Arti Kata Bahasa Arab

Arti Tajassus dan Tahassus Adalah, Termasuk Sifat Tercela, Berikut Ciri, Contoh serta Dalil-dalilnya

Janganlah kalian saling memata-matai dan janganlah pula saling mencari-cari kesalahan orang lain, jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara.

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Grafis MG Tribunsumsel.com/Dimas/Rafli
Arti Tajassus dan Tahassus Adalah, Termasuk Sifat Tercela, Berikut Ciri, Contoh serta Dalil-dalilnya. 

TRIBUNSUMSEL.COM --Arti Tajassus dan Tahassus Adalah, Termasuk Sifat Tercela, Berikut Ciri, Contoh serta Dalil-dalilnya.

Tahassus dan tajassus adalah dua kosa kata yang berasal dari bahasa Arab.

Tahassus dan tajassus memiliki arti yang hampir sama. Termasuk salah satu sifat tercela yang sebaiknya dijauhi.

Tahassus artinya adalah: saling mencari-cari aib atau isu yang sedang menimpa saudaranya sesama muslim, yang sebenarnya bukan menjadi urusannya.

Tajassus artinya adalah sifat negatif dimana seseorang suka mencari-cari kesalahan yang dilakukan oleh orang lain sesama muslim.

Dengan kata lain:

Tahassus artinya : mencari-cari isu atau rahasia orang lain untuk disebarluaskan atau dijelek-jelekkan.

Tajasssus artinya: mencari-cari kesalahan orang lain

Dalil tentang tajassus, ada dalam Alquran, Firman Allah SWT :


وَلَا تَجَسَّسُوا

Artinya:

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang  (QS. Al Hujurat, 49: 12).

Imam Ibnu Katsir mengatakan  Lafaz tajassus pada galibnya (umumnya) menunjukkan pengertian negatif (buruk), karena itulah mata-mata dalam bahasa Arabnya disebut jaras.


Adapun mengenai lafaz tahassus pada umumnya ditujukan terhadap kebaikan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perihal Nabi Ya'qub yang telah mengatakan kepada putra-putranya:

{يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ}

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah (Yusuf: 87).

Tetapi adakalanya lafaz ini digunakan untuk pengertian negatif, seperti pengertian yang terdapat di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

"لَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا"

Janganlah kalian saling memata-matai dan janganlah pula saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah pula saling membenci dan janganlah pula saling menjatuhkan, tetapi jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Al-Auza'i mengatakan bahwa tajassus ialah mencari-cari kesalahan pihak lain, dan tahassus ialah mencari-cari berita suatu kaum, sedangkan yang bersangkutan tidak mau beritanya itu terdengar atau disadap.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ


“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12).


Pada ayat ini terdapat beberapa masalah yang dapat dibahas.
Firman Allah ,"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka"

Menurut satu pendapat, ayat ini diturunkan tentang 2 orang sahabat Nabi SAW yang menggunjing seorang temannya. Peristiwa itu bermula dari kebiasaan Rasulullah SAW saat melakukan perjalanan.

Rasulullah SAW selalu menggabungkan seorang lelaki miskin kepada dua orang lelaki kaya, dimana lelaki miskin ini bertugas untuk melayani mereka.


Dalam kasus ini, Rasulullah SAW kemudian menggabungkan Salman kepada dua orang lelaki kaya. Singkat cerita, pada saat 2 orang lelaki kaya tersebut lapar (tidak ada lauk maupun makanan yang dapat dimakan) maka mereka menyuruh Salman untuk meminta makan kepada Rasulullah SAW Setelah bertemu Rasulullah SAW, Beliau berkata kepada Salman, "Pergilah engkau kepada Usamah bin Zaid, katakanlah padanya, jika dia mempunyai sisa makanan, maka hendaklah dia memberikannya kepadamu"

Setelah bertemu dengan Usamah, beliau mengatakan bahwa beliau tidak memiliki apapun. Akhirnya Salman kembali kepada kedua lelaki kaya tersebut dan memberitahukan hal itu (tidak adanya makanan). Namun kedua lelaki tersebut berkata, "Sesungguhnya Usamah itu mempunyai sesuatu, tapi dia itu kikir". Selanjutnya mereka mengutus Salman ketempat sekelompok sahabat, namun Salman tidak menemukan apapun di tempat mereka.


Akhirnya kedua lelaki tersebut memata-matai Usamah untuk melihat apakah Usamah memiliki sesuatu atau tidak. Tindakan mereka ini akhirnya terlihat oleh Rasulullah SAW dan Beliau bersabda, "Mengapa aku melihat daging segar di mulut kalian berdua?" Mereka berkata, "Wahai Nabi Allah, demi Allah, hari ini kami tidak makan daging atau yang lainnya." Rasulullah SAW bersabda, "Tapi, kalian sudah memakan daging Usamah dan Salman". Maka turunlah ayat ini, "Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa".

Demikianlah yang dituturkan Ats-Tsa'labi.
Maksud Firman Allah diatas adalah : Janganlah kalian mempunyai dugaan buruk terhadap orang yang baik, jika kalian tahu bahwa pada zahirnya mereka itu baik.

Dalam Shohih Al Bukhari dan Shahih Muslim terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Janganlah kalian berprasangka (curiga), karena sesungguhnya prasangka itu pembicaraan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari berita atau mendengarkan aib orang, janganlah kalian mencari-cari keburukan orang, janganlah kalian saling menipu, janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling memboikot, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" (Lafaz hadits ini milik Al Bukhari)

Firman Allah Ta'ala

"Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain"

Makna ayat tersebut adalah: Ambilah apa yang nampak, dan janganlah kalian membuka aurat kaum muslimin. Maksudnya, salah seorang dari kalian tidak boleh mencari aib saudaranya hingga menemukannya setelah Allah menutupinya.

Dalam kitab Abu Daud, terdapat hadis dari Mu'awiyah, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jika engkau mencari-cari aib manusia, maka engkau telah menghancurkan mereka, atau hampir menghancurkan mereka" (HR Abu Daud).


Diriwayatkan dari Abu Barzah Al Aslamai, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Wahai sekalian orang-orang yang lidahnya telah menyatakan beriman namun keimanan belum masuk ke dalam hatinya.

Janganlah kalian menggunjing kaum muslimin, dan jangan pula mencari-cari kesalahan mereka. Sebab barangsiapa yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Dan, barangsiapa yang kesalahannya dicari-cari Allah, maka Allah akan membukakan kesalahannya itu di rumahnya" (HR Abu Daud).

Itulah arti Tajassus dan Tahassus Adalah, Termasuk Sifat Tercela, Berikut Ciri, Contoh serta Dalil-dalilnya. (lis/berbagai sumber)

Baca juga: Arti Ghosob, Istilah Populer di Kalangan Santri dan Pondok Pesantren, Penjelasan Hukum dan Dalil

Baca juga: Arti Takziran, Roan, Murojaah, Istilah-istilah dalam Lingkungan Pondok Pesantren Orangtua Perlu Tahu

Baca juga: Makna dan Sejarah Hari Santri Nasional Diperingati Setiap Tanggal 22 Oktober, Kebanggaan Indonesia

Baca juga: Arti Santri Adalah,Ternyata Berasal dari Bahasa Sangsekerta, Arab dan Inggris, Berikut Penjelasannya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved