Berita Palembang

Cek Pemasangan Lift Jembatan Ampera Palembang, Anggota DPRD Sumsel Ungkap Fakta ini

Anggota DPRD Sumsel Syaiful Padli mengecek secara langsung pengerjaan lift di jembatan Ampera Palembang.

TRIBUNSUMSEL.COM
Kolase Tribunsumsel.com. Jembatan Ampera Palembang dan Lift yang sedang tahap pengerjaan. 

TRIBUNSUMSEL. COM, PALEMBANG,– Anggota DPRD Sumsel dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mgs  Syaiful Padli, Selasa (6/12/2022) mengecek secara langsung pengerjaan lift di jembatan Ampera yang hampir rampung. 

Dalam kunjungannya tersebut, Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel itu juga ditemani Sekretaris Cagar Budaya Sumsel Yudhi Syarifie dan budayawan kota Palembang, Vebri Al LIntani.  

Dalam kesempatan itu, Syaiful Padli, menyayangkan pembangunan lift jembatan Ampera tidak mengikut sertakan tim cagar budaya.

 “Kita sayangkan dalam pengerjaannya, tidak ikut melibatkan tim cagar budaya. Bahkan pengerjaannya sudah hampir rampung. Malah menurut mandornya Minggu depan, lift sudah dapat digunakan untuk naik dan turun didalam kerangka Jembatan Ampera,” katanya. 

Dalam kunjungannya itu juga, Syaiful Padli hanya ditemui oleh mandor pemegang proyek lift. Sementara itu, PPTK program proyek tersebut tidak mau ditemui. 

“Yah sayang, PPTK tidak mau ditemui, dan kita tidak bisa menanyakan panjang lebar terkait pembangunan lift ini. Yang jelas kita turun kemarin, dilapangan melihat dari segi pembangunan sudah berjalan. Bahkan tinggal finishing,” ungkapnya.  

Syaiful, menyayangkan pihak pengerja tidak melibatkan tim cagar budaya, padahal jelas Jembatan Ampera itu sendiri merupakan Cagar Budaya yang telah berusia diatas 50 tahun. 

“Sanksinya seperti apa karena mereka tidak menggunakan pendamping tenaga cagar budaya. Padahal harus ada tenaga cagar budaya yang mendampingi secara kontruksi. Sangat disayangkan, kalau ini tanpa mengindahkan legislatif dan para ahli,” ungkapnya.  

Lebih lanjut Syaiful mengatakan, kalaupun nantinya ada hal terjadi dibelakang hari. Misalkan melanggar atau dipolisikan, pihaknya sudah menyampaikan.

 “Kita sebelumnya sudah ada upaya yang dilakukan. Sehingga kalaupun dibelakang hari ada terjadi sesuatu hingga dipolisikan masyarakat ataupun tim cagar budaya, maka mereka harus bertanggung jawab sepenuhnya,” ungkap Syaiful.

Sementara itu, kepala teknis pengerjaan lift jembatan Ampera, Marwan, tidak mau berbicara panjang lebar.

Menurutnya, mereka hanya pekerja yang diberikan perintah atasan untuk membangun lift sesuai dengan SOP yang ada. 

 

Pro Kontra Lift Jembatan Ampera

 

Sejumlah budayawan dan sejarawan di Sumsel, mengancam akan memidanakan Satuan Kerja (Satker) BBPJN Sumatera Selatan (Sumsel), jika masih memaksakan pembangunan Lift di Jembatan Ampera Palembang

Penegasan ini disampaikan Ketua Masyarakat Sejarawan Kota Palembang Dedi Irwanto, di sela-sela  rapat antara DPRD Sumsel, Tim BBPJN serta tim cagar budaya, sejarawan di Ruang Banmus DPRD Sumsel, Rabu (30/11/2022).

Rapat membahas pembangunan lift jembatan Ampera Palembang , banyak menuai bantahan dari sejarawan, tim cagar budaya dan budayawan yang hadir dalam rapat tersebut. 

"Kita akan pidanakan, jika hal ini tak dihentikan, karena itu bukan rehabilitasi, perbaikan atau konservasi, tetapi buat baru yang merusak Jembatan Ampera yang merupakan Cagar Budaya, " katanya, seraya aturan ini sesuai pasal 81 uu no 11/2010 tentang cagar budaya dengan ancamannya 5 tahun penjara, jika ASN ditambah 1 tahun lagi. 

Ia sendiri membantah pernyataan pihak BBPJN Sumsel jika ditiang penyangga Jembatan Ampera itu sudah ada lift untuk barang atau manusia selama ini, tetapi katrol "bandul" agar Jembatan naik. 

"Tapi sejak tahun 1970 an bandul itu tidak dinaikkan turunkan lagi, itu sengaja dimatikan karena sudah macet panjang. Jadi kita lihat dulu, kalau tidak melibatkan ahli cagar budaya, sejarawan dan budayawan di kota Palembang dan meneruskannya, apalagi benar merusak cagar budaya kita memposisikannya," tegas Dedi. 

Sementara dalam rapat tersebut, pihak BBPJN, menyatakan jika jembatan Ampera mulai pembangunan tahun 1962-1965, ternyata sudah memiliki lift. 

Tim BBPJN yang dimotori Riandra, menjelaskan pihaknya akan melakukan koordinasi baik dengan pemerintah maupun dengan sejarawan, budayawan dan DPRD Sumatera Selatan.

Apalagi dinyatakan bila meneruskan akan dapat berurusan dengan masalah hukum.

“Apa yang dikatakan mengenai masalah undang-undang kami tidak paham. Yang kita tahu kontrak sudah berjalan, dan kita juga tidak tahu melanggarnya seperti apa. Kalau dikatakan merubah bentuk kita tidak merubah bentuk,” benernya. 

Ia juga menjelaskan selama ini BBPJN terus mengerjakan perbaikan dan perawatan jembatan Ampera. 

“Apakah selama ini kita telah melanggar undang-undang,” tanyanya.

Mengenai koordinasi, Riandra, menjelaskan Ampera sebagai cagar budaya pun mereka tidak tahu sama sekali. 

"Suratnya kita tidak ada. Namun kita akan teruskan kepada pimpinan bahwa ada permintaan untuk dihentikan. Tapi secara kontrak kita jalan terus,” ungkapnya.  

Dia juga mengatakan bahkan pada tahun 1992 yang lalu pihaknya melakukan perbaikan. 

“Kan masalah opsional harus diganti. Kalau tidak diganti jembatan akan tidak terurus. Untuk lift sendiri dibangun didalam, dan tidak merubah bentuk ataupun struktur jembatan. Kita hanya perbaikan saja, kalaupun ada wacana untuk wisata, terus terang kita tidak tahu. Karena dalam kontrak tidak ada sama sekali menyebutkan pembangunan lift untuk wisata,” jelasnya.  

Sebelumnya dihadapan anggota DPRD komisi IV, pihaknya juga mengatakan pihak BBPJN sendiri sebelumnya sudah memasukkan surat ke Gubernur.

Mengenai kelayakan lift untuk jembatan Ampera juga sudah disampaikan. 

"Kalau kita melihat histori, jembatan Ampera sudah ada lift. Untuk bobot lift terdahulu 1962-1965 bebannya mencapai  2, 5 ton. Sedangkan sekarang bebannya tidak sampai segitu,” ujarnya. 

Pihaknya juga memiliki komisi keselamatan terowongan jalan dan jembatan, yang sudah melakukan kajian. 

“Kami hitung dak tidak ada perubahan sama sekali. Kami pemeliharaan rutin,” paparnya. 

Baca juga: Misteri Kamar Mayat Palembang, Jam Buka dan Harga Tiket Rumah Hantu PTC, Wahana Uji Nyali

Selain itu, pemasangan lift juga dilakukan dengan alasan untuk mempermudah pemeliharaan jembatan. 

“Untuk maintanance, kalau keatas menggunakan tangga agak berat. Tapi kalau menggunakan lift dapat mudah. Selain itu, kita juga banyak memperbaiki kondisi kaca pecah. Dilakukan secara bertahap. Dan mengambil barang yang rusak. Kami sampaikan Ampera terkhusus dicatat kementrian PUPR,” tambahnya.  

Khusus di Sumsel ada enam jembatan yang dipantau oleh BBPJN.

Antara lain, Jembatan Ampera, Musi 4, Musi 2, Jembatan Ogan, Jembatan Teluk Baru. Dimana rata-rata umur jembatan sudah diatas 50 tahun.  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved