6 Ceramah Kultum Singkat Tema 10 Hari Terakhir Ramadhan 1444H dan Judulnya

Naskah ceramah terakhir di Bulan Ramadhan yang menjadi panduan penuh hikmah dan manfaat.

Penulis: M Fadli Dian Nugraha | Editor: Abu Hurairah
Sripoku Nisyah
Naskah ceramah terakhir di Bulan Ramadhan yang menjadi panduan penuh hikmah dan manfaat. 

Para malaikat dan Ruh (Jibril) silih berganti turun seizin Tuhan, dan kedamaian akan terasa hingga terbitnya fajar.

Di sisi lain, dalam rangkaian ayat-ayat puasa Ramadhan, disisipkan ayat yang mengandung pesan tentang kedekatan Allah Swt.

kepada hamba-hamba-Nya serta janji-Nya untuk mengabulkan doa –siapa pun yang dengan tulus berdoa.
Dari hadis-hadis Nabi diperoleh pula penjelasan tentang keistimewaan bulan suci Ramadhan.

Namun seandainya tidak ada keistimewaan bagi Ramadhan kecuali Lailat Al-Qadr, maka hal itu pada hakikatnya telah cukup untuk membahagiakan manusia.

Beberapa Keutamaan Bulan Ramadhan dibandingkan dengan Bulan Lain
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia dan banyak sekali keutamaan yang dijumpai di dalamnya, antara lain:

1. Bulan yang diberkahi oleh Allah.

Dibukakan pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup. setan-setan dibelenggu. Sabda Rasulullah SAW :

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَ غُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ

“Apabila datang bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka,dan setan-setan diikat (dibelenggu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Waktu yang Mustajab untuk Berdoa.

لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُوْ بِهَا فِيْ رَمَضَانَ

“Setiap muslim memiliki doa yang mustajab (terkabulkan) yang ia berdoa dengannya pada bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad)

ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ : الصَّائِمُ حِيْنَ يُفْطِرُ وَ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَ دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ

“Tiga hal yang tidak tertolak doa mereka : orang yang puasa ketika berbuka, imam (pemimpin) yang adil, doa orang yang terdzolimi.” (HR. Ahmad)

3. Ramadhan Bulan Turunya Al-Qur’an.

Al Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan sebagai petunjuk bagi umat manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil)”.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَان

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)” (QS. Al Baqoroh : 185)

4. Puasa Ramadhan adalah Salah Satu Rukun Islam

Firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. “(Al-Baqarah: 183).

Sabda Nabi SAW: “Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitul Haram. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab mendapatkan ampunan dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat.

Allah SWT telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya.

Firman Allah SWT dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi SAW: “Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya.

Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Dan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua syarat berikut ini: a. Mengimani dengan benar akan kewajiban ini. b. Mengharap pahala karenanya di sisi Allah SWT.

Baca Juga: Tujuan Pensyariatan Puasa Ramadhan

5. Pada Bulan Mulia ini Disunatkan Shalat Tarawih.

Yakni shalat malam pada bulan Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi SAW, para sahabat dan Khulafaur Rasyidin. Sabda Nabi SAW: “Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).

6. Pada bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadar.

,Malam yang lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam di mana pintu-pintu langit dibukakan, do’a dikabulkan, dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan.

Sabda Nabi SAW: “Barangsiapa mendirikan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada malam-malam ganjil lebih kuat daripada di malam-malam lainnya.

Karena itu, seyogianya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah dan takut dari siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam itu.

Dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam tersebut dengan shalat malam, membaca Al-Qur’anul Karim, dzikir, do’a, istighfar dan taubat yang sebenar-benamya. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni, merahmati, dan mengabulkan do’a kita.

7. Peristiwa Perang Badar

Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu Perang Badar, yang pada keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil, sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin.

8. Pembebesan Kota Mekkah

Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah, dan Allah SWT memenangkan Rasul-Nya, sehingga umat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah SAW menghancurkan syirik dan paganisme (keberhalaan) yang terdapat di kota Makkah, sehingga Makkah pun menjadi negeri Islam.

Perlu diingat, bahwa ada sebagian orang berpuasa tetapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan Ramadhan saja.

Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji, maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi SAW:

“Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya) “‘ Lihat kitab An Nasha i’hud Diniyyah, him. 37-39.

Maka seyogianya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur’an, dzikir, do’a dan istighfar.

Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para hamba Allah SAW, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.

Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api Neraka.

Tentang keutamaan Ramadhan, RasulullahSAW bersabda: ‘”Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum sampai kenyang ” (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dailami dan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir dan hadits ini hasan).

“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum ‘at lainnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan. ” (HR.Muslim).

Jadi hal-hal yang fardlu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar, yaitu perbuatan yang diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat.

Misalnya: zina, mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap), bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah SWT.

Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu diturunkannya Al-Qur’anul Karim, serta adanya lailatul dadar -yang merupakan malam yang lebih baik daripada seribu bulan- di dalamnya, niscaya itu sudah cukup. Semoga Allah SWT melimpahkan taufik-Nya. Lihat kitab Kalimaat Mukhtaarah.

3. Amalan 10 Terakhir Di Bulan Ramadhan Menurut Rasulullah.

Tak terasa kita telah memasuki penghujung bulan Ramadan. Perjalanan kehidupan yang terus berlalu telah menjadikan ramadan terasa begitu cepat.

Ada kecemasan akan takutnya amal ibadah selama ramadhan tidak diterima. Waktu 10 Hari terakhir Ramadan menjadi saat-saat yang berharga.

sehingga umat muslim seharusnya bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena belum tentu tahun depan bisa bertemu Ramadan lagi.

Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan kepada umatnya untuk meningkatkan intensitas ibadah di sepertiga akhir Ramadan. “Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut. (HR. Muslim).

Thoat Stiawan Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya memaparkan anjuran dan keteladanan Rasulullah SAW dalam memotivasi umatnya untuk menambah giat beribadah di 10 hari terkahir Ramadan dengan mencontohkan beberapa amalan utama.

Pertama adalah mencari Lailatul Qadar, perlu mempersiapkan strategi untuk mencari Lailatul Qadar. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan strategi yang diusahakan agar mendapatkan lailatul qadar.

Tentunya persiapan ini dimulai sejak 1 Ramadan atau bahkan mulai Rajab. "Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya)

“Kedua adalah memperpanjang shalat malam, pada 10 malam terakhir, Rasulullah SAW tidak tidur, beliau menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah, shalat, zikir, dan lain-lain hingga waktu fajar.

“Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim),”terang Thoat Rabu (27/4/22)

Selanjutnya adalah memperbanyak sedekah, meningkatkan sedekah menjadi salah satu amalan utama di 10 hari terakhir sebagai ungkapan syukur atas nikmat dipertemukan Ramadan, dan juga penyempurna ibadah puasa dan ibadah-ibadah individu lainnya.

Karena tidaklah sempurna keimanan dan kualitas ibadah seseorang kecuali jika adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Qs. As-Sajdah: 16).

“Keempat adalah I’tikaf, I’tikaf memiliki kekhususan tempat dan aktivitas yaitu masjid dengan aktivitas ibadah mendekatkan diri kepada Allah dengan berdzikir, berdo’a, membaca Al-Quran, shalat sunnah, bershalawat, bertaubat, beristigfar, dan lainnya.

I’tikaf dianjurkan setiap waktu, tetapi lebih ditekankan memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan sebagaimana penuturan Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadan. (HR. Muttafaq ‘alaih),”imbuhnya lagi.

Terakhir adalah Tilawah Al Qur’an, meningkatkan membaca Al-Qur’an menjadi salah satu ibadah utama di 10 hari terakhir Ramadan.

Tilawah Al-Qur’an adalah ibadah ringan dan memiliki keutamaan yang besar. Tradisi mengejar khatam Al-Qur’an di akhir Ramadan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pribadi muslim, khususnya mereka yang setiap hari bergulat dengan aktivitas pekerjaan, sehingga khatam Al-Qur’an menjadi target realistis.


“Apapun bentuk motivasinya, tilawah Al-Qur’an harus lebih digiatkan dan ditingkatkan di 10 hari terakhir Ramadan. “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)” QS. (Al Baqarah : 185),”tutupnya.

Baca juga: Doa Niat Zakat Fitrah 2023 untuk Anak Perempuan, Arab Latin dan Terjemahan, Lengkap Tata Caranya

4. 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Keistimewaan 10 hari terakhir bulan Ramadan sangatlah besar jika kamu senantiasa rajin beribadah. Nabi Muhammad SAW bahkan memperbanyak ibadah pada malam-malam ini.

Di dalam hadis riwayat ‘Aisyah dijelaskan “Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah,” (HR Al-Bukhari).

Pada masa 10 hari terakhir Bulan Ramadan, Allah SWT akan membebaskan hamba-Nya yang berpuasa dari segala dosa dan terbebas dari siksa api neraka.

Hal ini juga berkaitan dengan turunnya Al-Qur’an dan malam Lalilatul Qadar. Walaupun tidak diketahui kapan datangnya malam Lailatul qadar, umat Islam diminta untuk mengusahakannya di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Hal ini seperti sabda Rasulullah SAW: "Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan." (HR. Imam Bukhari).

Terbebas dari Neraka

Setiap bagian dari bulan Ramadan memiliki keutamaannnya masing-masing, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi berikut:

"Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka."

10 hari terakhir bulan Ramadhan amatlah disukai oleh Nabi Muhammad SAW. Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata,

"Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh di 10 terakhir di bulan Ramadhan lebih dari pada bersungguh-sungguhnya beliau di hari-hari lainnya." (HR. Muslim dan Ahmad).

Juga Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha bahwasannya "dahulu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apabila telah masuk 10 terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya bahwasannya beliau "mengencangkan ikat pinggangnya" yaitu beliau bersungguh-sungguh dalam beribadah dan menjauhi istri-istrinya.

Beliau tidak berhubungan badan dengan mereka di malam-malam sepuluh terakhir dan sibuk beribadah kepada Allah SWT.

Malam Lailatul Qadar

"Barangsiapa menegakkan salat pada malam Lailatul Qadar dalam keadaan iman dan mengharap balasan dari Allah, diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu." (H.R Al Bukhari)

Walaupun tidak diketahui kapan datangnya malam Lailatul qadar, umat Islam diminta untuk mengusahakannya di 10 hari terakhir bulan Ramadan.Hal ini seperti sabda Rasulullah SAW:

"Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan." (HR. Imam Bukhari).

Memperbanyak Baca Al-Qur’an Bagi Rasulullah, membaca Al-Qur’an merupakan upaya untuk berbincang dan berkomunikasi dengan Allah SWT.

Selain itu, dengan membaca Al-Qur’an juga akan mendapatkan berbagai keistimewaan seperti hidup lebih bahagia, selamat dari hisab di hari mahsyar, mendapat rahmat Allah di hari pembalasan, dan mendapatkan petunjuk sehingga tidak akan tersesat.

Menurut Imam Nawawi, membaca Al-Qur’an di 10 hari terakhir bulan Ramadan lebih baik dilakukan di akhir malam daripada awal malam dan membaca Al-Qur’an yang paling baik di siang hari adalah saat setelah shalat subuh.

Abu Bakar Syatha menambahkan, membaca Al-Qur’an di malam hari lebih utama daripada siang hari karena lebih fokus.

Mengerjakan Salat Malam Amalan 10 hari terakhir bulan Ramadan berikutnya adalah mengerjakan salat malam atau salat tahajud.

Menghidupkan malam-malam bulan Ramadan dapat dilakukan dengan mengerjakan qiyamul lail (salat malam) berupa salat tahajud seperti hadis riwayat Aisyah yaitu, "Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadan hingga menjelang subuh.

" Kamu dapat mengerjakan salat tarawih seusai salat isya, kemudian menunda salat witir untuk dikerjakan setelah tahajud, mengingat salat witir adalah salat penutup.

Dimungkinkan pula, salat witir dikerjakan setelah tarawih, tetapi kemudian tidak mengerjakan witir setelah tahajud karena Nabi bersabda, "tidak ada dua witir dalam satu malam".

Bersedekah Berdasarkan syariat, sedekah yaitu mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedekah lebih luas cakupannya karena tidak terbatas pada barang materi saja.

Melainkan juga non-materi seperti amar ma’ruf nahi munkar. Dalam amalan 10 hari terakhir bulan Ramadan, sedekah merupakan sebuah amalan yang utama.

Keutamaan ini tidak hanya didapatkan bagi mereka yang sedang bersedekah saja, melainkan juga dinikmati oleh orang yang menerimanya. Jelas, hal ini menggambarkan bahwa sedekah tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, namun juga mendekatkan hubungan kamu kepada sesama.

Oleh karena itu, tidak heran jika di hari-hari ini setiap orang berlomba-lomba untuk menghidangkan makanan dan minuman untuk sahur dan buka puasa, memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan memberikan sedekah untuk kegiatan keagamaan lainnya.

Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa keutamaan sedekah ini tidak hanya di 10 terakhir Ramadan saja. Melainkan pada keseluruhan setiap harinya, meskipun sedekah dengan nominal yang sedikit.

Soalnya, hal yang lebih utama dari sedekah bukanlah jumlah nominalnya, melainkan keistiqamahannya.

I’tikaf I'tikaf sendiri artinya adalah berdiam di dalam masjid dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut berbagai riwayat hadis, Rasulullah selalu rutin beri’tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Pelaksanaan i’tikaf ini tidak bisa dipisahkan dari momentum pencarian lailatul qadar. Untuk menggapai kemuliaan 10 hari terakhir bulan Ramadan ini, i’tikaf tidak hanya serta-merta berdiam saja tanpa melakukan apapun.

Berdasarkan dengan tujuan i’tikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka orang yang beri’tikaf seyogyanya mengisi amal ibadah.

Amalan-amalan seperti shalat sunah, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, istighfar, shalawat Nabi, serta memperbanyak doa dan tafakkur harus menjadi pelengkap i’tikaf. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

"Sungguh saya beri'tikaf di di sepuluh hari awal Ramadhan untuk mencari malam kemuliaan, kemudian saya beri'tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan, kemudian Jibril mendatangiku dan memberitakan bahwa malam kemuliaan terdapat di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin beri’tikaf, hendaklah dia beri'tikaf (untuk mencari malam tersebut)."

I’tikaf seperti ini harus dilakukan di masjid sebagai wujud syiar agama Allah. Namun, sebagai ganti tidak bisa ke masjid karena pembatasan keluar rumah, kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan saat iktikaf bisa dikerjakan di ruangan khusus (musola) rumah untuk beribadah.

5. Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan, Jangan Sampai Melewatkan Amalan Ini

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW merupakan orang yang paling dermawan dengan kebaikan. Kedermawanan itu sampai pada puncaknya pada bulan Ramadan Ketika Malaikat Jibril AS mendatanginya.


"Malaikat Jibril AS selalu menemuinya pada setiap malam di bulan Ramadan," kata Imam Ghazali Rah seperti disampaikan Mokh Syaiful Bakhri dalam bukunya "Hikmah dan Rahasia Puasa"


Malaikat Jibril AS mengajarkan Alquran kepada Rasulullah SAW apabila beliau bertemu dengan malaikat Jibril, maka beliau lebih dermawan dengan kebaikan melebihi dari angin yang berhembus.


"Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW apabila memasuki 10 malam terakhir bulan Ramadhan beliau mempererat sarungnya (tidak mendekati istrinya), menghidupkan malam 10 terakhir itu dengan membangunkan keluarganya."

Imam Ghazali Rah banyak hadits tentang keutamaan puasa. Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyampaikan dari Tuhannya:


"Semua amal kebajikan anak Adam itu untuk dirinya sendiri, kecuali puasa jadi karena sesungguhnya "Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya".

Puasa itu sebagai benteng. Apabila di antara kalian sedang berpuasa, janganlah berkata keji dan juga bertengkar. Sekiranya ada orang yang mencaci atau mengajaknya untuk bertengkar.

maka katakanlah:" sesungguhnya saya sedang berpuasa. "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman kekuasaannya, bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih harum daripada bau minyak kasturi. Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kegembiraan yaitu kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan ketika bertemu dengan Tuhannya"


Dalam riwayat yang lain Rasulullah bersabda: "Dia meninggalkan makan dan minum untuk-Ku. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya dan setiap kebajikan sepuluh kali lipat pahalanya."


Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda.

"Barangsiapa yang bersedekah dengan sepasang kendaraan untuk jihad fisabilillah, maka dia akan dipanggil dari semua orang pintu surga.

" Wahai hamba Allah itu baik, 'barangsiapa yang ahli salat, dia akan dipanggil dari pintu salat; barangsiapa yang ahli berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad; bahwa barangsiapa ahli berpuasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-Rayyan. Dan barangsiapa yang ahli bersedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah" Lalu Abu Bakar bertanya adakah orang yang dipanggil dari semua pintu?" Rasulullah menjawab "Ya, saya berharap semoga engkau termasuk dari golongan itu."


Sahl bin Sa'ad r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya di surga itu terdapat pintu yang dikenal dengan nama Ar Rayyan sebagai pintu masuk bagi orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat.

Tidak seorangpun yang dapat memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa. Penjaga pintu itu memanggil manakah orang yang berpuasa? Lalu mereka masuk ke surga dari pintu.

Apabila orang yang terakhir dari mereka orang-orang yang sudah masuk sama maka pintu itu tertutup dan tidak seorangpun yang masuk dari pintu itu."

6. Akhir Ramadhan, Refleksi Insan Bertakwa

Berhubung dengan momentum akhir puasa Ramadhan dan jelang Idul Fitri 1450 Hijriyah, maka semua insan beriman yang menunaikan puasa dan ibadah-ibadah Ramadhan lainnya dapat berefleksi diri.

Apakah semakin bertaqwa sebagaimana tujuan utama berpuasa? Taqwa dalam makna mendalam yakni menjadikan diri sebagai insan yang menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

yang membuahkan pencerahan jiwa, pikiran, sikap, ujaran, dan tindakan yang serbautama dalam bingkai akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) dan melahirkan rahmat bagi semesta (rahmatan lil-‘alamin) kapan dan di manapun berada.

Karenanya mari di ujung bulan Ramadhan dan memasuki Idul Futri setiap muslim khususnya keluarga besar Muhammadiyah meneguhkan diri sebagai insan bertaqwa dengan mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan dan Idul Fitri sebagai berikut:

Pertama, mengoptimalkan hari terakhir Ramadhan untuk semakin menguatkan iradah (kehendak) dalam berpuasa ke tingkat.

“khusus al-khusus” (puasa qalbu secara otentik dari segala nafsu duniawi ke puncak tauhid yang tinggi) serta menjalankan segala ibadah lainnya sehingga meraih kualitas sebagai insan bertaqwa.

Menjadi insan yang kian dekat kepada Allah dalam kerekatan habluminallah serta berbuat ihsan dan amal shaleh dalam interaksi habluminannas.

Intinya menjadi insan yang shaleh lahir dan batin, individu dan kolektif, menunjukkan uswah hasanah, dan menebar rahmatan lil-‘alamin hasil puasa dan ibadah Rahamadhan lainnya yang mencerahkan kehidupan.

Kedua, menyiarkan takbir di setiap masjid, mushala, dan tempat lainnya secara khusyuk.

Hendaknya kegiatan takbir keliling sebagai bagian dari tradisi yang baik pada setiap mengakhiri Ramadhan dan menyambut Idul Fitri dijadikan syiar Islami.

Yang dilakukan dengan tertib dan semarak disertai edukasi bagi anak-anak dan remaja muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, meneladani Rasulullah, menghayati Islam sebagai agama yang luhur dan mencerahkan.

Berbuat baik kepada kedua orangtua dan sesama, serta menjadi generasi qurrata-‘ayunin (permata hati) dan ulul-albab yang mengembangkan tradisi iqra, berakhlaq mulia, dan membangun peradaban utama.

Ketiga, umat Islam yang berhasil dalam puasanya tentu harus mampu menunjukkan kebajikan individual dan kolektif yang membuahkan kesalehan.

Sebagai wujud aktualisasi puasa dalam perilaku taqwa yang berbuah ihsan atau kebajikan utama, maka umat Islam pasca Ramadhan penting untuk memelopori gerakan kesalehan berupa keadaban ihsan di ruang publik.

Tunjukkan perilaku ihsan sebagai segala bentuk kebajikan yang melampaui dalam seluruh interaksi sosial muslim baik dengan sesama muslim maupun dengan sesama umat beragama dan warga bangsa yang menebar rahmat bagi semesta.

Keempat, setiap insan muslim mengimplementasikan spirit taqwa, imsak, dan i’tikaf dalam bermedia-sosial dengan menjadikan interaksi sosial-digital itu sebagai sarana silaturahim, ta’aruf, ta’awun, dan dakwah yang mencerahkan.

Melalui medsos sebarkan pesan-pesan kebenaran, kebaikan, kedamaian, kepantasan, persaudaraan, persatuan, ukhuwah, dan segala pesan-pesan luhur dan mulia yang melahirkan keadaban dan peradaban utama di ruang publik.

Seraya menjauhkan dan tidak menjadikan media sosial sebagai sarana menyebar hoaks, silang sengketa, kebencian, permusuhan, amarah, dendam, ujaran-ujaran buruk, fitnah, tajassus (mencari-cari kesalahan orang), ghibah atau menggunjing, memberi label-label buruk, dan segala hal buruk yang dikembangkan menjadi lumrah dan tanpa tabayun.

Kelima, mewujudkan keshalehan dan ihsan dalam berbangsa dan bernegara dengan memupuk suasana kehidupan yang aman, damai, adil, selamat, toleran, ukhuwah, dan segala hal yang positif sebagai aktualisasi taqwa sehingga insan muslim menjadi uswah hasanah di ruang publik.

Tegakkan keadaban mulia dalam kehidupan begbangsa serta jauhkan segala hal negatif yang menyebabkan hilangnya ketenteraman, keutuhan, dan persatuan sesama keluarga bangsa.

Tradisi mudik, silaturahmi, dan saling memaafkan dapat dijadikan energi ruhani dan modal sosial bangsa yang mengikat kebersamaan dan kekitaan nan utama.

Keenam, pesan-pesan khatib dan mubaligh dalam khutbah Idul Fitri dan ceramah-ceramah keagamaan hendaknya membawa muatan keislaman yang mencerahkan, mendamaikan, mempersatukan, mencerdaskan, memajukan kehidupan.

Bangkitkan ruh iman, ikhlas, ilmu, ihsan, dan amal shaleh yang membawa keselamatan dan kebahagiaan hidup insan beriman di dunia dan akhirat.

Semangat silaturahim dan saling memaafkan yang terkandung dalam ajaran Islam penting dipupuk subur serta diwujudkan menjadi budaya kolektif yang mendamaikan dan mencerahkan kehidupan bersama.

Ketujuh, khusus bagi warga Persyarikatan selain giat meningkatkan ibadah dan taqarrub kepada Allah hendaknya semakin bersemangat dalam gerakan berilmu, beramal shaleh, dan berdakwah melalui Muhammadiyah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Semangat amar ma’ruf dan nahyu munkar dilakukan dengan cara yang hikmah, edukasi, dan dialogis sebagaimana prinsip dakwah yang diperintahkan Allah dan diteladankan Rasulullah.

Pegang teguh paham agama yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah Nabi yang maqbulah disertai ijtihad sebagaimana Manhaj Tarjih dan perspektif Islam Berkemajuan.

Perkokoh Kepribadian, Khittah, dan ideologi serta sistem gerakan sebagai karakter kolektif dan organisasi menuju Muhammadiyah berkemajuan.

Tampilkan diri sebagai uswah hasanah di lingkungan umat dan masyarakat luas. Perkuat silaturahmi, toleransi, kebersamaan, dan persaudaraan di tengah dinamika perbedaan sehingga Muhammadiyah tetap utuh, bersatu, dan kuat sebagai organisasi Islam yang besar dan telah berusia lebih seabad sebagai karunia Allah SWT yang harus dijaga keberadaan dan kelangsungannya oleh seluruh anggota, kader, dan pimpinan.

Nashrun minallah wa fathun qarib. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, berkah, karunia, dan ridha-Nya untuk setiap insan beriman serta menjadikan umat Islam sebagai Khaira Ummah dan Indonesia menjadi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur.

Baca juga: Arti Man Qama Lailatul Qadri Imanan Wahtisaban dan Kumpulan Hadits Shahih Tentang Lailatul Qadar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved