Berita Nasional

Ustaz Abdul Somad Bereaksi Soal Piting Diartikan 'Merangkul', Panglima TNI Yudo Margono Minta Maaf

Ucapan Piting terkait Rempang membuat kegaduhan, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono meminta maaf.Permintaan maaf tersebut disampaikan langsung

Editor: Moch Krisna
Instagram Ustaz Abdul Somad/Tribunnews
Ustaz Abdul Somad Soroti Arti Kata 'Piting' Disebut Merangkul, Panglima TNI Yudo Margono Minta Maaf 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Ulama kondang Ustaz Abdul Somad bereaksi dengan kata 'Piting' diucapkan Panglima TNI Yudo Margono terkait kisruh pulau Rempang di Batam.

Adapun pernyataan Yudo Margono malah memicu kegaduhan hingga akhirnya memberikan penjelasan atas ucapannya tersebut.

Dalam keterangan TNI, ucapan Piting tersebut memiliki makna merangkul.

Disinilah Ustaz Abdul Somad menyoroti penjelasan soal kata Piting diartikan sebagai merangkul.

Ustaz Abdul Somad sendiri  beberapa waktu belakangan gencar menyoroti permasalahan pulau Rempang di Batam.

Adapun ulama kondangan ini memposting soal arti kata Piting berdasarkan kamus besar bahasa indonesia (KBBI).

Berdasarka kamus tersebut Piting atau Memiting memiliki makna Mengapit atau menjepit dengan kaki atau lengan.

Hal tersebut membuat Ustaz Abdul Somad meminta arti Piting untuk direvisi oleh KKBI.

Lantaran dalam klarifikasi pihak TNI jika arti Piting dimaknai sebagai merangkul.

"Mohon agar Kamus Besar Bahasa Indonesia direvisi, Ada makna lain dari kata piting, yaitu merangkul," ujarnya.

Panglima TNI Minta Maaf

Sementara itu,  Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono akhirnya meminta maaf.

Permintaan maaf tersebut disampaikan langsung Yudo Margono di Batam melansir dari Tribunnews.com, selasa (19/9/2023).

"Tentunya saya mohon maaf sekali lagi mohon maaf atas pernyataan saya kemarin yang mungkin masyarakat menilai seolah dipiting," ujar Laksamana Margono.

Ia menerangkan bahwa konteks piting yang dimaksudnya bukanlah merujuk pada kekerasan.

Melainkan kebiasaan dirinya saat bermain di masa kecil.

Ustaz Abdul Somad minta KKBI Revisi Arti Kata Piting
Ustaz Abdul Somad minta KKBI Revisi Arti Kata Piting (Instagram ustaz abdul somad)

"Itu saya nggak tahu kalau bahasa saya. Karena saya orang ndeso yang biasa mungkin melaksanakan dulu waktu kecil sering piting-pitingan dengan teman. Piting-piting-an lebih aman karena tidak menggunakan alat," ujar Yudo.

Yudo pun memastikan, TNI tidak mengarahkan pasukan untuk mengamankan polemik Proyek Strategis Nasional (PSN) Eco City di Pulau Rempang.

"Tidak ada saya mengarahkan pasukan dan tidak ada pengarahan untuk sebanyak itu. Tapi kalau pengertian masyarakat itu lain-lain pada kesempatan ini saya mohon maaf," ujarnya.

Seperti diketahui Pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang memerintahkan anggotanya memiting rakyat Rempang viral di media sosial.

Satu di antaranya diunggah akun @yaniarsim pada Jumat (15/9/2023).

"Lebih dari masyarakatnya itu satu orang miting satu. Ya kan TNI-nya umpanya, masyarakatnya 1.000 ya kita keluarkan 1.000. Satu miting satu itu kan selesai. Nggak usah pakai alat, dipiting aja satu-satu," ungkap Laksamana Yudo Margono.

"Tahu itu dipiting? ya itu dipiting aja satu-satu," tegasnya.

Menyikapi pernyataan tersebut, Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono pun memberikan klarifikasi.

Ia mengatakan bahwa ada salah pemahaman dari masyarakat atas pernyataan Panglima TNI tersebut, karena konteksnya berbeda.

Pada saat itu, Panglima TNI hanya menjelaskan bahwa demo tersebut sudah mengarah ke arah anarkisme yang bisa membahayakan aparat dan masyarakat.

Sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk manahan diri.

Lebih lanjut Kapuspen TNI menyampaikan bahwa Panglima TNI menginstruksikan kepada Komandan Satuan untuk melarang prajurit menggunakan alat atau senjata, dalam mengamankan aksi demo Rempang.

Hal tersebut untuk menghindari korban, sehingga lebih baik menurunkan prajurit lebih banyak dari pada menggunakan peralatan yang bisa mematikan.

Terkait bahasa piting memiting itu sebenarnya hanya bahasa prajurit, karena disampaikan di forum prajurit, yang berarti setiap prajurit "merangkul" satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan.

"Kadang-kadang bahasa prajurit itu suka disalah artikan oleh masyarakat yang mungkin tidak terbiasa dengan gaya bicara prajurit," katanya.

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved