Ibu dan Bayi Meninggal saat Melahirkan

Sosok Ardiansyah, Suami Ibu yang Meninggal Bersama Bayi Jelang Lahiran di Sumedang, Guru Honorer

Inilah sosok Ardiansyah Apandi(30) seorang suami pilu ditinggal istri dan calon anaknya untuk selamanya. menduga kematian istrinya akibat kelalaian RS

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Dok Ardiansyah Apandi
Ardiansyah Apandi (30) bersama anak pertamanya berziarah ke makam Mamay Maida (27), di TPU Cipeureu , Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang, Senin (2/10/2023). Ardiansyah Apandi suami Mamay, menduga kematian istrinya akibat kelalaian pihak RSUD Sumedang. 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Aggi Suzatri

TRIBUNSUMSEL.COM- Inilah sosok Ardiansyah Apandi (30), seorang suami pilu ditinggal istri dan calon anaknya untuk selama-lamanya.

Istri Ardiansyah Apandi, Mamay (27) seorang PNS guru di Sumedang, meninggal dunia bersama jabang bayi saat menjalani proses persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang.

Ardiansyah Apandi suami Mamay, menduga kematian istrinya akibat kelalaian pihak RSUD Sumedang.

Baca juga: Kisah Pilu Ibu dan Jabang Bayi di Sumedang Meninggal saat Lahiran, Suami Duga Dicekoki Obat Induksi

Ardiansyah Apandi sendiri merupakan guru honorer SDN Nanjungmekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Ia ditinggal istri yang hendak melahirkan calon anak keduanya.

Sementara anak pertamanya Azura Khaza Marzia Afandi, lahir 5 tahun lalu.

Rupanya, sang istri memberikan wasiat terakhir kepada Ardiansyah sebelum ia menghembuskan nafas terakhir.

Ardianysah diminta untuk tidak menikah sebelum anak cikal mereka yang perempuan, Azura Khansa Maria Apandi (5) menikah.

Akibat dari kelalaian itu, guru honorer itu akan membawa kasus kematian istri dan anaknya ke ranah hukum.

Kronologi

Pria asal Dusun Cipeureu RT03/RW01, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang ini, mengatakan jika Mamay, istrinya terus dicekoki dengan obat induksi.

Padahal kondisi istrinya itu sudah dalam keadaan lemah.

"Istri saya meninggal dunia pada hari Minggu (1/10/2023) pukul 13.14 di RSUD Sumedang. Kondisinya lemah tapi terus dimasukkan ke tubuhnya cairan induksi," kata guru honorer SDN Nanjungmekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, kepada TribunJabar.id, Rabu (4/10/2023).

Ardiansyah mengatakan, berdasarkan pemeriksaan dr. Giandra di RS Harapan Keluarga, Cipacing, Jatinangor, perkiraan hari kelahiran anaknya adalah tanggal 27 September 2023.

Pada tanggal 28 September 2023, karena sang Istri berada di Cibugel, maka keduanya pergi ke bidan terdekat.

Bidan Eti di Cibugel menyebutkan persalinan yang melebihi masa hari perkiraan lahir (HPL) harus diberi tindakan medis.

Baca juga: Gelagat Bidan RSUD Sumedang Jelang Ibu Melahirkan Berujung Meninggal, Diduga Cengengesan Main HP

Sehingga pada Sabtu, 30 September 2023 Ardiansyah membawa Mamay ke dokter kandungan di daerah Dano, Sumedang Utara.
Tetapi klinik itu penuh, maka dia berkeliling.

Ketemulah klinik dengan dokter spesialis kandungan di tempat tersebut di Kecamatan Ganeas. Nama dokternya dr. Dani.

"Dr. Dani menyebutkan bahwa bayi dan istri saya sehat. Unutuk persalinan, lebih cepat tindakan lebih baik, meski ada waktu hingga empat hari lagi. Saya pilih segera. Dokter memberi rujukan ke RSUD Sumedang," katanya.

Saat itu, keduanya sampai di RSUD pukul 19.30 dengan menggunakan BPJS kelas 1.

Setelah pemeriksaan, Mamay diharuskan mendapatkan induksi.

Sosok ibu yang meninggal dunia bersama bayi di kandungannya saat menjalani persalinan di RSUD Sumedang.
Sosok ibu yang meninggal dunia bersama bayi di kandungannya saat menjalani persalinan di RSUD Sumedang. (TribunJabar.com/Dok Ardiansyah Apandi-tribunpriangan.com/Kiki andriana)

Ardiansyah dan Mamay punya pengalaman serius terkait persalinan. Istrinya itu diberi tindakan vacum saat melahirkan anak pertama di RS AMC Cileunyi.

Ardianysah lalu meminta bidan untuk berhati-hati dengan insuksi itu.

Jika lebih dari 10 jam tidak ada reaksi, lebih baik vacum atau operasi caesar.

"Saya katakan itu. Tolong dicatat bidan, istri saya pernah susah melahirkan waktu anak pertama, bahkan harus pakai vacum," katanya.

Jika lebih dari 10 jam tidak ada reaksi, lebih baik vacum atau operasi caesar.

"Saya katakan itu. Tolong dicatat bidan, istri saya pernah susah melahirkan waktu anak pertama, bahkan harus pakai vacum," katanya.

Jika lebih dari 10 jam tidak ada reaksi, lebih baik vacum atau operasi caesar.

"Saya katakan itu. Tolong dicatat bidan, istri saya pernah susah melahirkan waktu anak pertama, bahkan harus pakai vacum," katanya.

"Insyaallah Pak, kita berusaha maksimal, kita bismillah, bismillah." ujar Ardianysah menirukan jawaban bidan.

Baca juga: Penjelasan RSUD Sumedang Soal Ibu dan Jabang Bayi Meninggal saat Melahirkan, Bantah Kelalaian

Ada empat form induksi yang harus ditandatangani. Induksi diberikan setiap empat jam.

Pukul 09.00, Minggu (1/10/2023), istrinya masuk ruang bersalin. Sebelumnya Ardianysah tak bisa menemani. Tapi di ruang bersalin bisa.

Namun, muncul kejanggalan dari Ardianysah yang melihat gelagat para bidan terkesan santai.

"Di ruangan itu masih sehat, bisa makan, minum,"

"Tapi yang aneh, bidang di ruangan itu cengengesan, dengerin musik, mainin ponsel," katanya.

Sementara, kondisi istrinya sudah lemah karena kehabisan tenaga.

Dalam prosesnya, bayi sudah terlihat.

Tetapi, tim medis justru akan meningduksinya sekali lagi dan meminta tanda tangan persetujuan Ardiansyah.

"Saya memberikan masukan sekaligus menolak tanda tangan induksi via infusan. Saya minta segera ada caesar, minta vakum,"

Apa jawaban bidan? Ardiansyah menirukannya kembali:
"Tenang Pak, ini sesuai SOP, lagipula istrinya masih bisa menjerit-jerit."

Ardiansyah melihat bibir istrinya sudah menjadi berwarna hijau, badan istrinya dingin, dan terlihat sangat lemah.

"Kok masih dikasih obat?" katanya.

Hingga, Pukul 12.00, ketika badan Mamay sudah betul-betul tak bergerak, barulah dimasukkan ruang operasi.

Mamay dan bayinya meninggal dunia, tanpa sempat bayinya dikeluarkan terlebih dahulu.

Ia pun akan membawa kasus kematian istrinya itu ke pihak berwajib.

"Untuk sekarang biarkan kabar ini tersiar di media saja dulu, supaya orang tahu. Jangan sampai terulang terjadi kejadian ini kepada orang lain," kata Ardiansyah.

"Besok ke Polres Sumedang. Ada dugaan kelalaian."

Bantah Kelalaian

Pelaksana tugas (Plt) Direktur RSUD Kabupaten Sumedang, dr. Enceng, mengatakan, pihaknya sudah dan terus berkomunikasi dengan keluarga ibu dan bayi yang meninggal dunia saat persalinan.

Dia mengatakan, RSUD Sumedang telah menyampaikan ucapan bela sungkawa serta menyatakan kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan Mamay Maida dan bayinya meninggal dunia.

"Sudah saya sampaikan bahwa SOP sudah dijalankan, masukan dari keluarga akan kami tindak lanjuti, kami masih berkomunikasi terus," kata Enceng saat dihubungi, Rabu (4/10).

Enceng mengatakan masing-masing pihak perlu proses dan RSUD Sumedang menghargai hal tersebut.

Enceng mengatakan, dugaan Mamay Maida dan bayinya meninggal dunia saat persalinan karena kelalaian pihak RSUD dan karena pasien memakai BPJS, hanyalah dugaan.

"Ya, itu dugaan saja. Pelayanan tidak dipengaruhi jaminan. Prosedurnya begitu," katanya.

Setelah dilakukan audit medis, Enceng menyebutkan tidak ada unsur kelalaian.

"Penyebabnya, sesuai literatur yang ada adalah emboli air ketuban," katanya.

Emboli air ketuban disebut juga amniotic fluid embolism. Menurut Wikipedia, peristiwa ini adalah kejadian kelahiran yang sangat langka. Di mana air ketuban masuk ke aliran darah ibu melahirkan.

Reaksinya sangat membahayakan, yakni menyerang sistem pernapasan dan jantung. Keduanya menjadi kolaps bahkan hingga berdarah.

Baca berita lainnya di google news

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved