Anggaran Stunting di Indonesia Cukup Besar, FKPI Sumsel Minta Sistemnya Harus Dikawal

Sebenarnya anak stunting ini kan karena ke kurang protein, jadi solusinya ya menyediakan asupan protein untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Sri Hidayatun
linda/tribunsumsel.com
Virtual Sharing and Discussion Live YouTube Tribun Sumsel dan Sriwijaya Post, Kamis (6/4/2023) 

Jadi bukan hanya pertumbuhan seperti pendek, tapi perkembangannya juga. 

Stunting memang diakibatkan kekurangan asupan protein, khususnya protein hewani.

Nah bisa jadi anak stunting karena makanannya yang kurang protein atau bisa jadi sanitasi lingkungannya yang mengakibatkan perubahan fisiknya. 

Jadi ada dua masalah itu, untuk itu yang posyandu lakukan memberikan makanan sehat.

Jadi intervensinya memberikan makanan bergizi dengan melibatkan ahli gizi setempat, karena ahli gizi tahu kebutuhan makanan untuk anak-anak stunting.

Sementara itu Ketua Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI) Sumsel Sukardi menambahkan, stunting bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tapi tanggungjawab semua pihak.

Terlebih pemerintah sudah menganggarkan, hanya pelaksanaannya saja yang belum jelas. 

"Hingga kini juga masih ada warganya yang belum teraliri air bersih. Lalu dananya dikemanakan? Terlebih banyak sekali kegiatan diadakan di hotel, kegiatan seminar dan lain-lain," katanya 

Salah tidak? Orang hotel dapat uang, yang pelatihan dapat makanan yang sehat, namun yang kelaparan tetap kelaparan.

Mestinya orang yang lapar bukan diadakan seminar tapi diberi makan, misal diberikan makanan selama tiga bulan dan lain-lain.

Kemudian ada program dua butir telur sehari.

Kalau masyarakat atas bersatu membantu masyarakat yang bawah maka bisa saling terbantu. Anggaran yang ada memang belum sesuai peruntukannya.

"Kalau Tribun ada gerakan kakak asuh kita ada gerakan orang tua asuh. Namanya saja yang berbeda tapi tujuanya sama. Masih ada 500 an anak yang stunting dari 18 kecamatan yang ada. Harusnya ini bisa dibagi per kecamatan supaya lebih ringan," ungkapnya 

Sukardi menceritakan, sejak 2018/2019 secara pribadi sudah peduli terhadap posyandu, tapi waktu itu belum ada organisasi.

Kemudian berpikir dan berdiskusi dengan teman-teman.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved