Liputan Khusus Palembang
Begal Makin Jadi, Pengamat Sebut Akibat Gaya Hidup Hedon dan Korban Beri Peluang Kejahatan (2)
Kasus begal masih banyak terjadi, Kriminolog dari Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Dr Sri Sulastri SH sebut akibat gaya hidup hedon.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kasus begal masih banyak terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel). Bahkan korbannya banyak anak - anak sekolah dari SMP, SMA hingga kuliah.
Menurut Kriminolog dari Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Dr Sri Sulastri SH, kalau dilihat tidak bisa terlepas dari kondisi saat ini.
"Kalau daerah tertentu memang masih ada budaya keras. Namun kalau secara umum lebih banyak faktor ekonomi. Terlebih anak-anak sekarang ini rata-rata hedon semua," kata Sri Sulastri saat dikonfirmasi, Sabtu (10/12)
Menurutnya, karena gaya hidup hedon maka untuk memenuhi itu dilakukan semua cara, yang akhirnya bisa berdampak menimbulkan kejahatan seperti mebegal dan lain-lain.
Kemudian, akibat komiditas turun seperti sawit dan karet sedang kebutuhan meningkatkan, dan harga-harga meningkat. Faktor itulah yang sangat berpengaruh.
"Ini akibatnya tidak hanya bakal terjadi begal tapi akan sampai pada situasi yang pribahasanya bagimana mau cari yang halal, cari yang haram saja susah," ungkapnya.
Menurut Sri, dampek ekonomi sangat berpengaruh terhadap kriminalitas. Maka kalau tidak cepat ditanggulangi semakin meningkat kriminalitasnya.
"Kalau dari sisi psikologis korban, anak-anak merupakan kelompok yang mudah untuk jadi korban. Maka yang perlu diwaspadai dari orang tuanya yang harus memperhatikan kebutuhan anak," katanya
Ia mencontohkan, seperti memberikan fasilitas handphone, kendaraan motor dan lain-lain sesuai kebutuhan saja. Nasehati anak agar waspada daerah - daerah yang rawan dan jangan pulang malam.
Sementara itu Pengamat Hukum Dr Azwar Agus SH MHum menambahkan,
yang namanya kejahatan terjadi karena adanya peluang dan kesempatan. Kesempatan itu bisa dilakukan sapa saja yang mempunyai niat kejahatan.
"Bisa juga si korban memberikan peluang untuk adanya tindakan kejahatan itu sendiri. Fenomena banyak begal ini banyak faktor yang bisa dilihat, seperti mencontoh atau melihat di media sosial (Medsos) yang tertangkap hanya dikit," kata Azwar Agus.
Masih kata Azwar Agus, kemudian barang yang dibegal itu mudah di jual seperti motor dijual Rp 1 juta hingga Rp 2 juta laku.
Lalu penindakan hukum kurang maksimal dan masih banyak kasus begal belum terungkap. Bisa juga karena penyalahgunaan narkotika, seperti melakukan begal karena mau beli narkoba.
"Untuk ancaman hukuman begal bisa lima tahun. Namun tidak menimbulkan rasa takut karena dijual mudah dan hukumnya hanya maksimal 5 tahun," cetusnya.
Menurutnya, sebenarnya hukuman tersebut sudah cukup memadai, tinggal bagaimana hakim ataupun penegakan hukum memberikan hukuman yang maksimal.
"Untuk masyarakat, bahwa korban bisa mengakibatkan kejadian itu sendiri misal pulang malam yang menimbulkan niat orang untuk melakukan begal," katanya.
Imbauannya, kalau sudah tahu daerah itu banyak begal jangan lewat situ. Kalau sudah tahu malam banyak begal jangan pulang malam. Jadi hal - hal tersebut yang perlu diantisipasi sendiri.(nda)
Baca berita lainnya langsung dari google news