Seputar Islam

2 Naskah Khutbah Jumat Tema Isra Miraj Nabi Muhammad SAW: Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Miraj

Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia, Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada Anda semua, mari kita meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT d

Penulis: Putri Kusuma Rinjani | Editor: Abu Hurairah
Tribunsumsel.com
2 Text Khutbah Jum'at Bertema Isra Miraj Nabi Muhammad SAW: Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Mi'raj 

TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut 2 contoh text khutbah jumat bertemakan peristiwa Isra Miraj di bulan Rajab 1444 Hijriyah.

  • Khutbah Pertama
    Judul; Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Miraj

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَوَصَّى وَأَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا. وَأَحْصَى أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ شَهَادَةَ اْلأَتْقَى. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ مَنَّ بِجَمِيْعِ حُقُوْقِهِ قَضَى. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ. اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin jama’ah jum’ah yang mulia, Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada Anda semua, mari kita meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha sekuat tenaga melaksanakan semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangNya.

Telah maklum bahwa kita semua telah memasuki bulan Rajab, bulan yang mulia. Nabi Muhammad dalam memperhatikan bulan Rajab sampai memanjatkan doa yang sebagaimana diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik dalam Musnad Ahmad:

أَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, semoga Engkau memberkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, semoga Engkau pertemukan kami dengan bulan Ramadlan.”

Seolah-olah bulan Rajab merupakan persiapan awal untuk menyambut bulan Ramadlan. Ia menjadi tonggak dari rangkaian ibadah-ibadah penting pada bulan yang jatuh setelahnya, yaitu bulan Sya’ban dan Ramadlan.

Sebagian ulama berkata:

رَجَبُ شَهْرُ الزَّرْعِ وَشعْبَانُ شَهْرُ السَقْيِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ ​​​​​​​

“Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyirami, dan Ramadlan adalah bulan panen.”

Maka dari itu, marilah kita gunakan bulan Rajab ini dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak amal saleh, istighfar, sedekah, puasa dan lain sebagainya.

Hadirin jama’ah jum’ah yang berbahagia,

Sebagaimana kisah yang telah masyhur, pada bulan Rajab juga terdapat peristiwa ajaib dan mengagumkan, berupa isra’ wal mi’raj, perjalanan nabi dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsha kemudian menuju Sidratul Muntaha.

Berikut beberapa kisah yang dapat kita petik dari cerita Isra’ dan Mi’raj tersebut.

Pertama, Isra’ dan Mi’raj adalah perkara yang haq karena sharih (sangat jelas dan eksplisit) disebutkan dalam Al-Qur’an, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar, tak ada keraguan sama sekali meskipun akal manusia tidak dapat menjangkau.

Semua hal aneh ini terjadi dalam rangka menguji dan mengukur ketebalan iman seseorang, sebab manusia tersesat adalah orang yang hanya mengukur sebuah kebenaran hanya bersandar pada akal semata.

Kita harus menghindari arus pemikir yang hanya membanggakan akal dengan mengesampingkan kekuatan Allah yang lain.

Karena tidak mustahil jika pola pikir demikian dilestarikan akan menjadikan ajaran agama yang tidak cocok dengan akal akan ditolak dan diingkari, na’udzubillahi min dzalik.

Padahal model demikian adalah cara pandang iblis. Iblis itu disifati dengan أَوَّلُ مَنْ قَاسَ الدِّيْنَ بِرَأْيِهِ (makhluk yang pertama kali mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri).

Kedua, sebelum Nabi Muhammad menghadap Allah SWT (mi’raj), beliau dibedah dadanya, dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena beliau ma’shum (suci dari dosa).

Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali Al Habsyi:

وَمَا أَخْرَجَ الْلأَمْلَاكُ مِنْ قَلْبِهِ أَذَى وَلَكِنَّهُمْ زَادُوْهُ طُهْرًا عَلَى طُهْرٍ

“Malaikat tidak menghilangkan kotoran dari hati Nabi, tetapi agar hati yang suci semakin menjadi suci”.

Pembersiahan hati ini dilakukan sebelum Rasulullah menerima tugas shalat lima waktu.

Ini juga pelajaran bagi kita sebagai umatnya yang banyak dosa bahwa saat akan menghadap Allah SWT hendaknya lebih dahulu kita bersihkan hati kita masing-masing.

Maksudnya, apabila kita shalat harus dimulai dengan hati yang suci, khusyu’ tidak memikirkan bab dunia. Sampai Allah SWT berfirman menggunakan lafadz " أَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ " tidak " اِفْعَلُوْا الصَّلَاةَ ".

Iqâmatusshalâh tidak sama dengan fi’lusshalâh.

Fi’lusshalâh yang penting melakukan rukun dan syarat shalat sudah disebut fi’lusshalâh. Tetapi Iqâmatusshalâh yang maknanya adalah:

اِتْيَانُ الصَّلَاةِ بِحُقُوْقِهَا الظَّاهِرَةِ وَ حُقُوْقِهَا الْبَاِطَنَة

Melaksanakan shalat dengan menjalankan syarat-rukun shalat yang dhahir dan syarat-rukun shalat yang bathin, yaitu khusyu’.

Hadirin,

Lalu bagaimana agar dapat melaksanakan shalat dengan khusyu’? Hatim Al Asham ditanya

"كَيْفَ تَخْشَعُ فِيْ صَلَاتِكَ؟"

Bagaimana engkau dapat khusyu’ dalam shalatmu? Maka ia menjawab:

أَقُوْمُ وَ أُكَبِّرُ لِلصَّلَاةِ وَ أَتَخَيَّلُ الْكَعْبَةَ أَمَامَ عَيْنِيْ

Aku berdiri membayangkan Ka’bah ada di depanku

وَالصِّرَاطَ تَحْتَ قَدَمِيْ وَالْجَنَّةَ عَنْ يَمِيْنِيْ وَالنَّارَ عَنْ شِمَالِيْ وَمَلَكَ الْمَوْتِ وَراَئِيْ

Aku membayangkan Shirath di bawah telapak kakiku, surga ada di sebelah kananku, neraka ada di sebelah kiriku dan malakul maut ada di belakangku.

Hadirin hafidzakumullah,

Dengan keterangan tadi, kita semua dapat memahami bahwa shalat yang dimaksud dalam Al-Qur’an yang

تَنْهَىْ عَنِ الْفَخْشَاِء وَالمنْكَرِ

itu bukan shalat biasa, tidak hanya fi’lusshalâh namun harus Iqâmatussahlâh, shalat yang benar-benar khusyu’, hudlûr dan hati suci.

Semoga kita semua, dan keluarga kita dapat menjadi semakin baik, dimudahkan dalam melaksanakan semua perintah Allah SWT, mendapat ridha Allah SWT dan akhirnya masuk surga-Nya. Amin.

Baca juga: Contoh Naskah Khutbah Tahun Baru 2023, Evaluasi Rasa Syukur dan Renungan Hakikat Umur

  • Khutbah Kedua
    Judul; Mengimani Isra’ Mi’raj, Meningkatkan Kualitas Shalat

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Tanggal 27 Rajab diperingati sebagai hari Isra’ Mi’raj. Peristiwa penting ini diabadikan di dalam Al-Qur’an, surat Al-Isra’, ayat 1 sebagai berikut:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Artinya: “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Ayat tersebut mengisahkan tentang bagaimana Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam menjalani apa yang disebut Isra’ dan Mi’raj dengan menempuh perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina.

Kemudian dari Masjidil Aqsha naik ke atas ke Sidratul Muntaha di Arsy (langit ketujuh) hingga kembali lagi ke bumi di kota Makkah dalam waktu semalam atau kira-kira dalam rentang 12 jam.

Dalam peristiwa ini Allah subhanahu wa ta’ala bermaksud memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi sekitar 10 tahun setelah Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam diangkat menjadi nabi sekaligus rasul.

Selama sepuluh pertama kenabiannya, Rasulullah shallahu alahi wa sallam menghadapi banyak tantangan terberat dalam tugas-tugas dakwahnya.

Misalnya, jumlah kaum muslimin masih relatif sedikit sementara jumlah yang menentang dakwah beliau lebih banyak. Secara ekonomi, beliau juga diganggu dengan berbagai embargo untuk mempersulit kehidupan ekonominya.

Secara sosial, beliau juga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilancarkan orang-orang Quraisy.

Tidak hanya itu, beliau juga menjalani suasana hati yang amat sedih dengan meninggalnya orang-orang yang dicintainya, yakni sang paman, Abu Thalib bin Abdul Muthalib, dan istri beliau Siti Khadijah radliyallahu ‘anha.

Dalam suasana seperti itu Allah subhanahu wa ta’ala meng-isra’ dan mi’raj-kan Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam sebagai “hadiah” atas kesabaran dan ketabahan beliau selama sepuluh tahun pertama menjadi nabi sekaligus untuk menerima perintah baru yang harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya.

Perintah itu adalah shalat lima waktu yang wajib dilaksanakan setiap hari dalam keadaan apa pun.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Isra’ dan Mi’raj bukanlah peristiwa biasa, tetapi merupakan peristiwa luar biasa yang bagi kebanyakan orang, akal saja tidak cukup untuk bisa menerima kebenarannya.

Peristiwa ini memiliki tingkat keluar-biasaan yang tidak jauh berbeda dengan peristiwa bagaimana Nabi Isa alaihis salam lahir dari seorang ibu yang masih perawan.

Beberapa hari setelah kelahirannya, Nabi Isa alaihis salamsudah bisa berbicara kepada orang lain guna membela dan membebaskan ibunya dari fitnah perzinaan yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi.

Untuk menerima kebenaran peristiwa Isra’ dan Mi’raj tidak cukup hanya dengan mengandalkan akal karena akal manusia memiliki keterbatasan.

Banyak orang, seperti Abu Jahal dan kawan-kawan, menolak kebenaran Isra’ dan Mi’raj karena pada dasarnya mereka memang bukan orang beriman. Mereka hanya punya akal tanpa iman.

Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radliallahu ‘anhu menerima kebenaran Isra’ dan Mi’raj karena beliau tidak pernah menjumpai Nabi Muhammad berbohong, di samping memang beliau seorang mukmin yang cerdas dan tidak sulit untuk bisa menerima kebenaran-kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Apakah peristiwa Isra’ dan Mi’raj bisa dijelaskan secara ilmiah? Dengan kata lain, apakah Isra’ dan Mi’raj hanyalah sebuah mimpi atau memang sebuah peristiwa yang bisa diterima secara rasional?

Jawabnya, kalau kita menggunakan akal semata pastilah sangat sulit untuk bisa menerima kebenarannya.

Tetapi logika atau akal yang dipandu dengan iman tentu akan lebih mudah menerima kebenarannya.

Untuk itu, marilah kita coba melihat Isra’ dan Mi’raj dengan pendekatan ilmiah yang dipandu dengan iman.

Untuk itu, pertanyaannya adalah apakah mungkin perjalanan dari Makkah ke Palestina lalu ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke Makkah ditempuh hanya dalam semalam? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama harus diketahui bahwa bukan kemauan Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam untuk melakukan perjalananIsra’ dan Mi’raj itu.

Tetapi Allah-lah yang menghendaki sehingga Allah pula yang secara aktif menjalankan peristiwa itu. Dalam peristiwa ini, posisi Nabi Muhammad adalah sebagai objek sedangkan Allah sebagai subjek.

Jika subjek adalah Allah, maka bukankah tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya? Allah mampu melakukan apa saja yang Allah mau tanpa batas.

Kata-kata di dalam Al Quran, yakni “الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ (yang telah memperjalankan hamba-Nya)”, menunjukkan bahwa Allah adalah subjek dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Kedua, Nabi Muhammad ditemani oleh Jibril dengan mengendarai Buraq.

Kita tahu bahwa Jibril dan Buraq diciptakan dari nur atau cahaya. Dalam ilmu fisika disebutkan kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik.

Dalam semalam, Buraq dengan kecepatan cahaya, bisa menempuh perjalanan sejauh 12 x 60 x 60 x 300.000 = 216. 000.000.000 km.

Padahal jarak bumi dengan Sidratul Muntaha atau langit ketujuh setelah Pluto hanya kira-kira 5.756.000.000 km.

Untuk sampai ke Langit Ketujuh dan kembali lagi ke bumi, Buraq cukup memerlukan waktu 10 jam. Jika durasi satu malam dihitung sama dengan kira-kira 12 jam, yakni dari matahari terbenam hingga terbit, maka masih ada sisa waktu 2 jam.

Jika di Sidratul Muntaha Nabi menghabiskan waktu selama 2 jam, misalnya, maka dengan perhitungan seperti itu, peristiwa Isra’ dan Mi’raj sesungguhnya tidak mustahil sebab dalam waktu 12 jam Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam dengan mengendarai Buraq, ditemani Jibril, dapat menempuh perjalanan itu.

Apalagi di sana ada Allah yang menjadi sutradaranya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang mustahil bagi Allah subhanahu wa ta’ala sepanjang ada iradah-Nya.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Peristiwa Isra’ Mi’raj diabadikan di dalam Al-Qur’an. Sebagai orang Islam kita wajib percaya bahwa Al-Qur’an benar.

Jika ada di antara kita yang merasa sulit untuk bisa menerima kebenaran Isra’ Mi’raj secara rasional, maka memang tidak semua kebenaran agama bisa dijelaskan secara rasional.

Di sinilah perlunya iman. Iman akan memudahkan kita menerima kebenaran agama. Iman memang tidak menuntut bukti-bukti empiris.

Pada akhirnya peristiwa Isra’ Mi’raj akan menguji siapa, apakah ia bisa mengimani ataukah tidak.

Mereka yang bisa menerima kebenaran Isra’ dan Mi’raj secara penuh tanpa mempersoalkan apakah peristiwa itu rasioanal ataukah tidak adalah orang-orang yang beriman.

Mereka yang bisa mengimani Isra’ dan Mi’raj karena menurutnya peristiwa itu bisa diterima secara rasional karena memang memiliki pengetahuan tentang itu, sudah barang tentuakan meyakininya lebih kuat dan lebih mantap dibanding mereka yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali.

Jamaah Jumat hafidhakumullah, Isra’ Mi’raj merupakan salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam.

Setiap tahun kita memperingatinya karenameyakini terjadinya peristiwa itu. Umat Islam juga yakin perintah shalat lima waktu diturunkan pada saat Isra’ Mi’raj.

Oleh karena itu dengan peringatan Isra’ Mi’raj ini, marilah kita tingkatkan ibadah shalat kita baik secara kualitas maupun kuantitas.

Secara kualitas, ibadah shalat bisa kita tingkatkan, misalnya dengan meningkatkan ketepatan waktu pelaksanaannya dan sebagainya.

Jika selama ini mungkin kita sering menunda-menunda shalat, maka marilah kita perbaiki dengan menjalankan shalat tepat pada waktunya khusunya di awal waktu.

Nabi Muhammad shallahu alahi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bersabda:

الصَّلاَةُعَلَى وَقْتِهَا

Artinya: ”Shalat hendaknya dilakukan tepat pada waktunya.”

Bagaimanapun shalat yang dijalankan tepat pada waktunya lebih baik daripada yang dijalankan di akhir waktu.

Jika memang tak ada alasan yang cukup kuat dan penting, maka haruslah kita usahakan untuk menjalankan shalat di awal waktu.

Secara kuantitas ibadah shalat bisa kita tingkatkan dengan menambah atau memperbanyak shalat-shalat sunnah, seperti shalat rawatib, dhuha, tahajud dan sebagainya.

Jamaah Jumat hafidhakumullah,

Dengan peringatan Isra’ Mi’raj yang setiap tahun selalu kita laksanakan, kita berharap semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menetapkan dan menguatkan iman kita serta memberi kita kesempatan dan kekuatan untuk meningkatkan shalat kita baik secara kualitas maupun kuantitas.

Amin, amin ya rabbal alamin.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

***

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved