini bukan sekadar perlakuan sepintas dan sewaktu-waktu, melainkan berlangsung berulang-ulang, sampai-sampai anak-anak kecil kerap menemui Rasul sepulang bepergian dan mengajaknya bermain atau bergurau dengan mereka.

Beliau seakan tak punya keperluan atau kesibukan selain bermain dengan anak-anak (lihat: Raghib al-Sirjani, Nabi Kaum Mustad‘afin, 2011, [Jakarta: Zaman], hal. 38).

 

5. Mengajarkan ilmu


Suatu kala Fathimah mengeluhkan pekerjaan rumah tangga yang berat. Atas itu, Fathimah meminta kepada Nabi seorang budak dari tawanan perang yang bisa meringankan pekerjaan rumahnya.

Nabi pun menolaknya dengan halus dan justru memberikan amalan yang lebih baik daripada seorang pembantu yang mengerjakan urusan domestik.

HR Ibnu Hayan

Artinya: engkau berdua mendatangiku agar aku memberikanmu seorang pembantu. Sungguh aku akan kabarkan kepada engkau berdua suatu hal yang lebih baik daripada seorang pembantu. Jika kalian berkehendak maka aku kabarkan tentang hal itu kepada kalian berdua, sesuatu yang lebih baik daripada pembantu. Yaitu, bertasbih kepada Allah di penghujung hari setiap shalat sebanyak 33 kali, bertahmidlah 33 kali, dan bertakbirlah 34 kali. Jika engkau membacanya saat berbaring maka genaplah seratus. (HR. Ibnu Hayyan)

Nasihat tersebut untuk penguat bagi Ali dan Fathimah. Hikmahnya adalah agar keduanya tetap tabah menjalani kehidupan rumah tangga. Rasulullah tidak memberikan Fathimah pembantu agar apa yang ia kerjakan jadi ladang pahala baginya.


6. Paham dan mengerti karakter perempuan

Rasulullah adalah seorang yang memahami karakter perempuan. Begitu pula karakter, kebutuhan, dan kondisi psikologis anak-anak. Selain menjadi ayah pilihan, Rasulullah juga dikenal sebagai suami yang lemah lembut dan tak sungkan membantu pekerjaan istrinya.

Dalam riwayat Ahmad disebutkan, suatu ketika, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu anha pernah ditanya perihal aktivitas beliau saat di rumah. ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah biasa menjahit pakaiannya, memperbaiki sandalnya, dan mengerjakan apa yang dikerjakan kaum pria di rumah.” Kelembutannya itu kemudian ditularkannya kepada para sahabat.

Beliau mengajarkan agar mereka selalu berpesan kebaikan terhadap istri mereka. “Berpesanlah kalian kepada para wanita dengan kebaikan. Karena mereka laksana tawanan di sisi kalian.” Demikian yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim.

Bahkan, kedekatan hubungan antara laki-laki dan perempuan juga digambarkannya dalam hadits lain sebagaimana yang diriwayatkan al-Tirmidzi, “Perempuan itu adalah saudara kandung laki-laki.” Ini mengisyaratkan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan, termasuk suami dengan istri, harus selalu baik layaknya dua orang yang bersaudara.


7. Sabar kepada istri
Rasulullah  juga berpesan kepada para suami agar tetap bersabar menghadapi sikap para wanita yang kurang disukai.

Hal ini seperti dalam sabdanya:

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah marah seorang pria mukmin kepada seorang wanita mukmin. Jika tidak menyukai satu perangai darinya, maka sukailah perangai lainnya,” (Muslim dan Ahmad).

Itulah tujuh teladan Rasulullah SAW sebagai ayah, suami, kepala keluarga dan sifat penyayangnya kepada anak-anak.

Baca juga: Arti Allahu Ghoyatuna, Ar Rasul Qudwatuna, Kutipan untuk tidak Lelah Beramal Kebaikan karena Allah

Baca juga: Pemuda-pemuda Hebat yang Disebut di Dalam Alquran dan Pemuda Sahabat Rasul dalam Sejarah Islam

Baca juga: Arti Al Amin, Gelar dari Bangsa Quraisy kepada Muhammad SAW Sebelum Diangkat Rasul, ini Kisahnya

Baca juga: Arti Ya Ayyuhallazina Amanụ La Akhụnullaha, Surat Al Anfal ayat 27, Jangan Khianati Allah dan Rasul

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved