Ramadhan 2023

6 Ceramah Singkat Ramadhan 1444 H/2023 dan Judulnya Lengkap

Kumpulan-kumpulan ceramah untuk Ramadhan lengkap Tahun 2023, Sehingga kita kita bisa mengambil nasehat dari kumpulan ceramah untuk Ramadhan.

Penulis: M Fadli Dian Nugraha | Editor: Abu Hurairah
Tribun
Kumpulan-kumpulan ceramah untuk Ramadhan lengkap Tahun 2023, Sehingga kita kita bisa mengambil nasehat dari kumpulan ceramah untuk Ramadhan. 

Shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang mencegah seorang Muslim dari perbuatan buruk. Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 45, yang artinya:

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Jika seseorang melakukan shalatnya dengan khusyuk, itu artinya dia sadar bahwa Allah subhanahu wata'ala selalu mengawasinya. Jika sudah memiliki kesadaran seperti itu, kecil kemungkinan orang tersebut akan melakukan perbuatan buruk.

Jika ada orang yang melaksanakan shalat, tapi tetap melakukan maksiat, artinya ia tidak mengamalkannya dengan khusyuk atau sungguh-sungguh. Jadi, ia belum bisa merasakan kehadiran Allah di dalam hatinya.

2. Mendidik menjadi Pribadi yang Disiplin

Shalat dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang disiplin. Setiap Muslim dituntut untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya memaksimalkan setiap kesempatan yang ada, dan mempertahankan eksistensi diri sebagai seorang khalifah di muka bumi.

Shalat adalah ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Bila sudah tiba waktunya harus segera dilaksanakan. Sehingga, secara tidak langsung perintah shalat tepat waktu mengajarkan manusia untuk disiplin dan bertanggung jawab.

3. Melatih menjadi Pribadi yang Tangguh

Shalat dapat melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng ketika menghadapi masalah. Dalam al-Qur'an surat Al-Ma’arij ayat 19 - 23, Allah berfirman:

"Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu konsisten mengerjakan shalatnya,"

Kesimpulannya, orang yang sering berkeluh kesah biasanya tidak mempunyai sandaran hidup. Ia mudah goyah dan terombang ambing. Sedangkan orang yang khusyuk saat shalat akan merasa memiliki sandaran hidup, yaitu Allah. Jadi, jika sedang tertimpa musibah, ia akan memohon ampun, dan meminta yang terbaik, serta selalu berpikir positif.

4. Meninggikan Derajat

Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang melaksanakan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Hendaknya engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau tidak sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan dari dirimu." (HR. Muslim dari
Tsauban).

5. Membersihkan Kesalahan dan Dosa

Dengan shalat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara satu shalat dengan shalat berikutnya. Shalat juga dapat membersihkan diri dari kesalahan dan dosa yang dilakukan secara sengaja atau tidak.

Orang yang shalat dengan khusyuk akan selalu berusaha untuk menjaga lahir dan batinnya selalu bersih. Untuk kebersihan batin mencakup soal kebersihan rumah, badan, hingga pakaian.

Sedangkan kebersihan batin, ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat. Tidak akan terlintas dalam pikirannya untuk berbuat jahat dan menodai kesuciannya.

6. Meraih Pertolongan Allah

Ketika shalat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat dengan Allah. Kedekatan tersebut sangat baik untuk dimaksimalkan dengan berdoa dan memohon pertolongan-Nya.

Para Sahabat Rasullullah SAW tak akan berkeluh kesah atau berputus asa jika sedang menghadapi kesulitan.

Mereka selalu memohon pertolongan Allah dengan memperbanyak sujud dan rukuk.

Sebab, hanya Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Penolong. Semoga kita termasuk hamba Allah yang selalu menjaga shalatnya. Wallahu a'lam.

3. Ceramah Ramadhan III (Puasa Salah Satu Kunci Pintu Surga)

Sering sekali orang sangat emosional ketika memasuki bulan Ramadhan, karena jika kita berpuasa dengan benar pada bulan Ramadhan insya Allah seluruh dosa-dosa kita di ampuni oleh Allah subhanahu wata'ala.

Tetapi kadangkala karena terlalu emosi, seseorang melakukan puasa namun lupa dengan ibadah-ibadah yang lain,

hanya ingin memanfaatkan bahwa jika saya berpuasa di bulan Ramadhan dengan baik, maka saya akan menjadi orang yang suci, bersih kembali. Itu betul ada hadistnya, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kalau berpuasa bulan Ramadhan dengan keimanan, penuh perhitungan dan kehati-hatian maka seluruh dosa diampuni dan itulah sebabnya orang mengatakan puasa merupakan kunci untuk masuk surga. Apakah itu betul? Betul jika puasanya benar.

Apa itu puasa yang benar? Puasa yang benar adalah puasa yang hanya dijadikan sebagai salah satu pintu,

bukan satu-satunya pintu, harus diingat! Karena jika puasanya tidak benar, maka tidak ada gunanya juga.

Puasa yang benar adalah puasa yang diikuti oleh ibadah maghdah yang lain dengan benar, bukan karena berpuasa ingin bersih lalu shalatnya tidak tertib. Misalnya, terjaga semalam penuh untuk mengaji, menjelang subuh tertidur kemudian shalat subuhnya terlewat.

Atau shalat zuhurnya terlewat, tidur terus, sehingga pekerjaan-pekerjan lain ditinggalkan.

Oleh sebab itu, supaya diingat bahwa sebenarnya rukun Islam ada lima yang semuanya itu kunci masuk surga, di antara rukun Islam yaitu sebagai berikut:

1. Syahadat

Pertama syahadat, Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah, dalam hadist Rasulullah SAW menjamin, barang siapa membaca syahadat atau pada saat meninggal membaca ilaaha illallaahu, maka masuk surga.

عَنْ مُعَاذَ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ آخِرَ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Siapa pun yang akhir ucapannya (ketika menjelang ajal) kalimat La ilaha illallah maka ia masuk surga’. (HR. Imam Abu Daud)

Jika saudara meninggal dengan membaca "laa ilaaha illallaahu, muhammadar rasuulullah," ya, masuk surga, sama dengan puasa yang baik. Maka ada ungkapan "miftahul jannah la illaha illahu (kalau mau masuk surga, bacalah la illaha illahu muhammad da Rasulullah".

Namun apakah cukup? Tidak, Karena ada rukun Islam yang kedua, yaitu shalat. Jika seseorang baca la illaha illahu muhammadar rasuulullah, pasti ingin shalat dengan baik. Maka jika orang membaca la illaha illahu namun tidak diikuti shalat dengan baik, kira-kira pada saat meninggal, dia tidak akan membaca itu.

2. Shalat

Oleh sebab itu selain puasa, syahadat yang benar, kita perlu menunaikan shalat yang benar. Di dalam hadist Rasulullah SAW menyebutkan,

اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ

Artinya: "Amalan pertama seorang hamba yang akan diadili di hari kiamat adalah shalat." (HR. Tirmidzi)

Yang akan dihitung dari amalmu di hari kiamat besok mau surga atau tidak shalatmu. Kalau shalatmu bagus, maka surga tempatmu. Kalau shalatmu jelek, ya neraka tempatmu.

Lho katanya puasa yang bisa menjamin surga? kemudian shalat? tadi syahadat? Memang iya.

Jadi, Islam itu disebut sebagai sebuah bangunan yang tidak cukup hanya dipilih satu. Jika saudara merasa, "wah saya mau puasa saja, gratisan." Tetapi tidak mau sholat, ya, tidak bisa masuk surga. Karena orang yang puasa benar itu pasti ingin shalatnya benar.

Atau "Oh, saya mau shalat saja karena kata hadist masuk surga kalo saya shalat." Tidak bisa, kalau Anda shalat saja namun tidak puasa, tidak mau menegakkan syahadatnya dengan benar.

Shalat juga membawa dampak pada kehidupan sosial. Dahulu ketika Umar bin Khattab dilantik menjadi khalifah, amirul mu'minin, Beliau berkata,

إِنَّ مِنْ أَهَمِّ أُمُوْرِكُمْ عِنْدِي الصَّلاَةُ, فَمَنْ حَفِظَهَا حَفِظَ دِيْنَهُ , وَمَنْ ضَيَّعَهَا فَهُوَ لِمَنْ سِوَاهَا أَضْيَعُ , وَلاَ حَظَّ فِي الإِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ

Artinya: "Sesungguhnya perkara paling penting menurut penilaianku adalah sholat. Siapa saja yang menjaga sholat, maka ia telah menjaga agamanya. Siapa saja yang melalaikan sholat, maka untuk perkara lainnya ia lebih mengabaikan. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan sholat."

Hai para pemimpin negeri, para Walikota, Gubernur, sebernarnya tugasmu yang paling pokok agar sukses menjadi pemerintah adalah menegakkan shalat di kalangan umat.

Kalau shalat itu ditegakkan, polisi ndak perlu terlalu banyak, polisi mungkin bukan menjaga keamanan karena moral manusia, mungkin menjaga masyarakat dari kecelakaan alam, kecelakaan teknis, ada gedung rubuh, kebakaran.

Selain itu, kalau shalat para pemimpin itu sudah benar, korupsi pasti tidak ada. Orang yang shalatnya benar, itu tidak akan korupsi. Kalau orang shalat, "ke masjid kok masih korupsi," Pasti shalatnya salah.

Kalau, "Orang shalat kok masih tidak peduli terhadap kaum duafa, tidak menegakkan hukum dalam langkah-langkah dan posisi strukturalnya, itu shalatnya tidak ada."

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Maun ayat 4-7

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

Artinya: Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberi) bantuan.

Shalatnya tidak ada artinya, hanya dapat neraka jika seseorang shalatnya hanya sekedar sujud ruku tetapi tidak mempunyai kepedulian terhadap kaum dhuafa.

3. Zakat

Adalagi zakat, oleh sebab itu nanti rangkaian puasa ini coba puasa dengan benar dihayati shalat, syahadatnya diulang-ulang, dan diingat zakatnya.

Sebagai umat muslim, kita wajib berzakat. Ada zakat yang sifatnya wajib yaitu fitrah. Asal Anda hidup, misalnya lahir pada bulan Ramadhan, itu harus zakat fitrah. Ada juga zakat jumlah tertentu yang masanya setahun dimiliki dan juga batas tertentu yang disebut nisab/nisaf itu ada jumlah nya.

Misalnya, Anda punya emas sekian ratus gram, nah, zakatnya sekian harus keluar.

4. Puasa

5. Haji

Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97,

... مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ...

"(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana." (QS. Ali Imran [3]: 97)

Naik haji bagi yang mampu, kalau tidak mampu, saudara sudah punya niat berarti lima rukun islam itu sudah di penuhi. Oleh sebab itu di dalam hadist Nabi SAW itu disebutkan bahwa Islam itu ibarat sebuah bangunan, dikatakan di situ (بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ) "Islam dibangun atas lima pekara

", Islam itu seperti rumah atas lima unsur, pondasi pertama, syahadat sebagai pondasinya la ilaaaha illahu, kedua, shalat itu tiangnya assholatu imaddudin (sholat itu tiang bagi orang beragama) kalau orang tidak shalat berarti rumah tidak ada tiangnya.

Kemudian, puasa itu dindingnya. ash-Shiyamu junnatun artinya puasa adalah perisai.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ. وَفِي رِوَايَةٍ: وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Puasa adalah perisai. Maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula ribut-ribut.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dan jangan berbuat bodoh.” “Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali).” (HR. Al-Bukhari No. 1894; HR. Muslim No. 1151)

Puasa adalah tameng, kemudian zakat itu pembersihannya dan haji itu atap yang melindungi dari panas, angin, dan sebagainya. Itulah sebabnya saudara, jangan takut. Jika puasanya khusyu' pasti ingin shalat, kalo shalatnya khusyu' pasti ingin zakat, pasti ingin menegakkan syahadatnya.

Syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, kita satukan sebagai satu kesatuan karena puasa itu hanya salah satu kunci. Kalau kunci ini saudara pegang dengan baik, yang lain akan kena semua, akan bisa masuk ke dalam rahmat Allah subhanahu wata'ala.

Begitulah sebabnya nanti pada akhir puasa kalau kita sudah puasa dengan baik, nah saudara akan keluar suci itulah yang disebut hari kesucian (Idulfitri), itulah yang kemudian menimbulkan istilah lebaran.

Lebaran itu diciptakan oleh Sunan Bonang beliau mengatakan, kalo orang sudah puasa itu ada empat Laku (keadaan) yaitu lebar (selesai puasanya), lebur (habis dosanya), luber (penuh pahalanya), labur labur (bersih badannya).

Oleh sebab itu, disebut idul fitri, yang menurut Imam Syafi'i dalam syairnya, "Laisal 'id liman labisal jadiid, walakinnal 'id liman thoataahu yazid, artinya: Idul Fitri bukan untuk mereka yang bajunya baru, akan tetapi idul fitri itu adalah bagi mereka yang ketaatannya kepada Allah subhanahu wata'ala bertambah.

Nah itulah sebab nya saudara pada saat itu dikatakan empat laku makan kupat. Ketupat itu adalah nasi yang dibungkus daun kelapa yang muda namanya janur. Janur itu apa? Kata sunan bonang adalah Jatining Nur (hati yang bersih).

Mari kita jaga puasa kita dengan sungguh-sungguh menjaganya agar besok setelah 30 atau 29 hari berpuasa, kita betul-betul bisa mengatakan "Saya sekarang Idulfitri". Kerjakan semua dengan penuh semangat, empati terhadap kehidupan masyarakat.

Baca juga: Naskah Kultum Pesantren Kilat Ramadhan 2023 File PDF, Untuk Kegiatan di Sekolah Tingkat SD/SMP/SMA

4. Ceramah IV ( Puasa dan Pendidikan Kesabaran)

Pada bulan Ramadhan atau biasa disebut dengan bulan sabr, bulan di mana pada waktu ini kita diuji kesabarannya, karena puasa pada dasarnya adalah kesabaran. Setidaknya terdapat tiga aspek kesabaran yang diuji kepada kita pada bulan Ramadhan, di antaranya:

1. Sabar Mematuhi Perintah Allah SWT

Aspek pertama yang diuji ialah ketika kita senantiasa sabar menjalankan perintah Allah SWT dengan benar, karena kalau tidak ada sikap kesabaran dalam menjalankan perintah-Nya maka kita tidak akan dapat menjalaninya dengan sempurna,

karena sungguh berat perintah-perintah Allah SWT terkhusus saat bulan Ramadhan yang mewajibkan kita berpuasa, kecuali jika di hati kita terdapat iman.

Ketika kita beribadah kepada Allah SWT dengan baik, kita merasa senang dan tenang ketika beribadah bersama-sama, maka insyaAllah hal tersebut menjadi tanda adanya keimanan dalam diri yang Allah SWT anugerahkan.

2. Menjaga Kualitas Puasa

Pada kesabaran yang kedua yang perlu kita tempuh selama Ramadhan ialah menahan lapar, haus, serta menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak kualitas puasa kita. Tanpa adanya kesabaran dalam diri, kita tidak dapat melaksanakan ibadah puasa dengan menahan segala hal yang menyertainya.

3. Sabar dari Segala Penderitaan

Ketika kita puasa, perut kita lapar, tenggorokan merasa dahaga, sementara di sekitar kita banyak yang menikmati makanan atau minuman pada siang hari,

Namun kita memilih tetap melewati lapar dan dahaga sampai azan maghrib tiba, itu namanya kesabaran yang Allah SWT anugerahkan kepada kita agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali-Imran ayat 200,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali-Imran [3]: 200)

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 156,

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un' (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (QS. Al-Baqarah [2]: 156)

Nabi SAW juga mendefinisikan sabar sebagai puasa. Jadi puasa ini merupakan implementasi dari kesabaran yang diajarkan kepada kita. Allah SWT dalam firman-Nya memerintahkan agar kita senantiasa sabar dan menegakkan shalat. "Wasta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh".

Karena itu kita hiasi diri dan hati kita dengan sabar. Sabar memang suatu hal yang mudah dikatakan tetapi kita senantiasa membutuhkan kesabaran dalam mengimplementasikannya.

Namun, jangan sampai sabar di atas disalahartikan penempatannya. Terdapat hal-hal yang perlu disegerakan, di antaranya:

1. Segera Membayar Hutang

Jangan sampai kita menasihati orang yang meminjamkan kita uang dengan sebutan, "sabar, masa nagihnya tidak sabar." Karena sesungguhnya dalam meminjamkan uang juga mereka sudah menerapkan kesabaran. Segeralah membayar hutang, kalau ada segera dibayar.

2. Segera dalam Mengurusi Jenazah

Ketika ada jenazah, segerakan untuk dikebumikan. Jangan kita bersabar karena kita disuruh menyegerakan.

3. Menikahkan Anak Gadis

Jika kita memiliki anak gadis, segeralah dinikahkan apabila sudah memenuhi syaratnya.

Jadi begitulah sabar yang harus ditempatkan sebagaimana mestinya. Terdapat juga hal-hal yang perlu disegerakan agar lebih baik pelaksanaannya.

Sabar adalah satu sifat yang dimiliki semua para Nabi dan Rasul, para aulia shalihin, mereka seluruhnya adalah contoh kesabaran yang perlu kita tiru. Mereka senantiasa sabar karena merasa malu atas banyaknya limpahan syukur yang Allah SWT berikan.

Sebagaimana Nabi Ayyub AS yang didera penyakit dalam waktu yang lama namun beliau sabar dalam menghadapinya. Begitu juga aulia shalihin yang sampai tidak mau berdoa memohon kesembuhan, karena sakitnya merupakan wujud nikmat perhatian Allah SWT atas dirinya.

Sabar dari Allah SWT juga terdapat dua jenis, pertanya sabar atas kenikmatan yang Allah SWT curahkan, dan sabar atas kerikil-kerikil kehidupan. Kita mendapat sakit itu merupakan ujian, begitu juga saat kita mendapatkan rezeki yang berlimpah

Karena itu sebagai seorang muslim dan mukmin, di bulan Ramadhan ini marilah kita upgrade pemahaman sabar kita.

Sabar bukan hanya menunggu suatu hal yang kita nantikan melainkan juga bertahan pada hal-hal yang sulit dengan penuh ketakwaan dan keimanan hanya kepada-Nya.

5. Ceramah V (Ekonomi Syari'ah Pendorong Ekonomi Umat).

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

اِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِىاللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَلَهُ، أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِىَّ بَعْدَهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَهُ.

أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّ مَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحسر: 18)

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi bahwa Karena qudrat dan iradat-Nya pada kesempatan ini kita dapat bertemu dalam keadaan sehat wal afiat tak kurang suatu apapun dalam rangka menuntut ilmu sebagaimana telah diwajibkan kepada kita untuk menuntutnya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahcurahkan kepada Nabiana Rasulullah Muhammad saw. kepada keluarganya, para sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia dari awal hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal Alaamiin.

Hadirin yang kami hormati.

Dunia semakin cantik dan molek, dihiasi dengan perkembangan sains dan teknologi yang semakin canggih dan menarik. Akan tetapi permasalahan-permasalahan di setiap lini kehidupan termasuk didalamnya masalah kemiskinan,

telah membuat otak ruwet, mumet dan jelimet. Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat meneruskan pendidikannya maka ia menjadi bodoh? Bukankah karena miskin seseorang tidak dapat melihat dan mendengarkan berita-berita terkini (headline news) maka ia menjadi terbelakang?

Bukankah karena miskin seseorang dapat menjual akidahnya maka ia menjadi kufur?

Masalah ini terus dan terus berputar bagaikan lingkaran setan yang seolah-olah tidak ada pemacahannya, padahal Islam telah memberikan solusi kongkrit, dengan cara “Ekonomi Syariah Pendorong Penguatan Ekonomi Rakyat”, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 :

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ {275}

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,

adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,

lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Hadirin Rohimakumullah.

Firman Allah yang baru kita simak bersama mengisyaratkan agar kita umat Islam memiliki ekonomi yang kuat. Mari kita kaji secara mendalam. Imam Ibnu Katsir di dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-3 menyebutkan, bahwa sebab diturunkannya ayat ini berawal dari sebuah pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash kepada Saidina Muhammad Rasulullah SAW.

“ wahai Rasulullah aku memiliki harta yang banyak akan tetapi pewarisku hanya satu orang anak, maka bolehkah jika aku bersedekah dua pertiganya? Rasul menjawab : “tidak boleh”. Bolehkah jika seperduanya? Rasul menjawab : “ tidak boleh”. Bagaimana jika sepertiganya? Rasul menjawab : “ tidak boleh “ seraya melanjutkan perkataannya :

إنك إن تذر ورثتك الأغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس

“ sungguh aku mengharapkan jika engkau dapat warisi keturunan yang kaya dan berharta dan itulah yang terbaik dari pada engkau mewarisi keturunan yang lemah lagi papa serta hanya mengharapkan belas kasih orang lain “

Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwasanya Islam menginginkan agar setiap orangtua dapat meninggalkan generasi penerus mereka dalam keadaaan yang kuat fisik, kuat mental, dan kuat perekonomiannya.

Syekh Mustofa al-Maroghi menafsirkan kalimat “khoofu ‘alaihim”, sebagai suatu kekhawatiran jikalau anak-anak hidup terlantar dan tersia-sia, kenapa demikian?

Karena telah diketahui bersama bahwa tolak ukur sejahtera tidak sejahteranya seseorang, makmur tidak makmurnya seseorang dilihat dari keadaan ekonominya, apabila ekonominya baik, maka apa yang menjadi hajat hidupnya akan mudah untuk didapatkan, akan tetapi jikalau ekonominya buruk maka secara pasti apa yang menjadi hajat hidupnya akan sulit untuk terpenuhi.

Hadirin Rohimakumullah.

Dalam dunia ekonomi kita mengenal adanya tiga buah sistem ekonomi. Pertama, sistem ekonomi sosialis dimana pemerintah secara mutlak mengurus dan mengelola sistem perekonomian mereka. Kedua, sistem ekonomi kapitalis dimana setiap individu, setiap wirausahawan berhak untuk mengelola serta mengurus keadaan perekonomian mereka,

sistem ekonomi inilah yang telah membuat jarak yang sangat antara yang kaya dengan yang miskin dan juga telah mengakibatkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin (the rich richer and the poor poorer).

Ketiga, sistem ekonomi Islam dimana dalam sistem ini yang di angkat kepermukaan adalah niali-nilai ukhuwah dan nilai-nilai kebersamaan, dengan artian bahwa setiap orang harus saling tolong menolong, yang kaya menolong yang miskin, yang kuat menolong yang lemah,

tidak ada jarak diantara mereka bahkan mereka merasa bahwa mereka bagaikan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Dari penjelasan ini maka timbullah sebuah pertanyaan, bagaimanakah teknis untuk merealisasikan prinsip ini? Sebagai jawabannya mari kita renungkan firman Allah dalam surat adz-dzariyat ayat : 19

وَ فِى اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ للِسَّا ئِلِ وَ الْمَحْرُ وْمِ { الذاريات : 19}

Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati.

Firman Allah pada ayat ini dengan tegas dan jelas mengisyaratkan kepada kita bahwa pemberdayaan ekonomi diproyeksikan demi kesejahtraan bersama. Islam menolak keras sistem ekonomi dalam bentuk monopoli, oligopoli dan ekonomi yang diorientasikan hanya untuk kepentingan pribadi.

Prinsip ini harus kita aplikasikan di negara kita jikalau kita menginginkan negara kita menjadi negara yang maju dan damai. Apalagi jikalau kita perhatikan di negara kita Indonesia ini, masih terdapat 37,5 juta jiwa umat manusia yang berada dibawah garis kemiskinan, lalu berapa banyakkah ummat Islamnya ?

ternyata setelah diteliti oleh lembaga peneiliti di Indonesia, terdapat lebih dari 30 juta jiwa umat Islam yang berada dibawah garis kemiskinan. Sebuah pertanyaan besar yang ada pada pikiran kita semua, mengapa umat Islam lebih banyak tenggelam dalam kemiskinan ?

Menurut KH Zarkasih, pertama. Banyak diantara kita yang hanya berorientasi pada keakheratan saja. Mereka memiliki pemahaman yang sempit terhadap hadits Nabi Muhammad SAW ”ad-dunya jiifah” dunia ini adalah bangkai yang menjijikkan.

Dan “ad-dunya sijnul mukminin” dunia adalah penjara bagi umat Islam, pemahaman uang sempit terhadap kedua hadits ini mengakibatkan pemasalahan-permasalahan duniawi ditinggalkan dan Islam pada akhirnya identik dengan masalah kemiskinan.

Kedua.Kemunduran ekonomi umat Islam disebabkan dalam melaksanakan kegiatan ekonomi mayoritas umat Islam masih berpikir dengan corak agraris dan kolot. Padahal saat ini dunia bisnis membutuhkan orang-orang yang kreatif dan siap untuk saling berkompetisi dengan yang lainnya.

Hadirin dan hadirat yang kami hormati.

Bagaimanakah konsepsi Islam dalam perekonomian. Mari kita simak bersama firman Allah dalam surat an-nisa ayat 29 :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ {9} فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {10}

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (9) Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (10)”.

Hadirin rahimakumullah.

Syekh Mustafa al-Maraghi dalam tafisir al-Maraghi menyatakan, bahwa halalnya perniagaan, transaksi jual beli jika terjadi saling meridhoi antara keduanya, sebaliknya Islam sangat mengharamkan adanya penipuan, pendustaan dan pemalsuan barang.

Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi Islam, dan ayat ini pula merupakan himbauan pada kita semua agar tidak mencari keuntungan dengan cara menghisap darah orang lain yakni riba.

Berdasarkan prinsip ini maka dapat dipahami bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi mu’awanah, terdapat didalamnya sistem ekonomi mudharabah,

murabahah, musyarakah, dan di negara kita alhamdulillah setidaknya telah melaksanakan prinsip ini seperti adanya bank-bank syari’ah. Oleh sebab itu, untuk menopang prinsip ini Rasulullah SAW bersabda :

من كان له مال فليتصدق بماله ومن كان له قوة فليتصدق بقوته ومن كان له علم فليتصدق بعلمه

“ siapa yang memiliki harta maka bersedekahlah dengan hartanya, siapa yang memiliki kekuasaan maka bersedekahlah dengan kekuasaannya, siapa yang memiliki ilmu maka bersedekahlah dengan ilmunya “.

Dengan demikian pada akhirnya kami mengajak pada seluruh umat Islam untuk bersama-sama mengaplikasikan sistem perekonomian Islam, yakni dengan cara pemberdayaan ekonomi umat, maka secara tidak langsung segala bentuk kebodohan, keterbelakangan, dan kekufuran akan hilang dengan sendirinya.

Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah semoga kita diberikan kemudahan dalam aktivitas kita. Amin ya Robbal ‘alamin.

6. Ceramahan VI (Menjadi Manusia Baik)

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Hadirin rohimakumulloh

Manusia mana yang tidak menginginkan menjadi baik? Apalagi jika bisa dikatakan menjadi sebaik-baik manusia. Masya Allah, ingin rasanya kita bisa menjadi sebaik-baik manusia bukan hanya di mata manusia, tapi lebih dari itu menjadi sebaik-baik manusia di mata Allah dan Nabi-Nya.

Andai label ‘Sebaik-baik Manusia’ itu bisa dibeli, maka tentu saja orang-orang berharta akan lebih dulu mendapatkan predikat ‘Sebaik-baik Manusia’ itu. Tapi, bersyukurlah kita terlahir sebagai seorang muslim yang mukmin. Karena rupanya, untuk mendapatkan titel ‘Sebaik-baik Manusia’ itu tak perlulah merogoh kocek yang banyak, tapi perlu perjuangan yang besar dan keimanan yang kuat.

Menurut Nabi Muhammad SAW, untuk bisa menjadi ‘Sebaik-baik Manusia’ maka bisa memperhatikan beberapa sabdanya berikut ini:

Pertama, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. Hal ini seperti disebut dalam hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

 

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari no. 5027).

Dalam hadis ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan standar bahwa sebaik-baik manusia adalah siapa saja dari umatnya yang mempelajari al-Quran lalu mengajarkannya kepada orang lain. Al-Quran adalah Kalamullah (Kitab Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup.

 

Kedua, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang baik akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda:

 

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari no. 6035).

Sebaik-baik manusia dalam hadis ini adalah tergantung akhlaknya kepada orang lain. Akhlak yang baik menjadi barometer untuk menjadi sebaik-baik manusia. Bahkan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus ke bumi ini pun untuk menyempurnakan akhlak.

Ketiga, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang paling diharapkan kebaikannya dan orang lain pun merasa aman dari kejelekannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidziy no. 2263).

Ada orang ketika mendengar nama seseorang disebut sudah malas mendengarnya dan cenderung ingin menjauh darinya karena orang tersebut dikenal keburukannya.

Tapi, sebaliknya, ada orang yang kedatangannya diharapkan banyak orang, dan orang yang dekat dengannya akan selalu merasa aman dan nyaman. Tipe terakhir inilah yang disebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebaik-baik manusia.

Keempat, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang paling baik kepada keluarganya. Hal ini seperti disabdakan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.” (HR. At-Tirmidziy no. 3895).

Dalam hadis ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan bahwa untuk menjadi sebaik-baik manusia, seorang muslim bisa melakukannya dengan berbuat yang terbaik kepada semua anggota keluarganya.

Berbuat baik kepada keluarga menjadi indikator seseorang disebut sebagai sebaik-baik manusia, karena rupanya tak sedikit seorang suami atau ayah yang berbuat kasar kepada keluarganya.

Kelima, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang faqih (faham) dalam masalah syariat Islam. Ini seperti sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

فَخِيَارُكُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا

“Maka sebaik-baik orang di antara kalian di masa Jahiliyyah adalah yang paling dalam Islamnya apabila mereka memahami (ajaran Islam).” (HR. Bukhari no. 3374).

Wajar jika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih faqih terhadap hukum-hukum Islam. Secara logika, orang yang faqih dengan hukum-hukum Islam,

maka tutur kata dan sikapnya akan menjadi teladan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan tak jarang pendapat dan nasehatnya seringkali diminta untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Keenam, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang gemar memberikan makanan kepada orang lain dan menjawab salam. Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

 

خِيَارُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ وَرَدَّ السَّلَامَ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang memberikan makanan dan menjawab salam.” (HR. Ahmad 6/16).

 

Ada dua amal yang bisa dilakukan oleh seorang muslim jika ia ingin mendapat label sebagai sebaik-baik manusia dalam hadis di atas:

Pertama, orang yang memberi makanan, dan kedua, orang yang menjawab salam. Mari kita analisa, orang yang memberi makan disebut sebagai sebaik-baik manusia,

Mengapa? Bisakah kita merasakan saat sedang kelaparan? Fahamilah, ternyata orang yang lapar apalagi kelaparan akan membuat lemah bukan hanya fisiknya saja tapi juga imannya, akhirnya ia bisa bertindak nekad dan melanggar aturan agama.

Kedua, orang yang ringan menjawab salam. Hari ini, tak sedikit orang yang acuh dan tak mau menjawab salam. Jika ditanya apakah mereka yang tidak menjawab salam itu bukan orang muslim? Tentu mereka akan marah jika disebut non muslim? Menjawab salam menjadi salah satu tanda sebaik-baik manusia. Karena itu, segeralah menjawab salam jika ada saudara kita yang menebar salam.

Ketujuh, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang senang merapatkan shaff dalam shalat. Tentang hal ini, Rasulullah SAW telah bersabda:

خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاةِ

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam shalat.” (HR. Abu Daawud no. 672).

Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik adalah orang yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang memegang bahunya untuk menyempurnakan (merapatkan dan meluruskan) shaff, ia akan tunduk dengan hati yang ikhlash lagi lapang tanpa ada pembangkangan (lihat dalam Badzlul-Majhuud 4/338 dan Ma’alimus-Sunan 1/184).

Kedelapan, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang panjang usianya dan baik pula amalannya. Tentang hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا، وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا

“Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling panjang usianya dan paling baik amalannya.” (HR. Ahmad 2/235 & 2/403).

Ada pepatah ‘Tua-tua keladi, makin tua makin jadi’ sebuah pepatah yang menunjukan usia seseorang yang sudah senja tapi prilakunya kian menjadi-jadi dan membuat orang lain yang melihatnya tidak menyenanginya.

Sebaliknya, salah satu tanda keberkahan hidup seorang hamba adalah ketika dia diberi umur panjang hingga usia lanjut, tapi dia semakin shalih dan banyak beramal.

Orang semacam itu benar-benar sadar bahwa sebentar lagi kereta kematian akan datang menghampirinya, sehingga dengan segala daya dan upaya ia meningkatkan amal ibadahnya dan sekuat tenaga memperbanyak bekal menuju kehidupan akhirat.

Dia sangat sadar bahwa seusianya itu sudah seharusnya memperbanyak istighfar dan zikrullah selalu agar termasuk orang-orang yang beruntung di akhirat kelak.

Kesembilan, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang menepati janji. Rasulullah SAW bersabda:

 

أُولَئِكَ خِيَارُ عِبَادِ اللَّهِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُوفُونَ الْمُطِيبُونَ

“Mereka adalah para hamba pilihan di sisi Allah pada hari Kiamat, yaitu orang-orang yang menepati janji dan berbuat baik.” (HR. Ahmad 6/268).

Ya Rabbi, tidak mudah menjadi orang yang selalu menepati janjinya. Betapa banyak di antara kita yang saat berjanji mulut bicara hingga berbusa, tapi entah kapan janji-janji itu akan diwujudkan.

Salah satu indikasi menjadi sebaik-baik manusia, dalam hadis di atas adalah orang yang senantiasa berusaha untuk selalu menepati janjinya, kapan dan kepada siapa pun.

Kesepuluh, ‘Sebaik-baik Manusia’ adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

 

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787).

Bisa jadi kita bukan orang yang berpengaruh. Bisa jadi kita berpendidikan rendah, berekonomi lemah dan tak banyak pengikut serta pengaruh.

Namun, ketika kita bisa memberi banyak manfaat bagi orang lain, maka Insya Allah kita termasuk dalam kelompok sebaik-baik manusia seperti dijelaskan dalam hadis di atas.

Semua adalah pilihan. Termasuk hidup ini juga pilihan. Semua ada di tangan kita; dengan cara apa kita mau menjadi ‘Sebaik-baik Manusia’ maka Rasulullah SAW sudah menjelaskan dalam beberapa hadisnya di atas.

Silahkan, tinggal pilih kita mau menjadi sebaik-baik manusia dengan cara mengamalkan ibadah dan amal apa, semua sekali lagi tergantung pada kita, wallahua’lam.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Baca juga: Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha Lengkap Tulisan Latin dan Artinya, Mudah Diamalkan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved